Dalam kurun waktu hampir sepekan Dolar AS alami tren naik dan turun yang bergerak cukup cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi trend tersebut tidak hanya datang dari satu parameter seperti keadaan dalam saja, namun juga menjadi sangat besar.
Kali ini pelemahan nilai mata uang Amerika Serikat dilibas sangat kuat hingga disebutkan sampai pada posisi terendah yang tidak diinginkan selama dua pekan. Nasib Dolar AS kini dipertanyakan para investor dari berbagai negara.
Beberapa hari terakhir, Dolar AS mengalami tekanan dalam berbagai pasangan mata uang mayor dan sedang menantikan katalis dari pasar berikutnya. Seperti yang diketahui bahwa pelemahan ini memiliki faktor utama yaitu pernyataan The Fed.
Adapun selama ini pernyataan atau keputusan dari The Fed pada rapat FOMC amat dinanti-nantikan oleh pasar. Mengingat bahwa pernyataan ini menjadi penentu perlakuan pasar untuk memilih obyek dalam berinvestasi.
Dolar AS Melemah Pada Berbagai Mata Uang Mayor
Sebelumnya diketahui bahwa adanya kasus penyebaran covid-19 yang masih menjadi masalah dunia membuat perekonomian secara global terombang ambing. Sejak itu, kekhawatiran pasar semakin meningkat dan tetap memberikan perhatiannya secara rinci.
Sesi perdagangan di tanggal 30 Agustus 2021, tepatnya pada awal sesi Eropa terlihat bahwa indeks Dolar AS yaitu DXY cukup mengalami kesulitan untuk beranjak dari rekor terendahnya selama kurang lebih sepuluh hari.
Dimana posisi tersebut sudah dihuni sejak penutupan di hari Jumat pekan lalu dan sampai saat ini masih terkunci pada kisaran harga 92.67. Adapun greenback menjadi cenderung tertekan dalam berbagai pasangan mata uang mayor.
Daya tarik dari greenback juga sudah memudar sejak disampaikannya pidato dari Ketua The Fed yaitu Jerome Powell. Pidato ini disampaikannya pada ajang simposium Jackson Hole pada pekan lalu dan menjadi sorotan besar para pelaku pasar.
Dalam pidatonya, Powell mengonfirmasikan ekspektasi pasar mengenai adanya pengumuman dan permulaan aktivitas tapering di tahun ini. Disamping itu, Powell juga menyatakan bahwa bank sentral sudah membuat syarat-syarat berlaku yang lebih ketat.
Adapun tujuan dari syarat-syarat tersebut dibuat guna rencana dari kenaikan suku bunga di waktu mendatang. Sehingga, dengan demikian nantinya tapering tidak boleh ditafsirkan sebagai sinyal dari aktivitas kenaikan suku bunga tersebut.
Sampai hari ini, terlihat dengan jelas banyak mata uang negara lain yang menguat terhadap Dolar hingga melibas posisi mata uang Amerika Serikat ini. Namun sampai saat ini belum ada kepastian berapa lama Dolar AS berada di posisi terendah ini.
Sikap Dovish The Fed Masih Menjadi Perhatian
Pernyataan Powell selaku ketua The Fed sangat menjadi perhatian bagi para pelaku pasar karena dirasa cukup mengecewakan. Dimana sebelumnya telah diketahui bahwa pelaku pasar ini sangat menanti-nantikan pernyataan The Fed.
Bahkan ada prediksi yang menyatakan bahwa kegiatan tapering tidak akan dilakukan di tahun ini. Namun ternyata sikap Powell dianggap menjadi sikap dovish yang membawa bencana bagi mata uang Amerika Serikat tersebut.
Bagian dimana pasar mengharapkan adanya kenaikan suku bunga yang akan langsung dilakukan setelah tapering usai ternyata masih cukup membingungkan. Powell memberikan isyarat bahwa pihak dari The Fed belum memiliki kepastian dalam menaikkan suku bunga apakah segera setelah tapering usai di tahun depan.
Pernyataan ini kemudian yang menimbulkan reaksi negatif pasar terhadap pidato dari Powell, sehingga membuat Dolar AS sontak rontok terhadap para rival-rival di mata uang mayor lainnya sampai hari ini.
Salah satu komentar dari Vasileios Gkionakis yaitu kepala strategi FX global di Lombard Odier Group yang dilansir oleh Reuters menyebutkan bahwa saat ini sedang menghindari kejutan hawkish di Jackson Hole.
Dimana bisa saja terjadi lebih banyak tekanan ke arah bawah terhadap dolar bahkan dalam jangka sangat pendek. Akan tetapi dari semua itu, hal paling penting merupakan data-data ekonomi ke depannya.
Berhubungan dengan hal tersebut, maka rilis data NFP atau Non-farm Payroll bulan Agustus pada hari Jumat menjadi fokus dari pelaku pasar pada pekan ini. Adapun hasil survey Reuters terhadap 40 analis memberikan hasil perkiraan median NFP sejumlah 728k.
Dari data tersebut diberikan rentang prediksi dari terendah sampai tertinggi dalam kisaran antara 375k sampai 1 juta. Dimana data ini akan menentukan argument dari pengumuman tapering bersamaan dengan tren Covid pada rapat FOMC di 22 September mendatang.
Analis dari Commonwealth Bank of America tersebut juga menambahkan bahwa akan menilai tambahan sebesar 800k pekerjaan yang semestinya cukup untuk mengumumkan tapering tersebut.