Imbas perang Rusia-Ukraina, harga nikel pada perdagangan 8 Maret 2022 meroket hingga 250 persen. Lonjakan itu terjadi selama dua hari berturut-turut hingga di atas US$ 100 ribu per ton.
Melansir dari Bloomberg, London Metal Exchange alias bursa perdagangan komoditas logam di London menyetop perdagangan nikel setelah kenaikan harga tersebut pada Selasa (08/03/2022).
Para pialang pun berjuang mati-matian untuk membayar margin call karena kenaikan drastis harga nikel tersebut. Mereka harus membayar terhadap posisi yang sebenarnya sama sekali tidak menguntungkan.
Investor dan Industri Rebutan Pasokan
Para pialang mengambil langkah tersebut karena investor dan industri yang telah menjual nikel berebut untuk membeli kembali kontraknya usai harga awal reli. Sebab muncul kekhawatiran keterbatasan pasokan nikel dari Rusia.
Keadaan ini mengingatkan kembali pada masa gelap LME tahun 1985 disebut Krisis Timah. Saat itu, bursa terpaksa menangguhkan perdagangan timah selama empat tahun serta mendorong para pialang keluar dari pasar.
Krisis Timah itu disebabkan oleh kehancuran Dewan Timah Internasional yakni badan yang didukung oleh 22 pemerintah. Kemudian runtuh ketika mereka tidak mampu lagi menopang harga timah.
“Kondisi ini adalah yang kedua setelah kejadian krisis timah,” ungkap Malcolm Freeman, pialang di Kingdom Futures yang telah terjun di LME sejak tahun 1974, dikutip dari Bloomberg.
Harga Minyak Juga Cetak Rekor
Tak hanya harga nikel yang meningkat drastis, harga minyak dunia juga mencetak rekor lagi. Harga minyak brent berada pada posisi US$123,21 per barel pada Selasa (8/3/2022) pagi.
Harga tersebut melonjak 4,32 persen, merupakan harga termahal sejak Maret 2012. Sementara harga minyak jenis light sweet mencapai US$120,14 per barel, melonjak 0,62% sekaligus mencetak rekor tertinggi sejak Juli 2008.
Harga minyak tersebut sebenarnya masih berada pada tren positif. Sebab dalam perdagangan intraday kemarin harga minyak brent dunia sempat mencapai angka US$ 140 per barel.
Jika dikalkulasikan, harga minyak brent melesat lebih dari 73 persen selama sebulan terakhir. Sementara selama setahun ke belakang, harga minyak naik tidak kurang dari 82 persen.
Imbas Perang Rusia-Ukraina
Lonjakan harga nikel dan minyak dunia tak lain dilatarbelakangi oleh perang Rusia-Ukraina. Amerika Serikat dan sekutunya telah melakukan blokade ekonomi. Sehingga ekspor minyak dari Rusia terpaksa ditangguhkan.
Padahal salah satu produsen minyak terbesar di dunia adalah Rusia. Menurut catatan dari US Energy Information Administration, pada 2020 Rusia memproduksi minyak sebanyak 10,5 juta barel per hari.
Negara berjuluk Beruang Merah itu menempati peringkat tiga dunia setelah Amerika Serikat dan Arab Saudi dalam hal produksi minyak. Sehingga dunia kewalahan mengatasi produksi minyak karena ekspor dari Rusia dihentikan.
Presiden Lipow Oil Association, Andrew Lipow menyebut gangguan pasokan ini diprediksi semakin parah. Menurutnya, kini tidak ada negara yang mau menggantungkan diri terhadap produk dari Rusia.
Padahal tanpa pasokan minyak dari Rusia, dunia juga akan kalang kabut menghadapi persediaan yang semakin berkurang. Pasokan yang semakin sedikit itu membuat harga minyak terus merangkak naik.
Seorang Analis Komoditas UBS, Giovanni Staunovo mengatakan dalam waktu dekat ini harga brent akan mencapai angka US$125 per barel. Apabila perang terus berkecamuk, harga minyak diperkirakan menembus US$150 per barel.
Harga Komoditas Logam Turut Naik
Selain nikel dan minyak, harga komoditas logam yang lain juga turut merangkak naik. Seperti harga emas, perak, platinum dan tembaga. Semua itu juga dipengaruhi oleh konflik Rusia-Ukraina.
Berdasarkan data real time Bloomberg pada Selasa (8/3) pukul 15.10 WIB, harga emas spot naik menjadi US$ 2.022 per troy ons atau naik 1,3 persen.
Sementara harga perak menjadi US$ 26,38 per troy ons alias naik 2,55 persen. Kemudian harga komoditas tembaga menjadi US$ 488,75 per pound atau naik 3,31 persen.
Selanjutnya komoditas platinum menyentuh harga US$ 1.152 per troy ons atau naik 2,21 persen. Harga logam mulia lainnya juga ikut naik, termasuk harga logam paladium.
Harga paladium kontrak pengiriman Juni menyentuh harga tertinggi sejak lebih dari lima tahun lalu di US$ 3.015 per troi ons atau naik 58 persen ytd.
Sementara diketahui harga jual emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) naik ke Rp 1.019.000 per gram. Harga-harga tersebut dimungkinkan masih terus mengalami kenaikan jika perang terus berlanjut.