Euro melemah terhadap dolar Amerika Serikat pada jumat pagi 24/04/2020. Perlemahan mata uang euro ini terjadi sebagai akibat tak menyepakati paket stimulus pemulihan covid 19 yang dikeluarkan oleh pimpinan Eropa. Padahal, negara-negara blok belum mengetahui bagaimana cara untuk membiayai anggaran pengeluaran.
Jumat pagi ini, euro melemah tipis sebesar 0,04% ke angka 1,0772 terhadap dolar Amerika Serikat. Sedangkan euro terhadap GBP mengalami penurunan sebesar 0,01% pada angka 0,8717. Namun, angka ini juga diikuti dengan pelemahan uang rupiah sebesar 1,04% terhadap euro yang menjadikan penurunan di angka 16.713,2.
Pelemahan euro sebagai akibat tak sepakat terhadap blok ekonomi ini justru mendapatkan persetujuan 27 negara blok. Hal ini dibuktikan dengan adanya dukungan rencana sebesar 540 miliar dolar Amerika dalam rangka mendukung dunia usaha beserta keadaan ekonomi sebagai dampak dari penyebaran virus corona.
Rencana stimulus yang baru saja digulirkan ini ternyata diharapkan diadakan dengan lebih besar dan lebih berdampak. Hal ini seperti yang dikatakan oleh tim pengamat yang menyatakan diperlukan rencana stimulus lebih hebat sebagai penanganan dan pencegahan terhadap dampak penyebaran virus corona.
Pada pertemuan yang hendak digelar itu, komisi Eropa telah menyetujui pemberian 2 triliun euro. Namun, keputusan ini justru tidak disetujui oleh beberapa negara. Pasalnya, negara anggota tak menyetujui untuk pembagian beban dengan negara-negara lain. Hal ini menjadi perdebatan di tengah pandemi yang semakin meningkat.
Keputusan Negara Anggota Eropa
Beberapa negara seperti Prancis, Spanyol, serta Italia, mendorong adanya pendanaan stimulus yang berasal dari penjualan utang uni Eropa atau yang dikenal dengan adanya obligasi corona. Namun, beberapa negara seperti Jerman dan Belanda justru menolak gagasan tersebut. Mereka mengkhawatirkan jika terjadinya pembebasan dari pembiayaan yang dicanangkan tersebut.
Prediksi penurunan euro ini juga telah diprediksi oleh presiden ECB Crhistine Largarde. Beliau mengatakan akan terjadi penyusutan ekonomi euro sebesar 15% pada tahun ini. Sehingga beliau semakin mendesak pimpinan Uni Eropa untuk segera menerbitkan stimulus sebagai langah pencegahan penyebaran dampak corona.
Di lain sisi, ECB justru menerima langkah yang diajukan federal reverse. ECB juga akan menerima junk bond dengan imbas atau hasil yang lebih tinggi. Namun, imbas tersebut memiliki peringkat rendah yang dijadikan sebagai jaminan perbankan dalam mengakses pinjaman menggunakan bunga yang begitu rendah.
Namun, persetujuan ECB ini tidak diikuti dengan opsi layaknya The Fed dalam menerapkan pemangkasan utang. Hal ini bertujuan untuk mengimbangi perubahan nilai yang menjadikan beban tambahan bagi bank sentral hingga akhirnya menderita kerugian. Hal ini akan menimbulkan masalah besar bagi ECB mengingat profil risiko obligasi yang tinggi.
Kenaikan Dolar AS Terhadap Euro
Posisi penurunan mata uang euro ternyata diikuti dengan kenaikan posisi dolar AS. Dolar AS justru meningkat sebesar 0,07% menuju angka 100,605 terhadap euro. Mengingat euro saat ini jatuh di level terendah selama satu bulan. Sehingga Uni Eropa kemudian menyepakati penambahan dana darurat yang belum diketahui rincian jelasnya.
Posisi penurunan euro ini sangat berdampak pada Italia dan Spanyol yang terdampak paling keras selama adanya crisis covid-19. Hal tersebut juga berhubungan dengan gagalnya pengujian obat antivirus tahap pertama yang disebut bukan merupakan obat mujarab untuk menghentikan kontraksi sebesar 15%.
Peringatan Risiko Kolapsnya Euro
Penurunan mata uang euro sebagai akibat dari covid-19 ini telah mendapatkan peringatan keras dari presiden Prancis. Presiden Prancis mengatakan jika perekonomian Eropa dapat kolaps jika gagal dalam menopang perekonomian negara anggotanya yang telah rapuh dan membantu bangkit setelah terjadinya serangan covid 19.
Menurut Macron tak ada lagi pilihan lain selain menerbitkan utang bersama yang dijamin bersama dalam menalangi negara anggota terdampak pandemic corona. Pasalnya, kegagalan memberikan pertolongan oleh Uni Eropa justru dapat digunakan oleh negara populis anti Eropa dalam meraih suara di pemilihan umum selanjutnya.
Wacana surat utang tersebut kemudian dijuluki dengan obligasi corona yang mendapatkan pertentangan keras dari Jerman dan Belanda. Namun, penerbitan obligasi dinilai sebagai satu-satunya langkah terbaik dalam menyelamatkan perekonomian negara terdampak corona di Uni Eropa seperti Spanyol dan Italia untuk dapat keluar dari krisis berkepanjangan ini.