Minggu berkeluh bagi dolar AS tampaknya mulai surut karena pelemahan yang disebabkan oleh dirilisnya data payroll NFP AS baru-baru ini. Hal ini terlihat pada penutupan pasar Kamis yang menunjukkan bahwa dolar AS kembali menguat akibat pencapaian data inglasi AS paling tinggi selama 13 tahun.
Data inflasi yang dirilis tersebut ternyata memberikan kejutan bagi para pelaku pasar karena belum pernah melihat pencapaian tersebut selama ini. Berita yang ditulis pada Hari Kamis, 13 Mei 2021 di sesi Eropa tampak indeks dolar Amerika Serikat berada di rentang 90.90an yang berarti sudah kembali menguat.
Dalam hal tersebut juga Greenback tampak masih unggul pada semua pasangan mata uang negara mayor. Akan tetapi adanya penilaian dan analisis dari data inflasi yang dirilis tersebut tidak membuat Bank Sentral AS termotivasi untuk menaikkan suku bunga dolar AS dalam waktu dekat.
Kemunculan data inflasi yang meroket dan dirilis kemarin membuktikan bahwa dolar AS memang cukup kuat untuk melalui berbagai faktor pelemahannya beberapa hari lalu. Para pelaku pasar dan ekonom serta pemerintah AS terus mengupayakan berbagai cara untuk membuat dolar kembali menguat di berbagai sesi perdagangan pasar internasional.
Dolar AS Terlihat Menguat Kembali
Adanya data peningkatan harga suatu barang secara umum di Amerika Serikat menjadi penyebab penguatan dolar AS pada sesi perdagangan kemarin. Laporan dari US Bureau of Labor Statistics menyebutkan bahwa adanya inflasi konsumen Amerika Serikat yang tumbuh sebesar 0.8 persen dilihat dari data Month-over-Month.
Data tersebut merupakan laporan pada bulan April 2021 yang menandakan bahwa adanya percepatan sebesar empat kali lipat jika dibandingkan dari ekspektasi konsensus. Dimana nilai dari ekspektasi tersebut hanya sebesar 0.2 persen maka hal tersebut terbilang sangat baik untuk pertumbuhan ekonomi AS.
Perjuangan dolar AS selama hampir dua minggu ini memang terlihat cukup suram dan faktor dibalik hal tersebut adalah data payroll yang terbilang meresahkan dan mengecewakan. Bahkan prediksi bahwa dolar AS tidak akan menguat sampai bulan depan juga sudah disebutkan melihat data pengangguran di negara Amerika Serikat.
Akan tetapi, ternyata tidak membutuhkan waktu lama dolar AS kembali menguat melihat adanya dorongan kuat dari data inflasi yang sangat menggembirakan para pelaku pasar dan ekonom. Peningkatan data inflasi ini diharapkan dapat membuat dolar AS kian menguat di sesi-sesi perdagangan selanjutnya.
Perkembangan Data Inflasi yang Menggembirakan
Akselerasi atau percepatan sebesar empat kali lipat dari laporan data bulan April 2021 yang lalu mendorong adanya perkembangan inflasi konsumen tahunan hingga menyentuh angka 4.2 persen (Year-on-Year). Hal ini menjadi tingkat pencapaian tertinggi dalam hampir 13 tahun terakhir.
Tidak hana data inflasi tahunan, namun ternyata data inflasi inti saat ini juga menunjukkan adanya perkembangan yang menggembirakan bagi para pelaku pasar. Dimana pertumbuhan data inflasi inti yaitu sebesar 0.9 persen dilihat dari Month-over-Month pada bulan April 2021 yang lalu memberikan dorongan sampai pada tingkat 3.0 persen.
Karena hal tersebut akhirnya membuat pasar terguncang dan bahkan mulai mengubah ekspektasinya terhadap kebijakan Federal Reserve. Meski Federal Reserve menyebutkan bahwa kenaikan inflasi tidak akan berlanjut dengan penegasan mengesampingkan adanya lonjakan inflasi transisional tahun in berulang kali namun tidak ada reaksi dari pasar.
Pasar tidak terlalu merespon pernyataan tersebut karena data inflasi kali ini dianggap melampaui ekspektasi terlalu jauh. Saat ini Reuters juga melaporkan bahwa adanya kontrak futures pada suku bunga jangka pendek yang sekarang merefleksikan kepastian 100% bagi The Fed agar meningkatkan suku bunga pada akhir tahun ini.
Ini dianggap tidak sesuai dengan rencana dari pejabat The Fed yang semula ingin menunggu sampai tahun 2023 untuk menaikkan suku bunganya. Faktor lain dari penguatan dolar AS yaitu karena Yield Obligasi US Treasury 10Y yang meroket sampai posisi tertinggi selama dua pekan membuat USD menguat terhadap berbagai mata uang dengan risiko tinggi.
Meski melihat penguatan pada dolar AS namun pakar strategi dari ING menuliskan dalam catatan bahwa adanya potensi jatuh pada dolar AS sampai di bawah 90 pada beberapa pekan yang akan mendatang.