Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dolar AS Naik, Harga Emas Turun dan Yen Jatuh

Dolar AS Naik, Harga Emas Turun dan Yen Jatuh

by Didimax Team

Harga emas merosot hingga 1 persen akibat dari naiknya mata uang Dolar. Dolar Amerika Serikat kembali naik pada selasa (13 April 2022) di Asia. Selain membuat nilai emas turun, kenaikan USD ini juga membuat Yen berada di titik terendahnya. 

Saat ini nilai yen mencapai level terendah selama 20 tahun terakhir terhadap mata uang Amerika serikat saat imbal hasil Treasury tetap tinggi. Terhadap mata uang Yen ini, USD naik sebesar 0,37% menjadi 127,44 di awal perdagangan Asia. 

Pelemahan mata uang yen ini tentu memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian di Jepang. Saat ini pemerintah masih terus memantau bagaimana pelemahan yen dapat berdampak pada ekonomi. 

Bagi perekonomian sebuah Negara, stabilitas di pasar mata uang sangat penting. Selain yen, pergerakan mata uang Amerika Serikat ini juga memberikan dampak bagi sejumlah mata uang dunia lainnya. 

Selain mata uang dunia, kenaikan US Dolar juga membuat emas semakin turun. Harga emas merosot pada akhir perdagangan Selasa (13 April 2022). 

Penurunan ini berbalik melemah dari sesi sebelumnya karena dolar lebih kuat dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat menghalangi arus masuk safe-heaven ke logam kuning. 

Indeks dolar mencapai puncaknya selama lebih dari 2 tahun, ini membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya, karena peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah AS di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memperketat kebijakan moneternya. 

 

 

Mendapat Tekanan Dolar, Harga Emas turun

Akibat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang menghalangi arus masuk safe-heaven ke logam kuning, harga emas merosot hingga lebih dari 1%. 

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange anjlok 27,4 USD atau sebesar 1,4% menjadi 1.959,00 USD per ounce. Sedangkan emas berjangka meningkat sebesar 11,5 USD atau sebesar 0,58% menjadi 1.986,40 US Dolar per ounce pada senin lalu.

Emas berjangka juga mengalami sebesar 9,8 Dolar Amerika Serikat atau sebesar 0,49% menjadi 1.947,90 US Dolar pada Kamis (14 April 2022) menjelang libur paskah. 

Setelah sebelumnya terangkat 8,6 Dolar Amerika Serikat atau 0,44% menjadi 1.984,70 USD saat ini mengalami lonjakan. 

Melonjak sebesar 27,9 USD atau sebesar 143% menjadi 1.976,10 USD pada perdagangan Selasa minggu lalu. Presiden Fed St Louis, James Bullard pada senin mengulangi pertanyaannya untuk meningkatkan suku bunga menjadi 3,5% pada akhir tahun untuk mengendalikan inflasi. 

Menurut Giovanni Staunono, analis UBS menyampaikan “Komentar-komentar hawskish dari para pejabat Fed mendorong suku bunga nominal dan rill di Amerika Serikat baik, sehingga membebani emas.”

Selain itu ia juga menambahkan “inflasi jangka pendek dan risiko geopolitik kemungkinan masih mendukung arus masuk ke produksi emas dan kemungkinan akan mempertahankan perdagangan emas di sekitar level saat ini selama beberapa minggu mendatang.”

Yen Semakin Tertekan Akibat Kenaikan Dolar AS

Indeks Dolar Amerika Serikat melonjak ke level tertinggi sejak 20 tahun terakhir terhadap yen Jepang pada akhir perdagangan Rabu dini hari. 

Penguatan nilai Dolar AS ini didukung oleh perbedaan dalam kebijakan moneter antara Federal Reserve yang bertekad untuk menahan kenaikan inflasi dan bank sentral Jepang untuk mempertahankan suku bunga sangat rendah. 

Dolar telah melonjak 5,9% terhadap Yen sejauh bulan ini dengan kenaikan terbesar sejak 2016. Dalam catatan penelitian, Morgan Stanley menyampaikan penurunan yen terhadap mata uang Amerika Serikat itu benar di tengah memburuknya persyaratan perdagangan Jepang. 

Selain itu juga karena melonjaknya bahan mentah yang menaikkan biaya impor, serta adanya pandangan inflasi yang kontras antar Negara. Indeks Harga Konsumen (IHK) inti Jepang yang akan dirilis pada hari Kamis (21 April 2022). 

Kemungkinan IHK akan naik sebesar 0,8% pada bulan Maret dari tahun sebelumnya, lebih cepat dari kenaikan 0,6% dari pada bulan Februari. Level tersebut masih jauh dibawah target inflasi 2,0% yang telah lama dipegang BOJ.

Indeks dolar mengukur Greenback naik melewati 101, indeks dolar terakhir naik 0,2% pada 100,9. Euro memulihkan beberapa kerugiannya, diperdagangkan 0,1% lebih tinggi terhadap dolar pada 1,0791 USD.