Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan USD/JPY Ambruk Usai Kabar Varian Baru Covid Bermunculan

USD/JPY Ambruk Usai Kabar Varian Baru Covid Bermunculan

by Didimax Team

Beberapa mata uang mulai mengalami fase yang buruk akibat pengaruh dari varian baru Covid-19. Salah satunya adalah mata uang USD/JPY yang ambruk usai kabar akan varian virus baru bermunculan.

Pasangan mata uang USP/JPY ini merosot mencapai 1.5 persen menuju level terendah pada sepekan terakhir. Kemerosotan ini mencapai level 113.60 lebih pada perdagangan sesi Asia hingga sesi New York.

Beberapa hal memang mempengaruhi penurunan mata uang USD/JPY ini. Salah satunya adalah adanya kemunculan varian baru Covid-19 yang memicu kepanikan pasar dan permintaan terhadap yen mulai meningkat.

Adanya permintaan yang meningkat terhadap yen ini membuat USD menjadi terbebani. Selain itu, faktor lain yang membuat semakin khawatir adalah potensi kemunduran dalam rencana Fed rate hike.

 

USD/JPY Ambruk

Beberapa peneliti di Afrika Selatan juga telah mengkonfirmasi tentang temuan varian baru Covid-19. Dikabarkan virus ini memiliki kode B.1.1.529 yang berpengaruh besar terhadap mata uang dunia.

Sebelum menyebar luas kasus pertama diperkirakan berasal dari Bostwana dan mulai menyebar mencapai Afrika Selatan. Selain itu, ada satu kasus yang juga berasal dari negara lain yaitu Hong Kong.

Berbagai varian baru ini diberi nama Nu oleh pihak WHO selaku organisasi kesehatan dunia. Menurut organisasi tersebut virus ini memiliki kombinasi mutasi yang berpotensi menular lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya.

Bahkan, dikabarkan virus varian baru ini juga kebal terhadap vaksin yang sudah ada sehingga sangat membahayakan. Karena hal itulah para investor mulai mengambil tindakan aman untuk menyelamatkan aset mereka.

Kabar tentang kehadiran varian virus terbaru ini memberikan dampak terhadap rand Afrika Selatan. Rand Afrika Selatan anjlok melebihi angka 2 persen terhadap dolar AS dan sangat pastinya sangat merugikan investor.

Sementara itu, beberapa jenis komoditas dari dolar dan pound sterling juga ikut jatuh akibat kasus ini. Tentunya kondisi sangat membahayakan dan membuat kekhawatiran para investor semakin meningkat.

Sementara itu, dibalik merosotnya beberapa kelompok dolar berbalik dengan mata uang safe haven. Mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss berhasil menguat secara signifikan.

Pemicu Menurunnya USD/JPY

Tidak hanya itu, beberapa mata uang lainnya juga menyusul kondisi yen Jepang dan franc Swiss pada perdagangan terakhir. Contohnya adalah mata uang Euro yang juga memetik peluang peningkatan tipis.

Euro berhasil menyusul yen Jepang dan franc Swiss di angka peningkatan 0.7 persen versus dolar AS. Ketiga mata uang ini saat ini sedang berada dalam kondisi positif untuk perdagangan terakhir.

Adanya perubahan harga perdagangan ini juga bersamaan dengan volume perdagangan yang minim usai libur Thanksgiving di AS. Hal ini membuat volatilitas pasar lebih tinggi dan membuat dolar AS terpukul.

Salah satu pakar strategi di Societe Generale bernama Kenneth Broux juga ikut berpendapat dalam kondisi ini. Menurutnya kondisi saat ini merupakan bentuk pelarian menuju aset yang lebih berkualitas.

Ini terbukti dengan beralih dan mulai memasuki yen Jepang dan franc Swiss akibat adanya varian virus baru. Hal ini bahkan bisa dicapai dalam kondisi likuiditas yang tipis dalam perdagangan dunia.

Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa salah satu faktornya adalah obligasi. Menurutnya faktor yang mempercepat perubahan adalah pelepasan posisi obligasi jangka pendek yang sedang dilakukan.

Kondisi USD/JPY Terkini

Salah satu pakar strategi mata uang ING Bank bernama Francesco Pesole juga ikut berpendapat dalam hal ini. Menurutnya tidak terkejut jika melihat yen memiliki peluang besar dalam kondisi ini.

Menurut Pesole yen merupakan safe haven klasik yang berpeluang tinggi. Selain itu, adanya kondisi sudah sangat jenuh jual sehingga mempengaruhi yen bisa naik dengan cepat dalam kondisi saat ini.

Adanya penguatan yen dan franc juga mendesak kondisi greenback. Hal ini menyebabkan indeks dolar AS (DXY) jatuh pada angka sekitaran 0.7 persen menuju 96.16 dalam jangka waktu yang cepat.

Tidak hanya itu, dolar AS juga mengalami kekhwatiran terhadap berbagai temuan varian virus corona baru. Hal ini sangat memungkinkan The Fed untuk menindak kenaikan suku bunga pada tahun depan.

Pesole juga menyebutkan salah satu potensi risiko adalah bank sentral yang hawkish mengancam kebijakan yang terjadi. Karena hal itulah dolar menjadi lebih rapuh dibandingkan euro.