Perjalanan Dolar Amerika Serikat tampak belum stabil dengan adanya grafik naik turun dalam beberapa waktu. Keadaan stabil memang tengah sulit didapatkan untuk sebagian mata uang yang berdampak dari pandemi berkepanjangan ini.
Kali ini kabar mengenai pelemahan mata uang Amerika Serikat ini mendorong peningkatan cukup signifikan pada minyak secara internasional. Kabar peningkatan pada harga minyak ini masih cukup dikhawatirkan tidak dapat bertahan lama.
Adapun salah satu faktor penyebabnya karena kekhawatiran pasar terhadap adanya penyebaran virus Corona versi Delta. Hal tersebut membuat sebuah perdagangan internasional memang belum pulih sempurna.
Disamping itu, peningkatan harga minyak mentah dunia ini terbilang cukup besar dan melonjak tinggi dengan penaikan lebih dari 5% pada awal pekan. Minyak mentah dunia memanfaatkan pelemahan Dolar Amerika Serikat serta kenaikan dari pasar ekuitas secara global.
Peningkatan Harga Minyak Disinyalir Masih Rentan
Seperti yang diketahui bahwa minyak masih menjadi kebutuhan besar bagi banyak negara secara global. Akan tetapi beberapa waktu lalu, minyak mengalami pelemahan karena banyak pelaku pasar yang berinvestasi pada berbagai jenis mata uang.
Salah satunya adalah mata uang Amerika Serikat yang diketahui memiliki harga cukup besar dan signifikan. Akan tetapi, berita tidak sedap muncul pada pekan ini dimana terjadi pelemahan terhadap mata uang tersebut.
Tepatnya pada perdagangan Asia di hari Selasa, 24 Agustus 2021, harga pada minyak Brent menguat sebesar 0.28 persen dari level pembukaan harian dengan berada pada kisaran $69.12.
Selain itu terjadi juga penguatan sebesar 0.3 persen dengan harga $66.01 pada harga minyak WTI (West Texas Intermediate). Angka penguatan pada dua harga minyak mentah dunia tersebut cukup besar.
Akan tetapi peningkatan yang cukup tajam ini diprediksi tidak akan berlangsung lama. Hal tersebut dikarenakan rasa khawatir seluruh masyarakat di berbagai dunia terhadap virus Corona Delta tidak bisa dianggap sepele.
Banyak laporan menyebutkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap kasus Corona, sehingga dapat berpotensi membayangi prospek dari permintaan minyak untuk waktu ke depannya.
Permintaan bahan bakar yang berpotensi melambat di seluruh dunia memungkinkan terjadinya pelemahan kembali pada harga minyak mentah tersebut. Hal ini diutarakan oleh Kazuhiko Saito selaku kepala analis Fujitomi Securities.
Adapun katalis utama yang membebani outlook harga minyak mentah disebutkan bahwa negara China memberlakukan pembatasan impor minyak. Dimana diketahui bahwa China menjadi salah satu negara importir minyak terbesar dunia.
Pelemahan Dolar AS Sebabkan Harga Minyak Melonjak
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa pelemahan Dolar Amerika Serikat menjadi salah satu pemicu kenaikan pada harga minyak mentah dunia. Dimana pelaku pasar merasa lebih aman berinvestasi pada obyek tersebut.
Setelah sebelumnya penurunan harga minyak terjadi dan menjadi trend di pekan sebelumnya. Hal tersebut menjadi imbas dari meredupnya ekspektasi pasar terhadap tapering The Fed yang belum tampak jelas.
Adapun kombinasi dari selera resiko yang meningkat serta momentum dari pelemahan Dolar Amerika Serikat membentuk lonjakan pada harga minyak. Sehingga hal tersebut juga menjadi perwakilan dorongan dari kekuatan secara potensial minyak mentah dunia.
Pernyataan ini disampaikan oleh Jim Ritterbusch, selaku Presiden Ritterbusch and Associates. Gelombang virus varian Delta ini cukup membuat banyak permintaan pasar serta pelaku pasar yang mengubah-ubah perilakunya dalam berinvestasi.
Pelaku pasar yang tetap menginginkan investasinya tetap dalam keadaan aman, tidak ingin mengambil resiko terlalu besar untuk melanjutkan berinvestasi pada mata uang Amerika Serikat tersebut dalam kurun beberapa waktu ke depan sampai aman.
Akan tetapi, jika ternyata beberapa hari ke depan Dolar Amerika Serikat mengalami trend peningkatan kembali harga minyak juga dapat turun secara drastis. Apalagi mengingat bahwa permintaan pasar terhadap minyak mentah masih cukup rentan.
Bahkan sudah diberlakukan untuk mengurangi pengiriman minyak mentah ke beberapa negara yang jumlah kasus penyebarannya masih terbilang cukup tinggi. Meski ditengah kepanikan tersebut, namun sepertinya aka nada petunjuk mengenai tapering.
Dimana tapering tersebut dapat menunjukkan arah dari pergerakan minyak selanjutnya yang disampaikan pada pertemuan puncak Jackson Hole pada minggu ini. Pertanyaan penutup tersebut disampaikan oleh Ole Hansen dari Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank.