Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Permintaan Menurun, Aktivitas Jasa Jepang Masih Kontraksi

Permintaan Menurun, Aktivitas Jasa Jepang Masih Kontraksi

by Didimax Team

Hari ini, Biro Statistik Jepang telah mempublikasikan data PMI Jasa dari Jibun Bank yang berada di level 48.0 pada bulan Juni. Hasil ini sebenarnya sedikit pulih dari periode sebelumnya yaitu dari level 46.5. Meskipun demikian angka tersebut masih di bawah 50.0 yang merupakan batas ekspansi dan kontraksi.

Aktivitas jasa Jepang sebenarnya sudah terjebak di zona kontraksi selama 17 bulan berturut-turut. Kondisi ini sebabkan oleh tingginya kekhawatiran terhadap virus Corona yang mempengaruhi permintaan pasar. 

Beberapa sektornya menjadi objek survey Jibun Bank antara lain seperti transportasi, real estate, komunikasi, informasi, layanan bisnis dan konsumen. Dari semua sektor yang di survey tersebut, hampir semua sektor jasa mengalami tekanan. 

Permintaan yang lesu menjadi penyebab aktivitas jasa Jepang masih kontraksi hingga sampai saat ini. Kondisi ini karena sebagian besar masyarakat masih menahan pengeluaran di tengah tingginya ketidakpastian akibat pandemic virus Corona yang tidak kunjung usai.

Meningkatnya kasus corona varia baru dalam beberapa bulan terakhir memang membuat banyak negara mengalami gejolak tidak terkecuali Jepang. Kondisi ini berimbas pada permintaan jasa Jepang yang kian menurun baik untuk dalam maupun luar negeri.

 

Meningkatnya Kasus Corona Menghambat Laju Ekonomi Global

Merebaknya kasus infeksi virus Corona varian Delta di kawasan Asia dan Australia menghambat laju pertumbuhan ekonomi global. Jepang sebagai salah satu negara yang mengandalkan sektor Jasa untuk pertumbuhan ekonomi juga mengalami imbas akibat kasus Corona yang justru meningkat.

Dalam 17 bulan terakhir, permintaan jasa Jepang masih kontraksi. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Jepang untuk pulih dari kontraksi ekonomi pada kuartal pertama lalu. Di sisi lain, Bank Sentral Jepang (BoJ) telah menyatakan pandangan optimis terhadap prospek ekonomi ke depan.

Menurut BoJ, bisnis di sektor jasa Jepang menunjukkan bahwa aktivitas tetap dalam kondisi lesu. Hal ini karena negara tengah fokus memerangi gelombang virus Corona varian baru yang menghambat momentum pemulihan. 

Meskipun demikian, perusahaan terus membangun kapasitas untuk peningkatan permintaan walaupun laju penciptaan lapangan kerja merosot ke level terendah empat bulan. Hal ini menjadi optimisme bahwa perekonomian Jepang akan kembali stabil dalam waktu dekat.

Sebelumnya, selama beberapa bulan terakhir ini, varian virus Corona baru telah menyebar di kawasan Asia dan Australia. Jumlah kasus pasien yang terinfeksi virus tersebut terus mengalami peningkatan setiap hari sehingga beberapa negara memutuskan untuk melakukan lockdown kembali. 

Kekhawatiran masyarakat Jepang akan paparan virus Corona berimbas pada sektor jasa yang terus mengalami kontraksi selama 17 bulan berturut-turut. Hal ini juga berimbas pada laju pertumbuhan perekonomian Jepang menjadi terhambat sehingga pemulihan ekonomi global juga belum bisa diwujudkan.

USD/JPY Terus Berupaya Pulih

Rilis data PMI Jasa Jepang pada awal pekan ini tidak berdampak signifikan terhadap pergerakan mata uang Yen terhadap Dollar AS. Pair USD/JPY masih diperdagangkan di kisaran 111.08 atau menguat 0.05 persen dari harga open harian.

Kenaikan Dollar AS lebih disebabkan oleh pemulihan teknikal pasca gejolak bearish akhir pekan lalu. Sebelumnya Dollar AS sempat melemah pasca rilis data NFP AS yang berada di luar ekspektasi. Tidak hanya itu, fakta bahwa angka pengangguran mengalami peningkatan juga membuat Dollar AS kian bergejolak.

Pada pekan ini, USD/JPY tengah berupaya pulih dari keterpurukan pada pekan lalu. Setelah rilis data PMI Jepang ini, selanjutnya perhatian investor pada minggu ini akan tertuju pada Notulen FOMC. Berdasarkan jadwal, Notulen FOMC akan dirilis pada Kamis dini hari nanti.

Rilis data Notulen FOMC bisa menjadi mementum bagi Dollar AS untuk menguat kembali. Para pelaku pasar berharap bahwa data Notulen FOMC The Fed nanti bisa menjadi katalis potensial berikutnya mengingat kekecewaan sebelumnya akibat tingkat pengangguran AS meningkat ditengah angka NFP yang unggul.

Pandemi virus Corona yang tidak kunjung usai memang menjadi penghambat laju perekonomian global. Bahkan dengan merebaknya kasus Corona varian terbaru di Asia dan Australia membuat semakin banyak negara yang gagal meningkatkan perekomiannya. Meskipun demikian Jepang tetap optimis permintaan jasa akan meningkat kembali seiring kasus Corona yang menurun.