Beberapa minggu lalu, dolar berada dalam ancaman terbesar karena mengalami kekalahan. Berbeda dengan itu, posisi Euro ternyata berada di atas dengan nilai $1.20 sedangkan dolar Australia juga sedang naik tipis yaitu $0.7400. Untuk nilai Poundsterling ternyata sudah mendekati $1.35 sedangkan diikuti oleh greenback yang ternyata jatuh di bawah CAD 1.30.
Kekuatan korektif luas akhirnya dilepaskan meski ekuitas mengalami kenaikan yang diakibatkan oleh merosotnya dolar. Akibat dari kejadian ini, banyak para pelaku pasar yang melontarkan pertanyaan dasar seperti seberapa dalam koreksi yang dilakukan? Berapa lama hal tersebut bisa bertahan? Dan apa saja hal kedepannya yang dianggap bisa membantu meredakan keterpurukan dan membantu tren agar dimulai kembali.
Posisi Euro Sebagai Pasangan Mata Uang
Euro sempat jatuh pada 1 September kemarin dan saat ini sedang berbalik lebih rendah setelah berhasil diperdagangkan dengan nilai di atas $1.20 untuk pertama kalinya. Dibandingkan dengan minggu sebelumnya, Euro bertahan di atas terendah pada $1.1765 pada perdagangan. Sedangkan pada bulan Agustus kemarin Euro menghabiskan sebagian besar dalam kisaran dua Sen.
Sayangnya, penembusan sisi atas sudah ditolak dan pengujian pada ujung bawah kisaran seharusnya tidak akan terpengaruh dari titik ini. Untuk pemberhentian sendiri diprediksi di bawah $1.17 dan bisa memicu kenaikan sebanyak setengah Sen lagi. Untuk tekanan sendiri diprediksi ternyata bisa saja bertahan hingga minggu kedepan atau bahkan ke pertemuan ECB.
Yen Jepang
Sepanjang minggu yang sudah, Dolar menghabiskan dalam kisaran yang sudah ditetapkan pada Agustus lalu yaitu kisaran JPY 105,20 hingga JPY 106,95. Pada kisaran ini, ternyata dolar naik lebih tinggi setiap harinya pada minggu lalu. Apa yang terjadi di pasar ekuitas memang mudah sekali memacu penguatan Yen seperti yang sudah terjadi.
Kenaikan imbal hasil jangka panjang Amerika Serikat memang bisa mendukung greenback yang namun, untuk net-net seperti imbal hasil 10 tahun ternyata tidak berubah melainkan masih sama seperti yang pekan lalu. Dilihat dari sisi indikator teknis sepertinya para ahli sangat pesimis karena nampaknya tidak menghasilkan sinyal yang kuat.
Pound British
1 September kemarin merupakan puncaknya Sterling mencapai nilai tertinggi yang sudah mendekati $1.3175. Namun, angka ini tidak bertahan lama karena pada akhirnya menurun beberapa angka sedikit di bawah moving average. Penurunan Sterling itu diketahui menjadi yang palong rendah dalam sebulan karena terjadi 3 hari berurutan.
Pada ujung bawah Agustus sudah mendekati angka $1.30 dan ternyata angka tersebut sudah sesuai dengan retracement 38.2% dari rally lainnya. Melihat laporan dari indikator momentum seperti tidak menunjukkan adanya ketinggian baru dalam waktu dekat. Di sisi lain, Show Stochastic ternyata bergerak lebih rendah, juga untuk MACD sendiri sudah melemah meski kemarin sempat bergerak sideways.
Rekor Emas Akibat Dolar Menurun
Untuk rekor tertinggi tercatat pada 7 Agustus lalu dimana hampir mencapai angka $2075. Setelah saat ini, koreksi mulai dilakukan namun ternyata ditolak pada pertengahan Agustus kemarin. Alasan akurat atas penolakan ini ialah karena adanya percobaan untuk merebut kembali $2000 yang mana jumlah yang dikembalikan lebih kecil dari angka tersebut.
Apabila bank sentral utama yang terlibat ternyata tidak berkoordinasi dengan baik bersama pihak terkait dalam meyakinkan investor bahwasanya mereka serius untuk menangani masalah inflasi yang lebih tinggi, maka suku bunga tidak akan turun dalam waktu dekat. Tidak hanya itu, akan sulit sekali membayangkan penurunan harga emas berkelanjutan yang pastinya tidak menguntungkan beberapa pihak.
Dolar Australia
Sempat diperdagangkan di atas $0.7400 ternyata AUD mengalami pergerakan yang ditandai oleh pola candlestick bintang jatuh. Namun, leganya bahwa mata uang ini akhirnya pulih dari titik terendah yang hampir mencapai $0.7220 pada beberapa bulan lalu meski selera risiko tampaknya membaik.
Suku Bunga AS
Laporan yang disampaikan beberapa waktu lalu bahwasanya imbal hasil selama 5 hingga 10 tahun AS kemarin ternyata turun lebih rendah untuk lima sesi berturut-turut. Tetapi, di sisi lain ternyata tingkat pengangguran berhasil turun drastis dari sebelumnya 10,2% menjadi 8,4%. Angka ini ternyata melebihi perkiraan para ekonom untuk posisi di akhir tahun.