Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Nilai Tukar Rupiah Kembali Lemah Pada Minggu Ini

Nilai Tukar Rupiah Kembali Lemah Pada Minggu Ini

by Didimax Team

Nilai tukar dolar USA terhadap Rupiah kembali menguat, Tetapi pada minggu ini rupiah juga kembali melemah terhadap mata uang yang ada di kawasan Asian dan Eropa. Lalu apa penyebabnya.

Sepanjang minggu ini rupiah melemah 0,35% dihadapan dolar AS, sehingga rupiah kini hanya bernilai 14.400. Tetapi banyak sekali mata uang yang ada di kawasan dua benua tersebut juga ikut menguat dari rupiah.

Tidak hanya pada mata uang Dolar USA mata uang rupiah kembali melemah pada mata uang Asian dan Eropa. Terdapat 10 mata uang yang unggul dari rupiah. Sementara rupiah hanya menang lewat Rupee dari India.

Dan Yen dari Jepang, Baht Thailand, dan dolar Taiwan. Kemudian melawan mata uang dari negara-negara eropa rupiah kalah dan semakin lesu. Tetapi mata uang rupiah hanya beberapa kali menguat pada euro, tetapi melemah kembali.

Lesunya rupiah ini juga disebabkan oleh beberapa hal pertama adalah komoditi minyak sawit yang tidak baik pasarannya. Dan yang kedua adalah karena faktor penyebaran virus corona yang semakin menyebar lagi.

 

Komoditas Sepi Maka Rupiah Lesu

Dari beberapa sumber yang telah kami dapati ada dua hal yang menyebabkan rupiah kembali lesu, walau akhir pekan lalu sempat menguat. Yang pertama adalah adanya harga komoditas yang semakin anjlok.

Dan kedua adalah karena adanya penyebaran corona virus yang terjadi beberapa pekan belakangan. Data terakhir penyebaran covid-19 masih saja tinggi, dan penanganan dari pemerintah masih rendah. Dan ketersediaan tempat tidur rumah sakit semakin tipis.

Rupiah lesu karena Harga CPO (minyak sawit mentah) anjlok hingga pada 10,11%. Walau memang data menunjukkan sempat naik 2,8%, tetapi anjloknya hingga 10,11%, ini menyebabkan ekspor kembali berkurang.

Kenapa CPO bisa berdampak pada kurs mata uang rupiah. Hal ini karena termasuk salah satu komoditi yang paling terbesar dari komoditi ekspor Indonesia. Harga CPO turun, hal ini menyebabkan pasokan valas.

Maka hal ini tentu menjadi beban tersendiri dari mata uang rupiah. Dan di tambah lagi karena faktor penyebab penyebaran virus corona. Maka beban rupiah kembali bertambah berat, inilah yang menjadikan rupiah melemah.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien corona virus pada 14 hari terakhir bertambah 13.748 lebih perhari. Melonjak pada bulan yang lalu, hal inilah yang kemudian menjadikan rupiah kian hari, kian melemah.

Pandemi Sebabkan Ekonomi Melambat

Penyebaran covid-19 yang tersebar secara pesat ini menyebabkan sektor ekonomi di Indonesia kian melambat. Padahal beberapa pekan sebelumnya, ekonomi Indonesia sudah kembali pulih,tetapi langsung anjlok lagi. Hingga saat ini emas kembali lemah.

Karena ketidakpastian sektor ekonomi di Indonesia membuat para investor (terutama asing) merasa ragu untuk terjun ke dalam pasar uang Indonesia. Investor mencatatkan penjualan bersih pada pasar regular sebesar 703.34.

Jika pandemic tidak kunjung membaik, dan pemerintah tidak menerapkan solusi yang tepat untuk memutar sektor ekonomi agar terus berjalan, maka jelas akan terjadi pelemahan pada rupiah untuk pekan ke depan.

Selain Rupiah melemah. Ada berita lainnya yakni tentang minyak yang kian menguat sejak beberapa pekan yang lalu. Hal ini terjadi karena tampaknya akan tercapai kesepakatan antara AS dan Iran.

Minyak Trend Naiknya Bagus

Pada hari Minggu kemarin minyak dunia kembali naik secara signifikan. Harapan tersebut terjadi karena adanya peningkatan konsumsi minyak mentah dunia. Harga minyak dunia pada level 76 per barel.

Harga minyak untuk jenis brent naik sekitar 3,52%, harga tersebut menjadikan yang tertinggi sejak oktober 2018. Pada perdagangan akhir pekan untuk jenis light sweet, yakni naik sekitar 3,27%.

Maka naik pada 74,05 dolar USA per barel. Untuk tahun ini memang minyak paling impresif yang tahun ini. Sebulan terakhir harga brent sudah melonjak 10,72% sedangkan untuk light sweet melonjak pada 11,74%.

Lonjakan harga minyak dunia ini disebabkan karena dibeberapa negara mobilitas masyarakat sudah mulai kembali berjalan. Sehingga meningkatkan konsumsi minyak dunia, sehingga semakin hari semakin melambung harga minyak untuk beberapa bulan ke depan.

Philip Flynn, Senior Analyst di price Futures Group mengatakan "Orang-orang kembali ke mobil mereka. Tingginya permintaan energi menyebabkan tekanan harga." Harga minyak akan terus bertambah seiring normal kembali mobilitas sosial.