Lagi-lagi, Dolar Amerika Serikat mengalami penekanan di level rendah akibat dari wabah virus corona versi Omicron yang baru muncul di akhir tahun 2021. Tampaknya Covid-19 belum mendapatkan titik terang kemusnahannya, meski saat ini jumlah kasus penyebarannya semakin menurun.
Covid-19 versi Omicron tengah menakuti banyak negara di seluruh dunia bahkan parameter perdagangan internasional. Hal ini tampak dari berpindah-pindahnya investasi para investor melihat instrument yang paling aman alias safe haven.
Dolar AS menjadi mata uang yang paling disorot, karena dijadikan sebagai gambaran mata uang dunia. Oleh karena itu, perubahannya yang meski sedikitpun akan langsung menjadi kabar terkini dan menarik untuk disajikan.
Pasalnya, mata uang Amerika Serikat ini alami perguncangan yang cukup besar di tengah-tengah pandemi sejak 2019 lalu sampai hari ini. Dolar AS mengalami naik dan turun yang cukup besar, seperti di satu pekan ini Dolar AS alami penekanan di level terendah dalam rentang sideways.
Satu Pekan Tertekannya Dolar AS di Level Rendah
Faktor utama yang menyebabkan Dolar AS mengalami penekanan di level terendah yaitu Covid-19. Namun, Dolar AS tertahan di level rendah juga akibat terganjal oleh penguatan pasar ekuitas yang terjadi di tengah libur hari Natal.
Perhatian utama terhadap varian virus baru Omicron ini masih menjadi sorotan utama pada pasar perdagangan di malam 28 Desember 2021 lalu. Adanya volume perdagangan yang dianggap rendah membuat isu tersebut akhirnya menjadi lebih sensitif.
Terlihat pada sesi perdagangan di hari Senin, 27 Desember 2021 malam hari, Indeks dari Dolar Amerika Serikat berada pada rentang harga perdagangan sebesar 96.07. Adanya peningkatan infeksi virus corona Omicron ini disebutkan sudah mengacaukan seluruh aktivitas dari liburan masyarakat di berbagai negara.
Bahkan untuk di negara Amerika Serikat, jumlah penerbangan komersial yang akhirnya terpaksa dibatalkan sebanyak 1,300. Adapun penyebab pembatalan ini karena kekurangan awak kabin yang akan menjalankan karantina.
Selain di bidang penerbangan, jumlah kapal pesiar yang harus membatalkan perjalanannya juga cukup besar sehubungan dengan peningkatan pada kasus Covid menjelang akhir tahun ini.
Salah satu dokter yang sekaligus menjadi pimpinan Kementerian Kesehatan di negara Amerika Serikat yaitu Dr. Anthony Fauci memberi peringatan bahwa adanya infeksi virus Omicron ini diprediksi akan mengalami peningkatan di beberapa wilayah dengan jumlah penduduk belum tervaksinasi masih cukup banyak.
Pakar Masih Memiliki Pandangan Optimis
Diakui bahwa tidak hanya negara Amerika Serikat yang menjadi gambaran ekonomi dunia, ternyata negara China dan juga Prancis ikut merasakan kewalahan dalam menghadapi kenaikan penyebaran kasus Covid-19 ini.
Negara China ikut melaporkan bahwa kenaikan kasus yang paling tinggi yaitu berada di wilayah Xian dengan data 21 bulan terakhir. Sementara itu di negara Prancis, pemerintah kembali menerapkan restriksi akibat terjadinya kasus infeksi Covid-19 yang kembali meninggi.
Meski kondisi demikian, namun para pakar merasa masih harus memiliki optimis yang besar terhadap pandangan tersebut. Dengan alasan bahwa gejala dari virus Omicron terlihat lebih ringan dibandingkan varian-varian sebelumnya.
Serta tapering dan sinyal dari kenaikan suku bunga The Fed juga diperkirakan tidak terlalu berdampak besar pada ekonomi di tahun depan. Ini yang akhirnya menjadi sebuah dorongkan untuk kenaikan pasar ekuitas di malam 28 Desember 2021 lalu.
Hal ini disebutkan oleh Steven Leung dari analis UOB Hong Kong yang menyebutkan bahwa uang bisa mengalir ke ekuitas melihat dari tidak terlalu besarnya dampak tersebut. Merespon dari Leung ini maka analis Securequity Jawaid Afsar juga setuju bahwa menjelang tahun 2022, negara masih harus menghadapi ketidakpastian dari Covid-19.
Akan tetapi yang menjadi kabar baiknya adalah WHO sebutkan bahwa akhir dari pandemi akan terjadi di tahun depan. Selain itu, adanya isu-isu yang lebih variatif memenuhi pasar, seperti tekanan inflasi, pengetatan moneter, serta risiko dari geopolitik.
Dolar Amerika Serikat juga diprediksi akan mengalami penguatan khususnya terhadap pasangan Euro. Adapun alasan dibalik prediksi yang cukup kuat ini yaitu, karena adanya divergensi kebijakan antara The Fed dan juga ECB.
Kasus Omicron yang tidak memiliki kepastian ini masih dianggap cukup ringan, sehingga untuk penanggulangannya tidak memerlukan effort besar seperti dalam penanganan kasus covid-19 sebelumnya.