Setelah dikabarkan menguat selama tiga pekan terakhir, pada tanggal 24 Desember 2020 dikabarkan bahwa nilai indeks USD menurun. Hal tersebut dipengaruhi oleh kesepakatan mengenai Brexit yang terjadi di antara dua negara yaitu Inggris dan Uni Eropa. Hal ini tentu menjadi kabar natal yang cukup buruk bagi negara Amerika Serikat.
Terdapat dua mata uang negara yang juga berpengaruh terhadap perdagangan yaitu Euro dan Sterling. Kedua mata uang tersebut diberitakan mengalami penguatan terhadap indeks niali USD. Disusul oleh mata uang dollar Australia, Kanada, dan juga New Zealand. Apabila persentase penurunan diakumulasi, diketahui bahwa USD sudah mengalami penurunan sebanyak 6% pada tahun ini.
Walau penurunan USD dikabarkan membawa beberapa kabar baik, seperti adanya prediksi terhadap penguatan pada pasar modal dan juga mata bagi negara negara berkembang. Memanfaatkan kesempatan yang terjadi, seharusnya negara berkembang sudah harus mengambil strategi yang tepat guna merespon kondisi yang sedang terjadi menimpa Dolar Amerika Serikat.
Selain penguatan terhadap mata uang negara lainnya, ternyata kabar menyenangkan juga datang dari komoditas penting dalam dunia perdagangan yaitu emas. Dikabarkan bahwa emas mengalami penguatan terhadap menurunnya nilai indeks USD. Persentase peningkatannya meningkat 1% dari sebelumnya karena dipicu oleh oleh pelemahan USD.
Penguatan terhadap komoditas tersebut harus segera dimanfaatkan oleh para pelaku pasar untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dengan memanfaatkan situasi yang ada, para investor banyak yang beralih pada komoditas emas dan juga mata uang negara lain. Kebijakan dalam mengambil keputusan akan mempengaruhi keuntungan yang didapat kedepannya.
Tindakan Para Pelaku Pasar yang Harus Segera Dilakukan Merespon Kondisi Ini
Para ahli mengungkapkan bahwa penurunan indeks USD akan terus berlangsung hingga tahun 2021. Hal tersebut disebabkan karena kondisi mengenai kesepakatan akan menstimulus nilai USD yang stuck. Apalagi kondisi seperti sekarang, covid-19 yang tidak kunjung menampakkan kepastian bagi masyarakat akan membuat nilai USD diperkirakan dalam kondisi menurun.
Hal yang harus dilakukan pada kondisi saat ini adalah, para pelaku pasar perdagangan sudah bisa mengambil Tindakan seperti membeli mata uang negara lain. Hal tersebut akan semakin memperpuruk nilai indeks USD di mata dunia. Investor juga harus beralih pada nilai komoditas emas karena dampak dari penurunan USD menyebabkan nilai emas meningkat.
Dilansir dari beberapa media, dikabarkan bahwa pada tanggal 24 Desember 2020 diketahui bahwa peningkatan harga 1 gram emas naik menjadi Rp971.000. Dari harga tersebut harga emas naik sebesar Rp5000 per gram nya. Adapun harga jual emas juga dikabarkan meningkat dan berada pada harga Rp859.000 per gramnya.
Harga tersebut memberikan kenaikan sebesar Rp7000 per gram untuk komoditas emas. Anda yang sudah lama berinvestasi pada komoditas tersebut dan ingin mendapatkan keuntungan besar, maka menjual kembali merupakan hal yang harus dilakukan. Walaupun seperti yang diketahui bahwa nilai jual – belie mas selalu mengalami fluktuasi apalagi sejak pandemi covid-19 menyerang.
Tindakan Amerika Serikat Terhadap Kondisi Saat Ini
Melihat kondisi yang ada saat ini presiden Amerika Serikat yaitu Donald Trump mengancam akan menolak menandatangani usulan stimulus oleh Inggris. Hal tersebut dilakukan terhadap usulan stimulus terhadap Covid-19 yang akan mengeluarkan uang sebesar $892 milyar. Uang yang dikeluarkan diprediksi mampu menyelamatkan perekonomian Amerika Serikat.
Namun para ahli lainnya berpendapat bahwa, walaupun Presiden Donald Trump menolak untuk menandatangani stimulus tersebut maka presiden selanjutnya Amerika Serikat yaitu Joe Biden diprediksi akan menanda tangani usulan stimulus tersebut. Dan karena alasan tersebut maka para pelaku pasar akan melihat tren peningkatan harga emas akan terus berlangsung.
Dollar Amerika Serikat yang sedikit melemah dan memperkuat nilai emas. Komoditas emas tersebut telah mengalami persentase peningkatan lebih dari 23% pada tahun ini. Komoditas yang dianggap sebagai pelindung nilai mata uang dan juga inflasi akan mendapatkan keuntungan dari stimulus yang diusulkan secara besar besaran pada pasar global.
Amerika Serikat sebagai negara adikuasa menganggap bahwa pemicu menurunnya persentase kebangkitan ekonomi setelah pandemi karena varian virus baru corona yang dinilai sangat menular mampu memicu terjadinya batasan aktivitas terhadap aktivitas warga. Pembatasan aktivitas akan menurunkan produktivitas warga yang berpengaruh terhadap kebangkitan ekonomi.