Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Virus Corona Jenis Baru Munculkan Naik Turunnya Mata Uang

Virus Corona Jenis Baru Munculkan Naik Turunnya Mata Uang

by Didimax Team

Virus Corona atau Covid-19 belum berakhir dan masalah naik turunnya ekonomi dunia juga masih terus berlangsung. Keadaan dunia saat ini memang sedang diombang-ambingkan karena kasus Covid-19 yang belum berakhir. Dikeluarkannya vaksin dan berbagai upaya untuk pemulihan tampaknya masih belum cukup. 

Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara sempat mengalami naik turun akibat isu-isu mengenai Covid-19 yang sudah ada sejak tahun 2019. Banyak penyebab yang membuat naik turunnya pertumbuhan ekonomi ini karena tidak adanya kepastian kapan Covid-19 akan berakhir. 

Belakangan diketahui bahwa virus Corona jenis baru muncul dan menyebabkan sejumlah mata uang negara di dunia mengalami pelemahan dan peningkatan. Ini tampak pada negara Amerika Serikat dan juga Indonesia yang memiliki perbedaan pertumbuhan ekonomi dikeduanya saat ini. 

Kabar ini diungkapkan oleh para pakar dan analisa perdagangan internasional pada minggu ini. Kemunculan virus corona jenis baru ini cukup membuat heboh dunia perekonomian di beberapa negara yang masih termasuk zona merah. Upaya demi upaya terus dilakukan guna menekan angka penurunan mata uang bagi Indonesia. 

 

Dolar Mengalami Peningkatan Akibat Isu Mutasi Virus COVID-19

Wabah virus Corona tampaknya masih mengkhawatirkan apalagi merespon kabar mengenai kemunculan jenis baru tersebut. Bagi sebagian negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup lambat akan sangat berdampak besar, namun negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi seperti Amerika Serikat saat ini mantap dengan peningkatan dolarnya. 

Tepatnya pada hari Selasa, 22 Desember 2020 dolar melonjak hingga 0,67 persen masuk pada level 90.64 indeks pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tampak solid. Nilai ekspansi 33.4 persen pada kuartal ketiga 2020 menjadi pembanding dari GDP sebelumnya yang adalah 33.2 persen. Sehingga hal ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 

Meskipun kabar mengenai jenis baru dari Corona sempat heboh namun ungkapan para pakar medis yang menyatakan bahwa vaksin juga bisa melawan penyebaran virus corona jenis baru ini. Kabar ini cukup membuat sentiment risiko terpukul dan membuat zona merah pada saham-saham Amerika Serikat dan reli obligasi terkecuali pada NASDAQ. 


Meskipun demikian, namun ternyata harga komoditas memiliki potensi menguntungkan para eksportir. Sehingga kemungkinan mata uang-mata uang komoditas akan memiliki peluang lebih untuk mengungguli Dolar Amerika Serikat. Menjelang tahun baru upaya pemerintah Amerika Serikat semakin gencar untuk meningkatkan nilai mata uang AS di perdagangan internasional. 

Rupiah Sebagai Mata Uang Indonesia Melemah

Sementara Dolar AS mengalami peningkatan, Rupiah mengalami pelemahan yang cukup mengkhawatirkan. Pasalnya tercatat pada Selasa 22 Desember 2020, Kurs USD/IDR turun di level Rp14.218 atau sebesar 0.26% dari sebelumnya. Ini diakibatkan oleh penemuan virus corona jenis baru di Inggris. 

Menurut informasi dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar AS turun sebesar 38 poin. Kekhawatiran terhadap sentiment risiko membuat mata uang Amerika Serikat ini menguat sebagai safe haven. Sehingga dampaknya bagi mata uang negara berkembang seperti Indonesia masuk pada zona merah. 

Meskipun beberapa pakar medis sempat menyebutkan bahwa vaksin bisa mencegah mutasi Covid-19 yang baru namun belum ada kepastian mengenai hal tersebut karena harus diuji kembali. Mengingat bahwa kabar mengenai 70% peluang penyebarannya lebih tinggi dari sebelumnya sehingga beberapa negara memutuskan untuk tidak membuka penerbangan keluar-masuk Inggris. 


Meskipun Rupiah sebagai salah satu mata uang negara berkembang sedang mengalami pelemahanan, namun menurut Josua Pardede sebagai ekonom Bank Permata mengatakan bahwa masih ada peluang untuk penguatan Rupiah terhadap Dolar AS. Penguatan ini dianggap sangat terbatas. 

Joshua menyebutkan bahwa kemungkinan penguatan Rupiah bisa sampai kisaran Rp14.100 – Rp14.175 per Dolar AS. Selain itu, Direktur Riset CORE Indonesia juga memprediksikan bahwa kemungkinan kinerja perdagangan Indonesia akan mengalami peningkatan dan membaik pada tahun 2021 nanti. 

Hal ini disebabkan oleh adanya peralihan kekuasaan antara Trump dan Biden yang mengalami isu-isu terhadap pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat. Ini nantinya dianggap bisa meningkatkan munculnya investasi-investasi baru yang dapat menciptakan perkembangan pasar (emerging market) di Tanah Air, Indonesia. 

Harapan untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penguatan mata uang Rupiah ditengah masa pandemi ini cukup berarti dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara.