Nilai Rupiah dikabarkan akan semakin melemah, hingga saat ini angka tersebut berada pada kisaran Rp14.480. Nilai tersebut akan terus naik selama the Fed belum mengeluarkan resolusinya.
Rencananya the Fed akan menggelar pertemuan tersebut pada bulan Mei mendatang. Hal ini membuat Dolar memiliki kesempatan menguasai pasar uang serta menyeimbangkan laju inflasi yang berjalan cepat.
Laju inflasi di Amerika memang lebih cepat dari biasanya. Oleh sebab itu, Rupiah semakin melemah. Dengan demikian, pertemuan the Fed menjadi satu-satunya harapan agar nilai Rupiah kembali naik.
Faktor-faktor yang Membuat Nilai Rupiah Lemah Terhadap Dolar
Nilai Rupiah yang semakin lemah saat ini, tidak hanya terhadap Dolar tetapi juga terhadap mata uang lainnya. Mata uang Indonesia tersebut seperti kehilangan amunisi untuk bersaing di pasar forex.
Namun, akankah ada kesempatan untuk Rupiah bisa kembali bangkit? serta berjalan seimbang dengan mata uang lainnya? Jawabannya adalah, ada. Selama Dolar memperkecil sentimennya.
Sebetulnya, pelemahan Rupiah ini tidak hanya disebabkan oleh sentimen Dolar. Namun, ada beberapa faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar. Berikut ini faktor yang mempengaruhi nilai Rupiah,yaitu:
1. Perekonomian yang Tidak Stabil
Ketidakstabilan ekonomi terjadi secara global. Hal ini berdampak pada melemahnya nilai beberapa mata uang, salah satunya adalah Rupiah. Maka dari itu, pelaku bisnis forex berharap besar terhadap rencana pertemuan Fed.
Ironisnya,nilai Rupiah semakin terpojok saat Dolar naik dan beberapa kenaikan mata uang sesi Asia. Terlebih, Indonesia pernah mengalami resesi saat menyelenggarakan Lock Down beberapa bulan lalu.
2. Kenaikan Suku Bunga Dolar
Faktor Faktor lain yang menyebabkan Rupiah melemah adalah kenaikan suku bunga Dolar. The Fed melakukannya agar negara Amerika tidak mendapatkan dampak buruk dengan adanya inflasi.
Namun, di sisi lain Fed merencanakan untuk melakukan pemangkasan suku bunga agar bisa mengimbangi Supply dan demand di pasar uang tersebut. Terlebih, nilai Euro semakin turun.
3. Perang Rusia dan Ukraina
Peristiwa ini bukan hanya persoalan politik saja melainkan turut memicu ketidak seimbangan ekonomi. 2 bulan setelah peperangan tersebut terjadi semua harga naik, termasuk komoditas forex.
Perang Rusia dan Ukraina digadang-gadang akan menjadi perang dunia ketiga. Hal ini akan mempengaruhi ekonomi global dan juga pelemahan nilai Rupiah. Rupiah akan terus terperosok bila tidak dicarikan solusinya.
Pergerakan Dolar Pada Saat Ini
Dolar menguat pada penutupan pasar hari Kamis lalu. Saat itu, Rupiah berada pada posisi 14.430 terhadap Dolar. Namun, sentimen Dolar belum berakhir, karena Rupiah terus melemah.
Pada hari Senin, tgl 25 April 2022, Rupiah semakin melemah dibandingkan penutupan pasar pada hari Kamis lalu. Selama the Fed belum mengeluarkan resolusi,maka Rupiah diprediksi akan semakin lemah.
Pertemuan dewan utama the Fed akan diselenggarakan pada tanggal 3-4 Mei. Dengan demikian, Rupiah hanya memiliki sedikit waktu untuk membenahi perekonomian negaranya agar nilainya tetap stabil.
Rupiah semakin melemah terhadap mata uang asing lain pada sesi Asia. Beberapa mata uang tersebut antara lain, Dolar Australia, Yen, Poundsterling dan Euro.
Bahkan nilai Rupiah berada pada titik minus terhadap mata uang tersebut. Dengan demikian, Rupiah seakan kehilangan kekuatan sama sekali. Terlebih, kondisi ekonomi di Indonesia semakin memburuk.
Salah satu contoh perekonomian semakin memburuk adalah adanya peristiwa kelangkaan minyak goreng di Indonesia. Peristiwa tersebut menjadi salah satu alasan Rupiah terus terperosok di pasar uang ini.
Memang sulit bila mengejar ketertinggalan Rupiah terhadap Dolar dan mata uang lain dalam sesi Asia. Namun, akan selalu ada kesempatan untuk meningkatkan nilai Rupiah, apabila tatanan ekonomi diperbaiki.
Khususnya pada perekonomian global. Pada saat ini,Dolar merupakan penguasa pasar mata uang tersebut. Maka dari itu, Dolar tidak akan bisa membuat sentimen lagi
Rupiah harus menunggu keputusan the Fed mengenai resolusinya. Banyak analis dan pedagang forex berharap besar pada pertemuan the Fed tersebut akan menghasilkan kebijakan yang menguntungkan semua pihak.
Nilai Rupiah semakin turun sehingga membuat mata uang tersebut kehilangan peranannya. Maka dari itu, wajar bila harga-harga di Indonesia terus naik sehingga Rupiah berharap besar pada keputusan the Fed.