Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Perkiraan Meleset, Hari Imlek Emas Kalah Saing dari Bitcoin

Perkiraan Meleset, Hari Imlek Emas Kalah Saing dari Bitcoin

by Didimax Team

Melihat empat hari kebelakang dari penutupan hari Senin yang meningkat tajam hingga 1 persen, kemudian mulai lagi pada Selasa pagi dan seterusnya, ternyata kenaikan emas tidak sesuai prediksi sebelumnya. Padahal para pelaku ekonomi sudah mulai percaya diri akan kenaikan logam kuning ini.

Terlebih lagi, disebut sebagai penutup akan terjadinya inflasi setelah diumumkannya stimulus besar dari Amerika untuk bantuan COVID-19, hingga nilai tukar mata uang dolar melemah, sementara negara lainnya mulai kuat atas dolar. Ternyata pada hari Kamis, 11/2/2021, mulai melemah pada perdagangan paginya.

Padahal menjelang Imlek, tapi justru logam kuning ini menghadapi masalah dengan mengalami penurunan hingga mencapai level 0,21% atau setera dengan1.838,56 per troy ons US dolar.

Sudah ada pandangan sebenarnya pada Minggu ini emas terus memiliki harga baik. Tapi justru mengalami perputaran balik bahkan sebelum akhir pekan. Minggu lalu memang mengalami penurunan hingga 1.800/troy ons. Sebagai gantinya, justru bitcoin terus melesat naik.

 

Apa yang Membuat Emas Mengalami Penurunan?

Terakhir harga emas mengalami data tertinggi itu pada tanggal 10 Februari, ditutup dengan harga 1.842 per troy ons US dolar. Lalu, keesokan harinya bahkan pada pasar spot langsung mengalami penurunan 0,17 atau setara dengan level 1.823 per troy ons.

Perlu Anda ketahui bahwa batas nilai tertinggi atau batas resistent untuk logam mulia itu 1.850 per troy U dolar. Akan tetapi, sepertinya emas mengalami kesulitan hingga berada di titik tersebut karena malah turun mencapai 1.800 per troy ons US dolar.

Apa yang membuatnya menjadi turun padahal sudah diklaim akan terus naik dalam satu Minggu penuh? Itu karena dipengaruhi harga fantastis dari mata uang digital, yaitu bitcoin dan juga dogecoin.

Awalnya memang banyak dari investor yang berbondong-bondong mengalihkan harta asetnya pada bentuk non-cash, maka jalannya adalah dengan membeli emas karena mampu melindungi fenomena inflasi nantinya. Hal itu karena Bank Sentral beserta pemerintah mulai menerapkan suatu kebijakan akomodatif.

Hal tersebut membuat likuiditas menjadi melimpah, maka berdasarkan teoritis, dola AS menjadi terdevaluasi. Hingga karena masalah tersebut para pelaku ekonomi berpikir inflasi akan terjadi di masa depan.

Namun, setelah berbondong-bondong beralih ke emas, malah nilai mata uang digital seperti bitcoin melambung tinggi. Mereka meninggalkan pasar tersebut dan mulai beralih ke sana. Terlebih lagi setelah Elon Musk, CEO Tesla menginvestasikan dalam bentuk bitcoin senilai 1,5 miliar US dolar.

Tidak salah langsung bisa meroket naik secara liar. Akibatnya setelah emas ditinggalkan langsung bergerak turun mulai hari Kamis, dan semakin anjlok di hari Jumat. Kabar baiknya, vaksin covid-19 membuat optimisme pasar naik, tapi emas tetap ditinggalkan karena tidak memberikan timbal baliknya.

Pasar Berpindah Ke Bitcoin dan Inilah Analisis Peningkatannya

Berdasarkan data, koreksi harga tajam pada emas pemicunya adalah faktor teknikal. Ada di mana rata-rata hariannya pada periode 50 harian, bisa mendekati rata-rata periode harian 200 harian atau sering disebut dengan death cross.

Hal tersebut bisa terjadi penjualan besar-besaran karena tertera pada indikator, harga emas telah menunjukkan gerakan bearish. Penekanan harga emas sebenarnya adalah trend untuk menguatkan dolar AS sejak Januari lalu.

Kepopuleran emas ternyata tidak berlangsung dalam waktu lama. Karena sekarang Bitcoin terus bergerak naik hingga ke level 48.000 US dolar atau bisa disetarakan dengan Rp. 672 per koinnya. Tentu saja ini merupakan rekor terbaru sepanjang sejarah yang terjadi pada mata uang digital itu.

Pada pekan ini, kapitalis dari Bitcoin sudah menembus naik menjadi 27,37% dan sudah mencapai 898, 9 miliar US dolar. Tidak hanya Bitcoin, CEO Tesla sempat menghebohkan warga Twitter atas cuitannya mengenai dogecoin. Karena hal itu, nilainya langsung meningkat hingga 50%.

Pada sisi lainnya, harga beberapa saham di AS terus meningkat tajam serta menunjukkan adanya fenomena bubble. Bila terus seperti itu, ditakutkan nantinya akan membuat pasar uang menjadi gonjang ganjing, meski belum tentu terjadi dalam waktu dekat ini.

Apabila suatu saat terjadi, emas kembali naik dan diuntungkan lebih lagi. Namun, bisa juga membuahkan kerugian apabila orang-orang lebih memilih uang kas dari pada mempunyai beberapa aset yang bisa digenggam.