Mata uang dolar Australia semakin melemah beberapa saat terakhir. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari seluruh dunia. Di sisi lain, melemahnya mata uang diharapkan dapat memulihkan keadaan ekonomi negara tersebut. Hal ini didasari atas pola ekonomi Australia yang mengandalkan kegiatan ekspor.
Kekuatan mata uang setiap negara selalu mengalami perubahan. Apalagi sejak adanya pandemi virus covid-19, perubahan tersebut lebih sulit diprediksi. Namun, setiap negara berupaya menaikkan nilai mata uang dan memulihkan keadaan ekonomi negara masing-masing.
Selain faktor pandemi, perubahan situasi politik suatu negara dapat membawa pengaruh terhadap menguat atau melemahnya nilai mata uang. Setiap pergerakan atau kebijakan yang terjadi di dalam suatu negara dapat mempengaruhi nilai mata uang.
Faktor yang Mempengaruhi Melemahnya Pasangan AUDUSD
Nilai mata uang dolar Australia mengalami penurunan dalam sesi dagang wilayah Asia hari Rabu (17/2). Penurunan tersebut telah membawa pasangan AUDUSD mengalami kemerosotan nilai tukar. Hal tersebut dipengaruhi oleh pernyataan Asisten Gubernur RBA, yakni C. Kent dan risk off yang membawa pembelian dolar AS.
Beberapa waktu sebelumnya, bank sentral Australia atau RBA Kent kelihatan melakukan upaya penguatan mata uang dolar Australia. Atas pernyataan Kent, terdapat indikasi bahwa bank sentral hendak melakukan upaya berikutnya untuk membawa perbaikan ekonomi Australia.
Melemahnya dolar Australia dipengaruhi oleh kegiatan ekspor. Akibat ketergantungan Australia terhadap kegiatan tersebut, melemahnya nilai tukar dolar Australia membuat permintaan produk ekspor semakin naik. Tidak hanya itu, pelemahan AUDUSD juga dipengaruhi oleh faktor lain.
Perubahan arah sentimen risiko global telah membuat dolar Australia menjadi lemah. Saham berjangka bersama Yield Treasury AS telah mengalami penurunan dari posisi awal yang cukup tinggi. Penurunan tersebut telah terjadi walaupun New Wales tengah mengeluarkan vaksin.
Perubahan arah sentimen risiko menyebabkan dolar AS mempunyai peluang menjadi aset safe haven. Di sisi lain, aset berisiko global mempunyai peluang naik disebabkan oleh stimulus negara adidaya tersebut. Namun, terdapat hambatan berupa ketidakakuran antara AS-China dan juga AS-Iran pada beberapa waktu terakhir.
Data Ketenagakerjaan Membawa Nilai Dolar Australia Turun
Pasangan mata uang AUDJPY mengalami penurunan dalam sesi Asia kamis (18/2). Dolar Australia mengalami pelemahan dari nilai tukar 82,19 ke arah 82,00. Faktor yang membawa dolar Australia menuju titik rendah persaingan atas Yen Jepang ialah data ketenagakerjaan yang mengecewakan.
Beberapa waktu sebelumnya, Australian Bureau of Statistics mengeluarkan data tentang ketenagakerjaan dalam bulan Januari 2021. Data tersebut menunjukkan pengangguran yang rendah di negara tersebut. Namun, di sisi lain perubahan pekerjaan juga rendah sehingga menyebabkan kekecewaan. Rendanya partisipasi kerja telah jauh dari prediksi yang tinggi.
Employent Change hanya berkisar di angka 29.1k pada bulan Januari. Sementara, ekspektasi berada pada rentang 40k. Hal ini jauh sekali dari prediksi awal. Dalam periode sebelumnya, perubahan pekerjaan berada dalam rentang 50k. Angka rendah perubahan pekerjaan tersebut disebabkan oleh penurunan pekerjaan part time sebesar 29.8k.
Di sisi lain, Australia juga merilis data mengenai statistik pengangguran di negaranya. Unemployed rate mengalami penurunan sebesar 0.2% sehingga menghasilkan statistik sebesar 6.4% dalam bulan Januari. Angka tersebut sebenarnya cukup bagus. Namun, data perubahan pekerjaan mengambil peran penting.
Data ketenagakerjaan yang tidak sesuai prediksi awal tinggi rupanya telah dikhawatirkan oleh bank sentral negara terkait. RBA mempunyai pemikiran bahwa suku bunga akan tetap rendah hingga terjadi perbaikan dalam sektor pekerjaan. Data tersebut telah mempengaruhi nilai mata uang negara terkait.
Faktor lain yang menyebabkan dolar Australia merosot turun adalah arah risiko global. Yen Jepang yang merupakan aset safe haven menarik minat pasar akibat penurunan dalam obligasi Treasury AS selama 10 tahun. Meskipun terdapat beberapa saham Asia dan kenaikan bersama kontrak berjangka S&P dalam beberapa waktu.
Selain mengamati kedua negara tersebut, publik tengah mengawasi China pasca perayaan Imlek. Terdapat kekhawatiran peminat dolar Australia atas kembalinya aktivitas China setelah terhenti karena Imlek. Namun, peminat dolar negara Ausralia dapat merasa optimis atas vaksin virus covid-19.
Hal-hal penting yang wajib diawasi para pelaku pasar dan investor adalah arah sentimen risiko global. Selain itu, perkembangan virus covid-19 dan dana stimulus juga menjadi topik wajib yang tidak boleh dilewatkan dari
pengawasan forex.