Setelah cukup lama melemah akibat kasus covid-19 yang menyerang negara Indonesia sampai perekonomiannya, kini tampaknya Rupiah mengeluarkan kabar baik di awal pekan. Indonesia hampir menutup bulan Agustus tanpa kabar baik.
Maraknya kasus corona varian Delta di Indonesia sempat membuat timbul rasa khawatir yang cukup besar. Hal tersebut karena pada saat varian Delta mulai dikabarkan muncul, banyak masyarakat di Indonesia yang kemudian terinfeksi dengan jumlah cukup tinggi.
Karena hal tersebut, akhirnya Presiden bersama Pemerintahan Indonesia memberlakukan peraturan PPKM kembali guna mengurangi kasus penyebaran tersebut. Sehingga hal ini melumpuhkan sedikit banyak ekonomi di Indonesia.
Akan tetapi di awal pekan serta di penghujung bulan Agustus 2021, mata uang negara Indonesia mulai bangkit dan menguat. Faktor atau penyebab penguatan yang dialami oleh Rupiah ini yaitu didukung oleh lemahnya Dolar pasca pernyataan Ketua The Fed.
Alasan Rupiah Menguat di Awal Pekan
Rupiah tampak menguat pada kisaran harga 14,390 dan didukung oleh berbagai alasan kuat. Menutup akhir pekan lalu, Dolar Amerika Serikat yang tergelincir membuat berbagai mata uang mayor lainnya mengalami penguatan.
Hal ini juga dirasakan oleh Rupiah yang mendapatkan imbas dari kejadian tersebut. Kejadian ini terjadi setelah simposium Jackson Hole yang cukup membuat pasar menjadi kecewa akan pernyataan itu.
Nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sebesar 0.40 persen dan tercermin pada penurunan pada pasangan mata uang USD terhadap IDR. Secara umum, Rupiah alami penguatan karena adanya faktor global.
Adapun salah satu dari faktor tersebut yaitu pernyataan bernada dovish pada simposium Jackson Hole yang diungkapkan oleh Jerome Powell selaku Ketua The Fed. Powell menyatakan bahwa pihaknya tidak akan terburu-buru dalam menaikkan suku bunga.
Hal tersebut dilakukan bukan tanpa alasan, karena Powell ingin melakukan pengetatan dengan cara tersebut. Selain itu, kasus penyebaran covid-19 di Indonesia yang sudah menurun juga menjadi pendorong kenaikan pada mata uangnya tersebut.
Dimana seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa terlihat dari data laporan bahwa kasus aktif saat ini di Indonesia berada pada kisaran angka 217,590 jumlah kasus. Itu artinya ada pengurangan sebesar 9,592 jumlah kasus dari hari sebelumnya.
Meski masih ada kemungkinan bahwa Rupiah akan melemah kembali terhadap Dolar AS dengan sinyal tapering di akhir tahun, namun berita baik ini dapat menjadi berita besar yang lama dirindukan oleh Pemerintah Indonesia.
Mengingat bahwa aksi Pemerintah untuk mengurangi jumlah kasus penyebaran covid-19 cukup besar membawa dampak untuk bisa mengurangi potensi pelemahan Rupiah kembali akibat isu tapering tersebut.
Pernyataan Bernada Dovish Oleh Powell Melemahkan Dolar
Pernyataan dari Ketua The Fed yaitu Jerome Powell memang dirasa cukup kurang memuaskan keinginan atau ekspektasi pasar. Sehingga banyak investor yang akhirnya mencabut investasinya dari Dolar Amerika Serikat berpindah ke lainnya.
Sehingga hal tersebut membuat banyak mata uang mayor yang melibas habis-habisan Dolar AS pada akhir pekan menuju bulan September tersebut. Dimana pernyataan yang disebutkan oleh Powell yaitu bahwa waktu mengurangi pembelian aset saat ini juga tidak bisa menjadi pertanda dari waktu kenaikan suku bunga.
Karena Powell menganggap bahwa kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda secara substantial. Melihat hal ini, maka berarti suku bunga Dolar AS saat ini masih ditahan dengan angka 0.25% sampai beberapa waktu ke depan.
Sehingga berakibat pada pelaku pasar yang mengalihkan minatnya ke pasar obligasi dan menjadi pemicu penguatan yield US treasury di pasar finansial. Dari penguatan Rupiah ini, Ariston Tjendra selaku analis pasar uang menyebutkan bahwa meski terlihat menjanjikan, namun bukan berarti Rupiah sudah lepas dari ancaman.
Meski begitu, kabar baik penguatan mata uang Indonesia terhadap Dolar AS ini menjadi kabar gembira sekaligus bersamaan situasi pandemi yang ada di Indonesia. Bahkan cukup tidak menyangka bahwa pandemi dapat ditanggulangi dengan lebih baik saat ini oleh Pemerintah bersamaan dengan masyarakat yang mengikuti maksud baik tersebut.
Kondisi pandemi mungkin dapat mempertahankan keadaan ekonomi dan harga dari mata uang Indonesia, meski disamping itu akan terjadi pelemahan terhadap Dolar AS kembali pada waktu tertentu yang belum bisa diprediksikan.