Kenapa Banyak Trader Tewas di Pasar Forex Gara Gara News

Dalam dunia trading forex, rilis berita ekonomi atau news sering kali menjadi momen yang ditunggu sekaligus ditakuti oleh para trader. Banyak trader yang melihat news sebagai peluang emas untuk mendapatkan keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun, tidak sedikit pula yang justru kehilangan seluruh modalnya hanya dalam hitungan menit ketika berita besar dirilis. Fenomena ini sering disebut sebagai “trader tewas gara-gara news.” Mengapa hal ini bisa terjadi? Artikel ini akan mengulas secara mendalam faktor-faktor penyebabnya, risiko yang mengintai, dan bagaimana sebaiknya trader menyikapi momen news.
1. Volatilitas Ekstrem yang Sulit Diprediksi
Ketika berita ekonomi penting seperti Non-Farm Payrolls (NFP), suku bunga bank sentral, atau data inflasi dirilis, pasar forex bisa berubah sangat cepat. Harga mata uang dapat bergerak puluhan hingga ratusan pips hanya dalam hitungan detik. Lonjakan volatilitas ini sering kali membuat analisis teknikal gagal berfungsi. Support dan resistance yang sebelumnya terlihat kuat bisa ditembus dengan mudah, sehingga stop loss trader tersapu begitu saja.
Banyak trader pemula yang tidak memahami sifat volatilitas ekstrem ini. Mereka hanya melihat peluang profit besar, tetapi lupa bahwa risiko juga meningkat berkali-kali lipat. Akibatnya, akun trading mereka bisa habis hanya karena tidak siap menghadapi perubahan harga yang brutal.
2. Spread Melebar Secara Tiba-Tiba
Broker forex biasanya akan menaikkan spread saat news besar dirilis. Hal ini wajar karena likuiditas pasar menurun drastis ketika para pelaku besar menunggu hasil berita. Namun, bagi trader retail, spread yang melebar bisa menjadi mimpi buruk. Order yang seharusnya aman justru terkena stop loss karena selisih harga melebar jauh dari biasanya.
Misalnya, pasangan mata uang EUR/USD yang biasanya memiliki spread 1–2 pips bisa melebar hingga 20–30 pips saat news. Kondisi ini membuat banyak trader kaget karena kerugian mereka membengkak lebih cepat dari perkiraan.
3. Slippage yang Menghancurkan
Selain spread melebar, masalah lain yang sering terjadi saat news adalah slippage. Slippage adalah kondisi di mana order dieksekusi pada harga yang berbeda dari harga yang diinginkan. Saat volatilitas tinggi, server broker tidak mampu memproses order sesuai harga yang diminta. Akibatnya, buy atau sell yang diharapkan pada level tertentu justru dieksekusi puluhan pips lebih buruk.
Bagi trader yang menggunakan lot besar, slippage ini bisa sangat fatal. Tidak jarang trader mengalami kerugian puluhan hingga ratusan dolar hanya karena harga eksekusi meleset dari rencana.
4. Emosi Meledak Saat News
Selain faktor teknis, aspek psikologis juga sangat berpengaruh. Saat news besar dirilis, adrenalin trader biasanya meningkat. Melihat harga melonjak tajam, banyak trader tergoda untuk FOMO (Fear of Missing Out) atau masuk pasar tanpa analisis matang. Begitu posisi dibuka, harga berbalik arah dengan cepat, membuat panik, lalu menutup posisi dengan kerugian besar.
Trader berpengalaman tahu bahwa saat news, kendali emosi adalah ujian terberat. Mereka yang tidak bisa mengendalikan rasa takut dan serakah cenderung terjebak pada keputusan impulsif. Itulah mengapa banyak trader pemula “tewas” bukan hanya karena pasar, tetapi juga karena perang melawan diri sendiri.
5. Margin Call dan Akun Hancur Seketika
Salah satu dampak paling menakutkan dari trading saat news adalah terjadinya margin call. Ketika harga bergerak terlalu cepat dan melawan posisi trader, modal bisa terkuras hanya dalam hitungan menit. Akun trading yang tadinya sehat langsung habis, bahkan bisa masuk ke saldo negatif jika broker tidak memiliki perlindungan.
Banyak trader pemula menganggap remeh risiko ini. Mereka berpikir modal kecil bisa cepat berkembang saat news, tetapi kenyataannya justru modal kecil lebih mudah lenyap ketika volatilitas menghantam.
6. Analisis Teknis yang Tidak Berlaku
Sebelum news, banyak trader mengandalkan pola chart, indikator, atau strategi teknis. Namun, saat berita besar keluar, semua pola teknikal bisa gagal. Harga bisa menembus semua garis tren, moving average, bahkan level Fibonacci dalam waktu singkat. Kondisi ini membuat banyak trader bingung dan merasa dikhianati oleh strategi yang biasanya berjalan baik.
News menciptakan “irrational market” di mana harga lebih dipengaruhi oleh sentimen dan reaksi spontan daripada analisis logis. Itulah mengapa news trading membutuhkan skill khusus, bukan sekadar mengandalkan teknikal.
7. Kurangnya Pemahaman Fundamental
Banyak trader pemula masuk ke pasar tanpa memahami apa isi news yang dirilis. Mereka hanya melihat kalender ekonomi dan menebak arah harga. Padahal, setiap news memiliki dampak berbeda tergantung kondisi ekonomi global saat itu. Misalnya, kenaikan suku bunga bisa menguatkan mata uang jika ekonomi stabil, tetapi bisa melemahkan mata uang jika pasar menilai kenaikan tersebut terlalu agresif.
Kurangnya pemahaman fundamental inilah yang membuat banyak trader salah prediksi. Mereka hanya ikut-ikutan tanpa analisis mendalam, sehingga peluang loss lebih besar daripada profit.
8. Overleverage yang Mematikan
Kesalahan fatal lain yang sering terjadi saat news adalah penggunaan leverage terlalu besar. Dengan leverage tinggi, modal kecil bisa mengendalikan posisi besar. Memang benar potensi profit meningkat, tetapi risikonya juga semakin besar. Saat news, pergerakan harga yang hanya 20–30 pips saja bisa langsung menghabiskan akun dengan leverage tinggi.
Trader yang tidak memahami manajemen risiko biasanya terjebak pada euforia ini. Mereka berharap cuan besar dalam sekali tembak, tetapi akhirnya habis dalam sekali salah langkah.
9. Strategi “Gambling” yang Merugikan
Tidak sedikit trader yang memperlakukan news trading seperti judi. Mereka membuka posisi buy atau sell sebelum berita keluar, berharap harga bergerak sesuai tebakan. Padahal, news sering kali menghasilkan fakeout atau pergerakan palsu yang menyesatkan. Harga bisa melonjak dulu lalu berbalik tajam dalam detik berikutnya.
Strategi gambling ini memang kadang berhasil, tetapi lebih sering berakhir tragis. Trader yang mengandalkan keberuntungan jarang bisa bertahan lama di pasar forex.
10. Kurangnya Edukasi dan Bimbingan
Penyebab utama mengapa banyak trader “tewas” gara-gara news adalah kurangnya edukasi. Tanpa pengetahuan yang cukup, trader hanya mengandalkan intuisi dan spekulasi. Padahal, news trading membutuhkan analisis fundamental, pemahaman psikologi pasar, serta strategi manajemen risiko yang matang.
Trader yang belajar secara otodidak biasanya membutuhkan waktu lama untuk memahami risiko ini. Sayangnya, banyak yang sudah kehilangan modal besar sebelum benar-benar paham cara menghadapi news.
Kesimpulan
Trading saat news memang menawarkan peluang besar, tetapi juga menyimpan risiko yang sangat tinggi. Volatilitas ekstrem, spread melebar, slippage, margin call, hingga emosi yang tidak terkendali bisa membuat trader kehilangan seluruh modalnya dalam waktu singkat. Itulah sebabnya banyak trader yang “tewas” di pasar forex gara-gara news. Untuk bisa bertahan, dibutuhkan pengetahuan mendalam, pengalaman, serta disiplin yang kuat.
Jika Anda merasa sering terjebak saat news dan ingin memahami bagaimana cara menghadapi momen berisiko tinggi ini dengan benar, kini saatnya belajar dari mentor profesional. Jangan biarkan akun Anda habis hanya karena salah langkah menghadapi rilis berita besar. Melalui edukasi yang tepat, Anda bisa memahami strategi terbaik, kapan harus masuk, kapan harus menunggu, serta bagaimana melindungi modal Anda.
Bergabunglah bersama program edukasi trading di www.didimax.co.id, tempat di mana Anda akan mendapatkan pembelajaran langsung dari para trader berpengalaman. Dengan bimbingan yang terstruktur, Anda tidak hanya belajar teori, tetapi juga praktik menghadapi kondisi pasar nyata. Jangan tunggu sampai akun Anda hancur karena news, mulailah langkah cerdas menuju trading yang lebih aman dan konsisten bersama Didimax.