Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Berjuang Melawan Corona, Poundsterling Tidak Akan Goyah

Berjuang Melawan Corona, Poundsterling Tidak Akan Goyah

by Didimax Team

Badai virus corona yang kini melanda di sebagian besar dunia juga tengah dirasakan oleh negara Eropa seperti Inggris. Hingga kini jumlah penderita corona di benua Eropa mencapai angka paling tinggi berikut juga dengan nilai kematian akibat virus tersebut. Akan tetapi saat ini benua Eropa khususnya Amerika dan negara bagiannya sudah mulai membuka lockdown.

Kebijakan tersebut tentu menjadi kabar menggembirakan oleh banyak pihak terutama para pelaku bisnis karena mereka bisa segera memulai aktifitasnya kembali. Selain itu masyarakat juga bisa segera melakukan berbagai aktifitas diluar rumah namun dengan pembatasan khusus. Pembukaan lockdown tersebut akan dilakukan secara bertahap.

Kebijakan ini sengaja dilakukan oleh pemerintah mengingat badai corona yang melanda sebagian besar negara Eropa dianggap telah melewati masa puncak. Sedangkan di Inggris kegiatan perekonomian sangat jauh berbeda keadaannya jika dibanding sebelum terkena pandemi corona. Hingga kini dilaporkan sudah banyak tempat usaha yang tutup dan mengalami kerugian.

 

Nilai Poundsterling Masih Stabil

Meskipun hingga kini negara Inggris masih gencar dalam menghadapi wabah corona namun hal tersebut ternyata tidak berpengaruh besar pada nilai mata uangnya. Hal tersebut terbukti pada kemampuan poundsterling untuk melawan dolar Amerika yang dirasa masih sangat stabil. Hingga pada sesi perdagangan sesi kemarin nilai tukar pound masih bertahan.

Akan tetapi pada Jumat lalu, Inggris telah resmi merilis data ekonomi yang kini dialaminya. Data tersebut menunjukan kondisi kurang baik dan tidak menunjukan adanya kemajuan yang signifikan. Berdasarkan informasi yang di dapatkan dari Refinitiv pada 19:27 WIB mata uang poundsterling mengalami penguatan meskipun hanya tipis yaitu sebesar 0,3% ke US$ 1.2346.

Sementara itu jika dibanding dengan kemampuannya melawan rupiah, poundsterling rupanya juga mencapai prestasi gemilang dengan penguatannya sebesar 0,3% atau berada pada kisaran Rp 18.954,18/GBP. Namun dibalik tingginya nilai tukar poundsterling terhadap sejumlah mata uang didunia, ada sebuah kabar buruk.

Dimana akibat virus corona ini negara Inggris melaporkan ritel penjualan pada bulan Mei mengalami penurunan hingga 5,1% jika dibanding dengan bulan sebelumnya. Angka tersebut merupakan angka paling buruk disepanjang sejarah yang pernah dicatat oleh Inggris. Jika dilihat dari berbagai sektor penjualan, hanya item makanan saja yang tidak mengalami penurunan.

Hal ini merupakan akibat dari keputusan pemerintah yang menerapkan karantina wilayah atau lockdown selama beberapa pekan guna mengurangi dampak penularan virus corona yang lebih meluas. Jika dibandingkan dengan prediksi yang dilakukan oleh pakar ekonomi, Inggris hanya akan mengalami penurunan sebesar 4% saja.

Namun pada faktanya angka penurunan tersebut melebihi prediksi. Hal tersebut tentu menjadi suatu hal yang cukup menghebohkan pemerintah Inggris. Pasalnya kondisi ekonomi negara tersebut dibuat porak poranda akibat pandemi corona yang hingga kini belum berakhir.

Prediksi Poundsterling Akan Melemah

Ada beberapa survey yang dilakukan oleh Gfk, dimana pada survey tersebut banyak terdapat keyakinan konsumen tengah mengalami penurunan dan berada pada tingkat paling rendah terhitung dari tahun 2009. Reuters juga melakukan survey pada 80 ekonom yang memprediksikan terjadinya kontraksi dari perang dunia II pada kuartal II tahun ini.

Hal tersebut menyebabkan, meskipun pergerakan poundsterling dinilai masih stabil akan tetapi selama beberapa pekan ke depan akan mengalami pelemahan terutama melawan dolar AS sebagai akibat dampak buruk virus corona yang kini melanda. Pandemi corona tersebut rupanya membuat krisis lebih panjang dari waktu yang diprediksikan.

Sementara itu para investor telah bersemangat tinggi untuk segera mengetahui langkah yang akan diambil oleh pemerintah guna membuka karantina wilayah atau lockdown yang akan segera dibuka. Dari data yang dilaporkan, Inggris saat ini mencatat setidaknya 140 ribu warganya yang terserang virus corona.

Angka tersebut tercatat sebagai angka penderita paling tinggi ke 6 di dunia. Bahkan jumlah korban meninggal juga tidak sedikit yaitu mencapai 18.791 orang. Dari banyaknya penderita tersebut jumlah penderita yang sembuh juga belum banyak yakni hanya berjumlah 712 orang saja. data tersebut didapatkan dari John Hopskin CSSE.

Mengingat jumlah korban meninggal sangat tinggi, hingga kini keputusan untuk membuka lockdown belum juga ditentukan oleh menteri secretariat kabinet Inggris. Namun ada berita menyebutkan bahwa kemungkinan dibuka ialah pada pekan ke empat.