Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dana Ekuitas Global Alami Arus Keluar Masif, Rupiah Semakin Melemah

Dana Ekuitas Global Alami Arus Keluar Masif, Rupiah Semakin Melemah

by Didimax Team

Dana ekuitas Amerika Serikat mencatatkan penjualan bersih senilai 8,46 miliar US Dolar. Dana-dana ekuitas global ini mengalami lonjakan arus keluar dalam pekan yang berakhir pada 11 Mei mendatang. 

Lonjakan ini dipicu oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi dan pengetatan lebih lanjut oleh bank-bank sentral utama untuk menurunkan inflasi yang masih terus melonjak dan membuat investor khawatir. 

Menurut Refinitv Lipper, dalam beberapa minggu ini dari penjualan bersih, investor melikuidasi dana ekuitas global senilai 10,53 miliar US Dolar. Dibandingkan dengan penjualan bersih senilai 1,65 miliar dolar AS pada minggu sebelumnya. 

Selain pengaruh terhadap dana ekuitas global yang membuat arus keluar masif, pergerakan ini juga membuat mata uang rupiah semakin melemah. Dihadapan mata uang Amerika Serikat itu, nilai rupiah semakin merosot. 

Pergerakan mata uang rupiah semakin melemah pada penutupan perdagangan akhir perkan ini. Kurs rupiah Jisdor melemah sebesar 0,23% menjadi Rp. 14.619 per US Dolar, dari posisi sebelumnya Rp. 14.585 per Dolar Amerika Serikat. 

Posisi ini menjadi posisi rupiah yang paling lemah sejak 15 April 2021 atau dalam 13 bulan terakhir. Di sisi lain, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka mengatakan bahwa pelemahan ini dipicu karena dolar naik ke level tertinggi. 

Investor lebih condong ke aset safe-haven seperti dolar karena khawatir meningkat tentang kemampuan The Fed untuk menekan inflasi tanpa menyebabkan resesi. Selain itu, juga dampak terhadap perang di Ukraina dan meningkatnya kasus Covid-19 di China. 

 

Dana Ekuitas Global Alami Arus Keluar Masif

Indeks MSCI dari seluruh dunia telah jatuh ke level terendah pada 1,5 tahun di 607,4 poin minggu ini karena adanya tekanan inflasi meningkatkan kekhawatiran akan hard landing ekonomi. 

Dana ekuitas Amerika Serikat telah mencatatkan penjualan bersih senilai 8,46 miliar USD. Selain itu, terlihat dari dana Eropa juga melakukan pelepasan sebesar 4,33 miliar USD, namun investor adalah pembeli bersih dana Asia senilai 2,23 miliar US Dolar. 

Diantara dana dana sektor tersebut, keuangan telah mencatat arus keluar pada minggu keenam berikutnya sebesar 1,71 miliar USD.

Di sisi lain, investor juga menarik sekitar 0,7 miliar USD, masing-masing dari pertambangan dan industri. Sedangkan dana obligasi global membukukan arus keluar sebesar 13,23 miliar US Dolar dalam enam minggu berturut-turut dari penjualan bersih. 

Selain itu, dana obligasi jangka pendek dan menengah global melihat arus keluar sebesar 8,14 miliar US Dolar. Namun, dana obligasi pemerintah memikat arus masuk mingguan ketiga senilai 3,38 miliar US Dolar. 

Investor juga menarik 1,73 miliar Dolar AS dana pasar uang dalam penjualan bersih mingguan kedua berturut-turut. Data dana komoditas menunjukkan bahwa penjualan bersih mingguan dana emas dan logam mulia melonjak ke puncak dua bulan di 1,54 miliar US Dolar. 

Hal ini dikarenakan nilai emas menembus dibawah pergerakan rata-rata 200-hari. Analisis terhadap 24.155 dana pasar berkembang menunjukkan investor mulai menjual dana ekuitas sebesar 2,49 miliar USD dan dana obligasi sebesar 2,65 miliar USD. 

Rupiah Semakin Terpuruk di Akhir Pekan

Kurs Rupiah Jisdor melemah sebesar 0,23% menjadi Rp. 14.619 per USD pada penutupan perdagangan. Menurut Ibrahim, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka mengatakan bahwa pelemahan ini dipicu karena Dolar naik ke level tertinggi. 

Ibrahim juga menjelaskan “berlanjutnya kekhawatiran bahwa tindakan bank sentral untuk menurunkan inflasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi global, meningkatkan daya tarik mata uang safe-haven.”

Menurut Ibrahim, investor telah condong ke aset safe-haven seperti dolar, karena adanya kekhawatiran yang telah meningkat tentang kemampuan The Fed untuk menekan inflasi tanpa menyebabkan resesi. 

Serta dampak dari perang Ukraina dan meningkatnya kasus Covid-19 di China yang melemahkan permintaan. Sementara dari sisi sentiment dalam negeri, berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2022 tetap tinggi. 

Cadangan devisa Indonesia tetap tinggi yaitu sebesar 135,7 miliar USD. Meskipun telah menurun dibandingkan dengan posisi ada akhir Maret yaitu sebesar 139,1 miliar USD. 

Bank Indonesia tentunya lebih banyak melakukan intervensi, ketika cadangan devisa perlu digunakan untuk melakukan intervensi. Pasokan devisa akan semakin sulit pada bulan ini, maka dari itu pemerintah melarang ekspor minyak sawit mentah dan semua produk turunannya. 

Perubahan dana ekuitas serta pergerakan beberapa mata uang dunia tidak lepas dari pengaruh nilai dolar yang semakin melambung tinggi. Selain itu juga mempengaruhi nilai emas atau logam mulia dunia.