Notulen the Fed yang dirilis Kamis diri hari kemarin secara garis besar menyoroti masalah inflasi dan stabilitas keuangan. Topik pembahasan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan pada pertemuan sebelumnya.
Meskipun kemajuan substansial pemulihan ekonomi AS dinilai belum sepenuhnya terlihat, akan tetapi the Fed menyakini bahwa pengurangan pembelian asset akan terjadi lebih cepat pada tahun ini. Hal ini membuat para pembuat kebijakan sepakat jika mereka harus siap bertindak merespon kenaikan inflasi atau munculnya risiko lain.
Tidak hanya itu, The Fed juga mengakui bahwa kondisi untuk mengurangi pembelian asset dapat tercapai lebih cepat dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Akan tetapi, sebagian anggota FOCM masih menyoroti rilis data ekonomi AS beberapa waktu lalu yang belum mencerminkan penguatan kondisi fundamental.
Direktur pelaksana BK Aset Management, Kathy Lien mengatakan bahwa Notulen hari ini hanya mengkonfirmasi bahwa The Fed kemungkinan besar akan mengurangi pembelian asset tahun. Ia juga menambahkan bahwa tekanan dari imbal obligasi AS dan rilis data ekonomi yang lemah akhir-akhir ini membuat dollar AS tidak banyak bereaksi atas rilisnya data Notulen rapat The Fed bulan Juni.
Meskipun Notulen rapat The Fed tidak mengejutkan, akan tetapi kondisi perekonomian AS masih lebih baik jika dibandingkan dengan Eropa dan Jepang. Salah satu pendorong kembalinya arus dana dari luar AS adalah divergensi kebijakan bank sentral terkait pengurangan stimulus moneter.
ECB Mengubah Target Inflasi
Di tengah kehebohan pasar akan Notulen the Fed yang ternyata tidak mengejutkan, ECB juga mengumumkan akan mengubah target inflasi. Presiden ECB Christine Lagarde dalam konferensi pers menyatakan bahwa bank sentral Eropa akan mentolerir laju inflasi di atas 2 persen dalam beberapa bulan ke depan.
Kebijakan tersebut dibuat dengan tujuan menjamin pemulihan ekonomi kawasan. Perkembangan ini merupakan perubahan yang cukup signifikan karena ECB sebelumnya menargetkan inflasi di bawah atau mendekati 2 persen.
Toleransi yang lebih tinggi atas laju inflasi seharusnya berdampak bearish untuk Euro. Pasalnya hal itu akan mendorong ECB untuk mempertahankan suku bunga ultra rendah dan stimulus moneter masif dalam periode yang lebih lama.
Di sisi lain, kebijakan ECB ini menguntungkan bagi pemilik modal. Akan tetapi pelaku pasar justru menjadi lebih optimistis dan membeli Euro pasca pengumuman Lagarde karena toleransi ECB berpotensi menguntungkan perekonomian secara keseluruhan.
Dollar AS Terpukul Bullish Euro
Pasca ECB menetapkan target inflasi baru dan Notulen the Fed yang tidak mengejutkan, akhirnya Dollar AS terpukul oleh Euro. Dollar AS turun ke level tinggi selama tiga bulan akibat penguatan Euro pasca revisi target inflasi ECB. Kondisi ini semakin diperburuk dengan klaim pengangguran AS yang meningkat di tengah kekhawatiran dampak Covid-19 varian Delta.
Saat ini indeks Dollar AS turun 0.32% ke 92.40. Sedangkan EUR/USD diperdagangkan di 1.1839, atau naik 0.40% dari harga pembukaan. Melemahnya Dollar AS disebabkan oleh rilis data notulen the Fed yang tidak mengejutkan dan ditambah dengan klaim pengangguran mingguan AS.
Jumlah permohonan tunjangan pengangguran naik dari 370.000 ke 373.000 pada pekan lalu. Padahal ekspansi konsensus memperkirakan bahwa pemulihan sektor ketenagakerjaan AS dan krisis pandemic masih belum stabil.
Di sisi lain EUR/USD beranjak dari rekor terendah tiga bulannya pasca ECB mengumumkan perubahan target inflasi Zona Euro. Akan tetapi penguatan Euro kemungkinan masih rawan. Euro terpantau beranjak sekitar 0.2 persen ke kisaran 1.1816 terhadap dollar AS saat berita ini ditulis.
Sebelumnya EUR/USD sempat tersungkur ke rekor terendah tiga bulan pada kisaran 1.1780 akibat rilis notulen rapat FOCM yang memajukan proyeksi tapering The Fed. Dengan kondisi tersebut, menguntungkan bagi Euro sehingga mampu melanjutkan bullish dan membuat Dollar AS semakin perpuruk.
Dalam beberapa hari terakhir, Dollar memang terus bergejolak. Rilis data notulen the Fed yang digadang akan membuat Dollar AS membaiknya, nyatanya tidak sesuai kenyataan. Justru saat ini dollar semakin terpuruk pada rilis data ECB yang menurunkan inflasi hingga 2 persen sehingga membuat Euro semakin berjaya.