Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Sepekan Terakhir Rupiah Sukses Pukul Mundur Dollar AS

Sepekan Terakhir Rupiah Sukses Pukul Mundur Dollar AS

by Didimax Team

Selama satu pekan belakangan ini tercatat rupiah berhasil gebuk dollar mundur. Mata uang tanah air ini sukses memberikan apresiasi sebanyak 0.71% tepat didepan greenback dan membuat dollar mundur dari posisinya.

Saat ini mata uang rupiah bahkan sudah turun serta ada di level 14.200 rupiah per dollar. Minggu ini di momen perdagangan terakhir ditutup bahkan rupiah sukses menguat sekitar 0.4% pada dollar.

Ketika penutupan perdagangan tersebut, tepat berada di level 14.188 rupiah per dollar. Bahkan ketika akhir minggu lalu, rupiah masih dicatat pada level 14.300 per us dollarnya, termasuk angka besar.

Menguatnya nilai mata uang rupiah pekan ini sendiri mendapat dukungan dari adanya perilisan data ekonomi Indonesia. Dimana data ekonomi yang dirilis tersebut menunjukkan jika sinyal perbaikan ekonomi membaik.

Pada pekan ini memang ada sebanyak tiga buah data ekonomi yang dirilis oleh pemerintah Indonesia. Diantaranya ialah cadangan devisa pada bulan Mei, penjualan ritel di bulan April, serta Indeks Keyakinan Konsumen.

Berdasarkan datanya, pada cadangan devisa Mei kemarin masuk dalam level penurunan. Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan prediksi yang dilakukan oleh konsensus saat ini.

Sementara untuk indeks keyakinan konsumen serta penjualan ritel sendiri masih mengalami kenaikan. Dengan adanya tiga data yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut memberikan dampak pada mata uang rupiah sendiri.

 

Rilis Data Ekonomi Indonesia

Menguatnya rupiah minggu ini seperti yang sudah disebutkan, adanya perilisan data ekonomi. Sebesar USD 2,4 Milyar, cadangan devisa negara alami penurunan dari level paling tingginya sepanjang sejarah ke USD 136,4 Milyar.

Pihak Bank Indonesia bahkan mengungkapkan jika penurunan yang dialami oleh data cadangan devisa negara tersebut juga disebabkan oleh adanya pembayaran hutang pemerintah ke luar negeri.

Walaupun tercatat mengalami penurunan, namun data tersebut masih masuk dalam level atas standar dari kecukupan internasional. Bahkan nilai tersebut juga dapat mendukung bidang eksternal dan stabilitas dari makroekonomi.

Selain itu dapat mendukung sistem keuangan di level domestik. Besarnya cadangan untuk devisa ini sendiri menjadikan BI harus punya banyak amunisi agar dapat menjaga nilai tukar mata uang tetap stabil.

Berpindah ke indeks keyakinan konsumen, dalam hal ini pihak konsumen sendiri mulai yakin dalam melihat perekonomian Indonesia. Angka pada IKK sendiri mengalami kenaikan sekitar 2,9 poin diman sekarang jadi 104,4.

Hal tersebut sukses menjadi topik paling tinggi sejak bulan Maret tahun lalu. Meningkatkan kepedulian konsumen sendiri juga didukung adanya data penjualan untuk ritel dimana alami peningkatan.

Selama 16 bulan berada di posisi stabil, pada penjualan ritel tumbuh sebesar 15,6% di bulan April. Hal tersebut terjadi setelah mengalami kontraksi di bulan sebelumnya sebesar 14,6%.

Ancaman Pasar Keuangan

Data yang dirilis oleh pemerintah tersebut juga memberikan bukti jika perekonomian di Indonesia mengalami peningkatan. Bahkan bisa dikatakan masuk dalam kondisi dimana ekonomi domestik mulai melakukan pemulihan bertahap.

Bukan hal yang berlebihan apabila di tiga bulan kedua tahun ini PDB negara Indonesia diprediksi akan tumbuh baik. Hal tersebut menjadi sebuah dorongan yang positif untuk aset berisiko di Indonesia.

Akan tetapi pihak investor tentu saja saat ini harus memahami serta menganalisis dengan baik dua hal yang menjadi ancaman market keuangan. Sehingga dalam keadaan tersebut, pemerintah masih bisa melakukan terbaik.

Pertama ialah dengan adanya pandemi virus covid-19 dimana hingga saat ini masih belum mereda. Bahkan setiap harinya, kasus masyarakat yang terinfeksi terus mengalami kenaikan hingga bulan lalu di pekan ketiga.

Beberapa hari terakhir minggu ini bahkan kasus terinfeksi yang baru dilaporkan hingga masuk ke angka 8 ribu orang tiap harinya. Meningkatnya kasus ini tentu bisa memberikan ancaman untuk jalannya pemulihan ekonomi.

Apalagi akhir-akhir ini ekonomi sedang mengalami pemulihan dalam level terbaiknya. Selain itu hal kedua yang harus diperhatikan ialah adanya pendapat mengenai pengurangan dorongan pihak the Fed yakni tapering.

Dengan adanya tapering tersebut memberikan peluang untuk menciptakan capital outlow, dimana nantinya bisa membuat rupiah jadi tertekan. Sehingga pemerintah harus memperhatikan dengan baik hal ini sebagai ancaman.