Kebutuhan energi terbarukan yang ramah lingkungan adalah masalah penting yang harus di wujudkan oleh berbagai pihak. Sementara peralihan Indonesia menuju pemanfaatan energi terbarukan sudah menjadi suatu keharusan
Apalagi dunia sudah menyepakati penghapusan penggunaan batu bara sebagai salah satu energi fosil yang mengancam terjadinya krisis iklim. Walaupun begitu peralihan tersebut tidak bisa dilakukan dengan mudah dan cepat, perlu waktu yang cukup lama dengan berbagai tahapan dilakukan.
Ditambah dengan dukungan dari berbagai pihak agar realisasi peralihan konsumsi masyarakat kepada energi yang ramah lakukan bisa segera terjadi. Selain pemerintah, perusahaan publik juga harus aktif andil melihat potensi besar energi terbarukan dan strategi peralihannya.
Salah satunya PT Medco Energi Internasional Tbk. yang memiliki pandangan untuk segera melakukan realisasi pemanfaatan energi terbarukan dan ramah lingkungan. Di saat emiten penambang batu bara dan migas sedang dibebankan kewajiban untuk membuat solusi peralihan energi terbarukan dan meninggalkan energi dengan tingkat emisi karbon tinggi.
Sebagai emiten energi Medco memandang langkah Indonesia dalam komitmen Perjanjian Paris untuk meninggalkan sumber energi fosil harus direalisasikan. Krisis global bukanlah sesuatu yang harus disepelekan, bahkan dunia juga sudah mulai bergerak dan menyadari hal tersebut.
Tantangan Peralihan Energi
Walaupun begitu langkah peralihan harus dilakukan dengan komitmen investasi yang besar serta waktu yang tidak sebentar. Peralihan harus dilakukan dengan terstruktur dan terencana dengan baik agar meminimalisir terjadinya resiko investasi.
Menurut Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro pengembangan EBT di Indonesia akan sangat berbeda dengan negara besar seperti Eropa dan Amerika. Banyak faktor yang membatasi proses cepat peralihan energi fosil yang sudah lama dimanfaatkan oleh Indonesia.
Hilmi juga menjelaskan Medco memiliki komitmen besar untuk ikut membantu visi Indonesia dan dunia untuk mengurangi tingkat emisi karbon. Namun dalam peralihan tersebut harus realistis dan tidak menutup mata terhadap berbagai tantangan yang harus dihadapi.
Medco juga berkomitmen untuk terus menyediakan energi yang bisa berkelanjutan dan dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Selain itu energi terbarukan juga harus diterima oleh masyarakat, menjamin keamanan dan kualitas pemanfaatannya.
Hilmi mencontohkan proyek EBT yang sedang dikembangkan oleh Medco Energi yaitu pembangkit listrik tenaga surya yang berada di Pulau Sumbawa. Proyek tersebut masih tetap menggunakan migas agar menjaga transisi ke EBT.
Ditambah pembangkit listrik tenaga surya masih mempunyai sifat intermiten atau belum stabil untuk dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Hilmi minyak dan gas tidak bisa langsung dilepas, minyak dan gas mempunyai peran penting dalam transisi tersebut.
Hilmi juga mengkhawatirkan terjadinya kelangkaan karena tidak siapnya energi terbarukan yang dikembangkan. Proses transisi harus dilakukan dengan tepat agar menghindari berbagai macam hal yang menghambat peralihan energi.
Tarif Energi Baru dan Terbarukan yang Mahal
Menurut Hilmi tarif untuk energi baru dan terbarukan masih belum ekonomis dan stabil untuk digunakan. Hilmi juga mencontohkan saat ini Medco sedang melakukan pengembangan insentif kepada pembangkit listrik tenaga geothermal.
Namun pengembangan tenaga listrik dari geothermal tersebut membutuhkan sedikitnya belanja modal mencapai 5 Juta Dollar AS. Dengan modal tersebut menurut Hilmi akan menghasilkan kurang lebih 1 megawatt listrik dari geothermal.
Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga gas dan uap harga tersebut bisa dikatakan lebih mahal. Untuk menghasilkan listrik sebesar 1 megawatt diperlukan belanja modal hanya sekitar 700.000 Dollar AS saja.
Strategi Medco Dalam Mengurangi Emisi Karbon
Hilmi juga menjelaskan strategi Medco yang akan digunakan untuk mengatasi masalah harga yang belum ekonomis tersebut. Diantaranya dengan membuat sistem tarif cermat dengan membuat harga pada 5 tahun pertama tinggi kemudian capex kembali bisa membuat harga menjadi lebih rendah.
Menurut Hilmi hal seperti itu bisa meningkatkan antusiasme investasi pada Energi Baru dan Terbarukan yang akan dilakukan oleh emiten energi seperti Medco. Saat ini Medco membuktikan komitmennya pada pengurangan emisi karbon dengan berbagai strategi.
Hilmi menjelaskan prioritas utama Medco saat ini adalah melakukan operasi yang bersih dengan berwawasan pada lingkungan. Selain itu Medco juga selalu mengutamakan pemanfaatan energi yang paling efisien untuk menurunkan emisi dalam produksi.
Selain itu Medco terus berusaha meningkatkan portfolio energi bersih seperti tambang Amman di Pulau Sumbawa telah di melakukan proses diversifikasi penggunaan batu bara. Hilmi juga menambahkan adanya pembangunan pembangkit tenaga surga 26 MWp yang dibuat di tambang Amman tersebut.