Amerika Serikat adalah salah satu Negara adidaya dengan kekuatan ekonomi luar biasa. Hal ini bisa dilihat dari nilai dolar Amerika Serikat yang terus merangkak jika dibandingkan dengan mata uang Negara lain. Tak hanya itu saja, beberapa perdagangan dan keuangan Amerika Serikat juga menjadi faktor pendukung Negara adidaya ini.
Berdasarkan data ekonomi luar biasa yang dimiliki oleh Amerika Serikat serta banyaknya permintaan investor pada aset-aset yang dimiliki, membuat mata uang AS terus melonjak. Hal ini juga membuat beberapa mata uang Eropa Tengah, Eropa Timur, Afrika, dan Timur Tengah (CEEMEA) terus tertekan.
Isu yang Utama
Mata uang CEEMEA yang terus mengalami penurunan semakin sulit untuk pulih kembali. Belum lagi ditambah dengan adanya dampak virus Corona akhir-akhir ini yang justru menguntungkan dolar Amerika Serikat. Hal ini diperkuat dengan beberapa data kekuatan Amerika yang muncul di minggu ini.
Menurut Piotr Matys seorang ahli strategi FX rabobank mengatakan bahwa “mata uang Amerika Serikat tetap menjadi yang paling menarik jika dibandingkan dengan mata uang Negara berkembang G10. Hal ini bisa dilihat dengan adanya permintaan aset yang dilakukan secara terus menerus”.
Data ini juga diperkuat dengan adanya kinerja buruk beberapa saham milik Negara berkembang yang melebihi indeks S&P 500. Hal tersebut dimulai sejak adanya perang dagang antara AS dan China yang dimulai semenjak kuartal kedua pada tahun 2018 dan diperparah dengan wabah corona virus saat ini.
Permintaan aset Amerika Serikat yang terus melojak ini dapat membatasi ruang lingkup mata uang CEEMEA untuk dapat terapresiasi bahkan pada saat sentiment mulai membaik. Catatan penting yang perlu diketahui adalah adanya data indeks Dolar Bloomberg yang menembus garis tren menurun dengan cepat.
Dampak Pengangkatan CEEMEA
Adanya penekanan terhadap mata uang CEEMEA membuat dolar melenggang kenaikannya menuju 1211,28 pada November. Meningkatnya dolar secara signifikan yang lebih tinggi membuat adanya dominasi implikasi potensial dari penggunaan mata uang lainnya. Hal ini disampaikan oleh Piotr Matys seorang EM FX Startegist Rabobank menambahkan berdampak kuat bagi aktivitas dan inflasi ekonomi.
Penekanan mata uang CEEMEA ini bisa terjadi karena pergerakan yang berlawanan arah. Hal ini membuat mata uang CEE memangkas kenaikan terhadap dolar Amerika Serikat jika Draghi dapat melakukan upaya untuk meremehkan mata uang Euro. Penantian rebound ini hanya akan bisa terwujud jika Draghi berhasil mematahkan bullish USD.
Di sisi lain, meskipun mata uang CEEMEA terus mengalami penekanan namun lingkungan global akan tetap kondusif dan juga aman bagi aset-aset Negara berkembang. Gelombang terbaru dari arus masuk modal ini akan kembali mengarah pada kenaikan mata uang secara lebih lanjut.
Faktor Penyebab Melemahnya Mata Uang CEEMEA
Berbicara mata uang Negara berkembang yang terus tertekan oleh dolar Amerika Serikat ini bisa disebabkan karena beberapa faktor mendasar. Faktor yang paling utama adalah karena perekonomian Amerika Serikat yang terus mengalami peningkatan terhitung sejak 2013 melalui penerapan kebijakan tapering off.
Kebijakan tapering off sendiri adalah kebijakan untuk meningkattkan suku bunga Negara yang akan membuat nilai dolar terus menguat. Kebijakan ini juga bertujuan untuk mengurangi pemasukan di pasar global. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki perekonomian Amerika Serikat setelah adanya krisis keuangan yang berkepanjangan.
Selain karena kekuatan ekonomi yang ada, mata uang Negara berkembang semakin turun karena harga komoditas ekspor yang tertekan di pasar internasional. Hal ini memberikan dampak besar bagi Negara berkembang yang menggantungkan perekonomiannya melalui komoditas ekspor sehingga membuat neraca perdagangan semakin memburuk.
Melemahnya mata uang Negara berkembang juga tak bisa terlepas dari tinjauan impor Negara tersebut. Hal ini terjadi pada beberapa Negara yang memiliki kebutuhan impor yang tinggi. Pasalnya, impor yang tinggi akan membutuhkan dolar sebagai alat pembayaran sehingga akan semakin melemahkan mata uang Negara berkembang.
Melihat data ekonomi keuangan Negara berkembang yang terus tertekan, maka harus dicarikan solusi yang nyata. Terdapat banyak kegiatan untuk terus mengembalikan nilai kurs mata uang Negara berkembang terhadap dolar Amerika Serikat. Hal tersebut sangat tergantung pada bagaimana caranya Negara berkembang dalam mengeluarkan regulasi keuangannya.