Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Trader Mencari Safe Haven, US Dolar Terus Melonjak

Trader Mencari Safe Haven, US Dolar Terus Melonjak

by Didimax Team

Sebagai salah satu mata uang dunia, US dolar dalam beberapa hari terakhir terus mengalami pelonjakan. US dolar berhasil mencapai titik tertinggi baru pada 9-1/2-bulan terhadap beberapa mata uang utama.

Kekhawatiran akan adanya penyebaran varian Delta virus corona masih membayangi para investor. Selain itu, hal tersebut juga menunda pemulihan ekonomi yang dilakukan secara global saat bank sentral membalikkan stimulus.

Tidak hanya itu, pergerakan mata yang di pasar juga menjadi lebih terkendali sebelum akhir sesi masa perdagangan. Hal ini dikarenakan oleh pasar ekuitas yang stabil, dolar Australia dan Selandia Baru.

Indeks dolar juga yang berperan dalam mengukur mata uang terhadap mata uang utama lainnya. Kenaikan terjadi pada dolar ini mencapai angka 93,597 untuk pertama kalinya sejak awal November lalu.

Hal tersebut mengalami sedikit perubahan sebelum dilakukan perdagangan ke angka 93,629. Selain itu, untuk beberapa minggu ini juga berada pada jalur yang akan mendapatkan sekitar 1 persen selama 2 bulan.

 

US Dolar Melonjak

Risalah dari pertemuan Fed pada bulan Juli dirilis pada Rabu pekan ini menunjukkan pengurangan pembelian obligasi bulanan. Karena hal itu dolar Australia mengalami kemerosotan ke level terendah $0,7106.

Penurunan tersebut terjadi sebesar 0,5 persen dan menempatkannya pada jalur kinerja mingguan terburuk. Hal tersebut terjadi karena adanya penguncian Covid-19 di Sydney yang sudah diperpanjang sebulan ke depan.

Sementara itu, Kiwi Selandia Baru juga ikut terjatuh ke level terendah Sembilan bulan baru di angka $0,6807. Hal ini dikarenakan pemerintah memperpanjang penguncian Covid-19 sehingga terjadi penundaan kenaikan suku bunga.

Dolar Kanada juga ikut terjun ke level terendah delapan bulan di angka C$1,2949, turun sebesar 0,8 persen. Hal ini disebabkan oleh harga minyak yang ikut turun karena kekhawatiran ekonomi global.

Tidak hanya itu saja, Euro sudah mulai mengalami perubahan ke angka $1,1674. Meskipun demikian, angka ini masih mendekati level terendah 9-1/2-bulan di angka $1,16655 yang turun hampir 1 persen.

Mata uang Yen menguat karena sebagai mata uang safe haven. Sebaliknya, Dolar turun sebesar 0,2 persen di angka 127,96 yen. Sterling juga ikut tergelincir ke posisi terendah satu bulan.

Pasar negara berkembang juga terdampak karena mengalami perkembangan buruk pada perdagangan di minggu ini. Adanya tindakan keras regulasi di China dan kekhawatiran terhadap Covid-19 membuat para trader mencari aset aman.

Trader Pilih Safe Haven

Dolar yang menyentuh level tertinggi sejak November 2020 disebabkan oleh beberapa faktor utama. Faktor pertama ialah dalam rangka menyokong momentum bullish greenback terkait dengan kekhawatiran tapering The Fed.

Faktor lainnya ialah adanya dampak dari peningkatan kasus varian Covid-19 yaitu Delta terhadap pemulihan ekonomi global. Temuan kasus Covid-19 di New Zealand sudah meluas bahkan sampai ibukotanya.

Lonjakan kasus Covid-19 varian Delta juga terjadi di beberapa negara dunia, termasuk juga Amerika Serikat. Tingkat kematian yang terjadi juga sudah berlipat ganda sehingga kondisinya cukup mengkhawatirkan.

Keadaan ini memberikan dampak pelaku pasar yang terus mencemaskan pemulihan ekonomi global secara umum. Apalagi untuk daerah-daerah yang memiliki tingkat vaksinasi sangat rendah berisiko lebih tinggi terdampak varian terbaru.

Hal tersebut mempengaruhi mata uang di berbagai negara yang tidak menyentuh vaksinasi secara maksimal. Mata uang di kawasan antipodean mengalami keanjlokan karena tingkat vaksinasi yang melamban.

Sebagai contohnya ialah mata uang AUD/USD dan NZD/USD yang tersungkur di rekor terendah sepuluh tahun. Keadaan ini bahkan sudah terjadi dalam beberapa hari sesi perdagangan mata uang dunia.

Dolar Kanada mengalami ketertekanan dengan USD/CAD yang melambung jauh hingga 0,8 persen ke kisaran angka 1.2930. Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan para trader sehingga lebih memilih safe haven.

Tidak hanya itu saja, adanya harga minyak mentah yang mengalami penurunan harga di tengah pemulihan ekonomi global juga ikut berpengaruh. US dolar dianggap sebagai safe haven sehingga banyak trader beralih.

Rodrigo Catril yang merupakan pakar strategi National Australia Bank (NAB) ikut memberi tanggapan. Ia menyebutkan aksi menghindari risiko telah mendukung greenback dan mata uang pro menanggung dampaknya.