Rate hike dan juga statement hawkish dari Reserve Bank of Australia (RBA) kembali berhasil mendorong pertumbuhan Dolar Australia kembali menguat terhadap mata uang Dolar Amerika Serikat pada beberapa hari yang lalu dan menjadi trending topik.
Pada hari selasa 7 Februari 2023 lalu Dolar Australia menguat kedudukannya terhadap Dolar Amerika Serikat pada kisaran 0.6935 yang sama saja menguat sebesar 0.78 persen kemerosotan ini telah berusaha dipangkas oleh rilis data dari NFP AS.
Suku Bunga yang Dinaikkan Membuat AUD Menguat Terhadap USD
Pada hari Selasa 7 Februari 2023 kemarin ada sebuah rilis resmi dari Reserve Bank of Australia (RBA) yang mengumumkan bahwa ada sebuah kenaikan suku bunga sebesar 25 bps yang semulanya dari 3.1 persen setelah adanya kenaikan menjadi 3.35 persen.
Dengan adanya kenaikan suku bunga yang satu ini hal tersebut menandakan bahwa Bank sentral Australia telah melakukan rate hike yang terjadi secara kumulatif. Dengan jumlah kenaikan menjadi 325 bps sejak tahun lalu untuk mengatasi lonjakan inflasi.
Gubernur Phillip Lowe mengatakan bahwa terkait suku bunga lanjutan hal ini masih perlu diadakan karena beberapa alasan yang menjadi faktor utamanya. Ucap belia ketika memberikan sebuah pernyataan selepas pengumuman suku bunga dirilis resmi.
Salah satu alasan yang mendasarinya tentu saja adalah terkait inflasi. Karena tingkat inflasi dari Australia pada saat ini masih jauh dari target. Yang dimana target pemerintah Australia masih kurang antara 2-3 persen untuk bisa mencapai target itu.
Lowe berkata bahwa "peningkatan suku bunga lebih lanjut masih diperlukan selama beberapa bulan ke depan untuk memastikan inflasi bergerak turun hingga kisaran target. Kami juga perlu memastikan lonjakan inflasi yang terjadi hanya bersifat sementara ".
Pernyataan yang dilontarkan oleh Phillip Lowe tersebut melatarbelakangi RBA menaikkan suku bunga karena kepentingan inflasi yang belum sesuai dengan target. Sementara itu lonjakan inflasi yang terjadi di Australia meningkat sebesar 7.8 persen di IV/2022 lalu.
Angka tersebut adalah angka yang paling tinggi di alami Australia selama kurun waktu 30 tahun terakhir. Hal ini menunjukan bahwa serangkaian rate hike yang dilakukan selama satu tahun lalu belum bisa meredam terjadinya masalah inflasi di Australia ini.
RBA Memperlambat Laju Rate Hike
Sebagai informasi bahwa Reserve Bank of Australia (RBA) pernah memperlambat laju rate hike pada akhir tahun 2022 yang lalu. Hal ini dilakukan agar perekonomian tidak terlalu berdampak akibat suku bunga tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah Australia.
Lowe juga menambahkan bahwa inflasi yang saat ini sedang terjadi di Australia bisa turun menjadi 4.75 persen di akhir tahun 2023 nanti. Hal ini dikarenakan sudah ditetapkannya kebijakan suku bunga yang tinggi maka bisa mengurangi tingginya inflasi.
Tetapi target pelemahan inflasi yang bisa dilakukan secara total masih memiliki jangka waktu yang cukup lama. Karena target pelemahan inflasi secara total sepertinya memakan waktu hingga tahun 2025 nanti yang artinya baru bisa tercapai 2 tahun lagi.
Dengan jangka waktu yang cukup lama dan inflasi masih belum bisa diselesaikan secara total seperti apa yang ditargetkan, maka hal tersebut bisa menjadi sebuah pertanda bahwa perekonomian Australia akan menghadapi banyak sekali rintangan.
Dampak tersebut membuat perekonomian Australia menjadi kurang stabil akibat suku bunga yang menjadi naik tersebut. Sehingga perekonomian juga bisa menjadi terganggu dan akan menghadapi banyak rintangan di masa yang akan datang tersebut.
Lowe juga memberikan sebuah prediksi bahwa dampak suku bunga yang naik menjadi tinggi tidaklah cukup baik sebetulnya, hal tersebut karena bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara yang bisa saja akan menjadi tergerus karena hal tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dapat tergerus sebesar 1,5 persen selama periode tahun 2023 dan tahun 2024. Sehingga hal tersebut harus dipersiapkan oleh warga masyarakat Australia terkait kenaikan suku bunga yang dilakukan karena inflasi di negara satu ini.
Sehingga kebijakan yang dibuat oleh Reserve Bank of Australia (RBA) untuk menaikkan suku bunga itu murni untuk bisa mencapai target penekanan inflasi yang masih kurang sebesar 2-3 persen lagi yang belum bisa tercapai target tersebut.