Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Pertumbuhan Ekonomi China Melambat, Dolar Naik

Pertumbuhan Ekonomi China Melambat, Dolar Naik

by Didimax Team

Data yang dirilis China menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,9%, ini adalah pertumbuhan domestik bruto yang melambat pada kuartal ini. China terpaksa melakukan pengetatan paling agresif sejak 2020 karena varian Delta Covid-19.

Resiko perlambatan masih dapat dikendalikan, namun data tersebut memunculkan kegelisahan baru. Investor mulai memperhatikan sektor real estate yang sedang mengalami krisis kredit. Dikarenakan sektor real estate memiliki porsi yang lebih besar dibanding sektor lainnya di China.

Saham perusahaan pengembang properti nomor dua di Tiongkok Evergrande jatuh sampai 5,1% karena mengalami kesulitan untuk membayar pinjaman ke pemasok dan kreditur. Ini menjadi level yang terendah sejak bulan Januari 2014. 

Diperkirakan ada banyak sektor terdampak bila Evergrande mengalami gagal bayar. Namun dampak di sektor perbankan masih dapat dikelola. Setelah data dirilis, saham perusahaan unggulan China turun 0,73%.

Data dari China memperlihatkan bahwa sektor pabrik dan ritel masih goyah dari bulan Agustus. Pertumbuhan penjualan ada dalam posisi terendah dalam waktu satu tahun, disebabkan terganggunya pasokan dan wabah virus Corona 19.

Pertumbuhan ritel mengalami perlambatan sejak Agustus 2020, hasilnya meleset dari perkiraan. Output sektor industri juga menurun bila dibandingkan dengan bulan Juli. Efek perlambatan ini diperkirakan masih terus ada sampai akhir tahun.

China perlu memberikan dukungan fiskal kepada perusahaan kecil atau perusahaan menengah. Untuk mengantisipasi penurunan 0,5% rasio persyaratan dari bank China pada bulan Oktober depan.

Namun demikian, China diperkirakan masih berada di jalur yang benar untuk dapat mencapai target pertumbuhan 6% dalam setahun penuh. Tapi alasan perlambatan pertumbuhan tidak dapat hilang dalam waktu dekat.

 

Dolar Naik Tipis di Awal Minggu

Dolar membuka minggu ini dengan naik pada hari Senin pagi. Pantauan The Indeks Dolar Amerika naik tipis 0,18% ke poin 94,105 pada 12:19 ET atau 04:19 GMT. Pasangan mata uang USD/JPY menjadi 114,36 atau naik 0,12%.

Pasangan AUD/USD menjadi 0,7404 atau turun 0,26%. Pasangan NZD/USD menjadi 0,7067 atau naik tipis 0,05%. Pasangan USD/CNY menjadi 6,4369 atau naik tipis 0,05%. Pasangan GBP/USD menjadi 1,3733 atau turun tipis 0,12%.

Dari nilai tertinggi di pekan lalu, dolar mengalami penurunan sekitar 0,6% karena investor berpikiran bahwa inflasi akan menaikkan suku bunga lebih awal dari perhitungan The Fed. Hal ini dapat diperparah dengan adanya lonjakan harga energi. 

Pembuat kebijakan harus segera bertindak bila melihat resiko. Namun bila ini terjadi, seluruh dunia mungkin akan mengalami inflasi lebih tinggi dibandingkan Amerika. Hal ini bisa memicu pengetatan dan membuat bank sentral bertindak agresif.

Sementara itu mata uang Euro melemah sedikit di titik 1,1592 atau turun 0,05% karena bank sentralnya berkomitmen untuk tidak melakukan pengetatan kebijakan moneter. Perdagangan berjangka pasar ekuitas di Eropa dan Amerika menunjukkan pembukaan yang lebih stabil. 

Indeks saham berjangka Euro Stoxx naik 0,08% dan FTSE naik 0,11%. Investor masih terus memantau perkembangan pasar untuk melihat kebijakan The Fed tentang pengurangan pembelian asset yang dipengaruhi oleh inflasi dan keadaan pasar tenaga kerja.

Pasar juga masih memperhatikan rencana The Fed untuk mengurangi secara besar – besaran stimulus darurat. Saat ini pasar cepat bereaksi terhadap data pekerjaan dan inflasi apapun yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS. 

Indeks Harga Konsumen di Amerika dilaporkan mengalami kenaikan terkecil selama enam bulan terakhir. Ini bisa menjadi tanda bahwa inflasi telah mencapai puncaknya. Namun inflasi yang tinggi biasanya bersifat sementara.

Akibat Penurunan Ekonomi China pada Dunia

Perang dagang antara China dan Amerika yang tak kunjung usai dan perekonomian China yang sedang menurun menyebabkan biaya hidup di China semakin tinggi. Banyak lulusan muda yang mencari pekerjaan dan pertumbuhan kenaikan upah yang melambat.

Hal ini menyebabkan tingkat konsumsi masyarakat juga ikut turun. Mereka mengurangi pembelian untuk membeli gadget, mobil dll termasuk berwisata. Mereka lebih senang menyimpan uangnya di bank.

Situasi ini membuat khawatir anak muda Angkatan kerja, karena peluang pekerjaan semakin berkurang. Kebanyakan lowongan yang terbuka adalah untuk pekerjaan berupah rendah, ini adalah kemunduran ekonomi paling parah yang dirasakan anak muda umur 20 tahunan.

Mereka sebelumnya tidak pernah mengalami situasi penurunan ekonomi berkepanjangan seperti ini. Penurunan ekonomi di negara ini sebelumnya tidak pernah membuat masyarakat menurunkan tingkat konsumsinya.

Kemunduran ekonomi China sebagai negara terbesar di dunia pasti memberikan dampak terhadap permintaan barang – barang seperti gadget, mobil dan rumah. Yang dapat berdampak pada perusahaan besar seperti Samsung, Apple dll.

Walaupun begitu, sebenarnya masih ada sinyal positif dari sektor retail. Usaha di sector retail besar yang mengalami kemunduran masih memberi tanda pertumbuhan yang dapat menjadi harapan.