Pada perdagangan Rabu (20/4/2022) sore tercatat mata uang Rupiah mengalami pelemahan. Sebelumnya mata uang dalam negeri ini sudah melemah, dan diperkirakan akan kembali melemah pada perdagangan selanjutnya.
Hal ini tidak lepas dari factor eksternal yang terus menekan mata uang rupiah, salah satunya adalah kenaikan nilai Dolar yang cukup signifikan. Kenaikan Dolar Amerika Serikat ini turut mempengaruhi berbagai mata uang dunia.
Tidak hanya Indonesia, tetapi juga Jepang. Yen tertekan karena kenaikan nilai US Dolar yang semakin melejit. Suku bunga yang ditetapkan oleh Federal Reserve ini semakin menekan keadaan Rupiah pada perdagangan.
Meski keadaan ekspor impor Indonesia dinilai semakin membaik, namun hal ini tidak mengurangi tekanan pada Rupiah. Saat menyampaikan kebijakan terbarunya, Dolar langsung menekan mata uang dunia lainnya.
Dalam perdagangan Rabu sore, tercatat Rupiah ditutup melemah sebesar 17 point, sebelumnya juga sudah melemah sebanyak 25 point, yaitu berada di level Rp. 14.357 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 14.340.
Pemerintah Indonesia telah berupaya mengurangi kenaikan nilai mata uang Amerika Serikat tersebut, dalam neraca perdagangan, Indonesia telah mencatatkan surplus. Hasil in turut menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Selain itu, juga adanya kebijakan Bank Indonesia yang terus berusaha membuat Rupiah kembali seimbang dengan mata uang dunia lainnya. Tidak hanya ketahanan eksternal namun juga pemulihan ekonomi nasional.
Mata Uang Rupiah Melemah di Perdagangan
Sebelumnya Rupiah sudah melemah sebesar 25 poin, saat ini turun kembali sebesar 17 poin. Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka menjelaskan, pada perdagangan selanjutnya mata uang rupiah kemungkinan akan dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp. 14.350—Rp. 14.380.
Sentimen dalam negeri neraca Perdagangan Indonesia (NPI) Maret 2022 kembali mencatat surplus sebesar 4,53 USD. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yang mencapai 3,38 miliar US Dolar.
Surplus neraca perdagangan telah memberikan konstribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Selain itu, Bank Indonesia juga selalu memperkuat sinergi kebijakan untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional.
Ibrahim Assuaibi menjelaskan, “surplus neraca perdagangan Maret 2022 bersumber dari kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas.”
Selain itu, ia juga menjelaskan “pada maret 2022 surplus neraca perdagangan nonmigas mencapai 6,62 miliar US Dolar, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya yaitu sebesar 5,74 miliar USD.”
Kenaikan tersebut dipicu karena meningkatnya nilai ekspor nonmigas, dari 19,48 miliar USD pada bulan Februari 2022 menjadi 25,09 miliar USD pada bulan Maret 2022.
Peningkatan ini bersumber dari ekspor komoditas yang berbasis sumber daya alam seperti batu bara, besi, dan baja.
Nilai Tukar Rupiah Menguat Pada 21 April 2022
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini mengalami penguatan yang bergerak pada kisaran Rp. 14.300 pada perdagangan Kamis (21/4/2022). Saat ini rupiah masih terpantau menguat, penguatan ini tidak hanya terhadap mata uang Asia, melainkan juga terhadap mata uang global.
Kenaikan rupiah ini masih dibayangi ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed, namun meskipun begitu rupiah memiliki amunisi dari dalam negeri, yaitu neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus 4,53 milat USD.
Rupiah terapresiasi 0,56% ke level Rp. 14.312 per USD. Mata uang Indonesia ini mencatatkan keunggulan yang cukup signifikan terhadap dolar Australia yaitu sebesar 0,72%, Euro 0,78%, dan Poundsterling 0,63%.
Selain itu, apresiasi rupiah atas mata uang Asia juga tidak perlu diragukan lagi. Saat ini Rupiah sangat perkasa melawan mata uang dunia lainnya, seperti Yen 1,02%, Dolar Taiwan 0,85%, baht 0,84%, dolar Singapura 0,70%, Ringgit 0,62%, Dolar Hongkong 0,60%, dan Yuan 0,58%.
Kenaikan ini tentu mengejutkan banyak pihak, sebelumnya rupiah masih digadang-gadang akan kembali turun akibat adanya tekanan eksternal yaitu dolar yang naik ke puncak baru dari semua mata uang dunia.
Sebelumnya, presiden Fed Chicagi Charles Evans juga menyampaikan bahwa ia nyaman dengan putaran kenaikan suku bunga tahun ini yang mencakup dua kenaikan 50 basis poin.
Pergerakan The Fed cukup memberikan banyak pengaruh terhadap pergerakan mata uang dunia. Kenaikan rupiah saat ini sangat gagah ditengah mata uang Asia dan dunia.