The Fed telah mengeluarkan pernyataan dan kebijakan baru yang menyebabkan Dolar AS dan emas mengalami pergerakan drastis. Pada perdagangan sebelumnya, emas melambung tinggi dan stabil bertahan di 1.845,70 USD (26/1/2022).
Namun, pada akhir perdagangan Kamis (27/1/2022) pagi emas turun setelah pernyataan Federal Reserve terkait persoalan kenaikan suku bunga. Harga emas mengalami penurunan secara cepat dan cukup drastis.
Hal ini kemudian membuat banyak investor khawatir jika emas terus mengalami penurunan. Di pasar spot, harga emas jatuh sebanyak 1,6% menjadi 1.818,66 US Dolar per ouncenya.
Selain emas, kebijakan dari The Fed ini juga cukup memberikan pengaruh pada nilai dolar. Dolar Amerika Serikat saat ini menguat dan mencetak level tertingginya di tahun ini dan pada awal sesi Eropa (Kamis, 27/1/2022).
Ketua The Fed Jerome Powell tidak menjawab pertanyaan mengenai kenaikan suku bunga dalam pertemuan selanjutnya. Serta kemungkinan yang bisa terjadi terkait kenaikan hingga akhir tahun.
Selain kebijakan The Fed, penurunan harga emas yang cepat ini juga dipicu dari imbal hasil obligasi pemerintah yang melambung tinggi setelah ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengisyaratkan pergeseran langka.
Pernyataan terbaru The Fed mengenai kebijakan memicu lonjakan yang cukup besar pada imbal hasil dan dolar. Hal ini juga menurunkan minat terhadap emas serta tidak memberikan imbal hasil.
Harga Emas Anjlok Tertekan The Fed
Imbal hasil obligasi melambung tinggi setelah Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengisyaratkan pergerakan langkah-langkah dukungan ekonomi era pandemi. Hal ini membuat bank sentral berada jalur menaikkan suku bunga pada Maret mendatang.
Hal ini mengakibatkan harga emas turun drastis hingga anjlok sebesar 36,6 juta dolar AS. Selain imbas dari pernyataan terbaru The Fed, penurunan ini juga disebabkan oleh dolar yang saat ini melambung tinggi.
Logam mulia ini turun pada perdagangan Kamis (27/1/2022) pagi. Harga emas mempercepat penurunannya dalam perdagangan elektronik setelah pejabat Federal Reserve As mengatakan akan segera menaikkan suku bunga.
Harga emas kontrak di divisi Comex New York Exchange anjlok sebesar 22,8 poin atau 1,23% menjadi 1.829,70 US Dolar per ounce. Sementara itu, di pasar spot, emas atuh sebesar 1,6% menjadi 1.818,66 US Dolar per ounce.
Komentar hawkish Powell mengindikasikan kenaikan suku bunga pada bulan Maret menekankan kekuatan ekonomi dan mencatat bahwa neraca Fed terlalu besar dan perlu di kurangi. Hal ini telah memicu aksi jual obligasi dan dolar menjadi lebih tinggi.
Selain itu, adanya aksi ini juga menekan emas ke posisi terendahnya. Adanya kenaikan suku bunga tentu meningkatkan peluang kerugian jika memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Emas berada dibawah tekanan tambahan karena Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan rumah baru Amerika Serikat meningkat sebesar 11,9% ke tingkat tahunan.
Pada Rabu (26/1/2022) harga emas berjangka anjlok 22,8 US Dolar atau sebesar 1,23% menjadi 1.829,70 US Dolar. Setelah sebelumnya melambung tinggi sebesar 10,8 USD atau sebesar 0,59% menjadi 1.852,50 USD.
Dolar AS Melambung ke Level Tertinggi
Selain nilai logam mulia yang mengalami pergerakan ke angka terendah, dolar juga terkena imbas dari kebijakan The Fed. Pada kamis (27/1/2022) petang, setelah konferensi pers Federal Reserve membuat nilai Dolar Amerika Serikat naik ke level tertinggi.
Indeks dolar Amerika Serikat yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang pasar naik sebesar 0,41% menjadi 96,800 dan sempat mencapai titik tertinggi harian pada 96,852.
Dolar Kanada juga mengalami penurunan setelah Bank of Canada mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah. Euro turun 0,33% menjadi 1,1200 untuk pertama kalinya sejak November lalu,
Sedangkan mata uang Pound juga turun ke titik terendah 1,3405. Tidak hanya itu, mata uang Rupiah terus mengalami penurunan sebesar 0,25% menjadi 14,386,0 per Dolar AS.
Penurunan ini menjadi level terendah untuk Poundsterling, namun mata uang ini telah banyak mendapat dukungan dari ekspektasi bahwa Bank of England akan menaikkan suku bunga utamanya.
Analis ING mengungkapkan bahwa diperkirakan dolar akan tetap dalam penawaran belu menjelang pertemuan The Fed selanjutnya. Selain itu, logam mulia lainnya juga mendapat imbas dari kebijakan The Fed.
Logam mulai perak turun sebesar 1,13 USD atau sebesar 4,75% menjadi ditutup pada 22,676 USD per ounce. Platinum turun sebesar 24,1 USD atau sebesar 2,3% menjadi 1,021,80 USD per ounce.