Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dolar Jatuh Menyebabkan Nilai Mata Uang Asia Melonjak

Dolar Jatuh Menyebabkan Nilai Mata Uang Asia Melonjak

by Didimax Team

Sebagian besar mata uang Asia naik pada hari Rabu, menemukan support dari lebih banyak pelemahan Dolar. Sebab pasar menunggu hasil pemilihan paruh waktu AS yang diperebutkan dengan panas.

Sedangkan Yuan Cina tertinggal dengan cetakan ekonomi yang sedikit lebih lemah. Won Korea Selatan merupakan pemain terbaik di perdagangan awal. Di Asia, kebanyakan mata uang di Asia menguat, yang mana hanya Rupee India serta Dolar Singapore yang terkoreksi di hadapan sang greenback.

Namun sisi yang lain, tekanan inflasi bulan Desember 2022 serta Maret 2023 diperkirakan dapat melonjak. Hal itu didorong oleh peningkatan harga bahan baku dan peningkatan permintaan sebab akan mengalami natal.

 

Peningkatan Nilai Mata Uang Asia 9 November 2022

Hal ini meningkat 0,8% ke tingkat paling tinggi 2 bulan sehabis negara itu hadapi surplus transaksi berjalan pada bulan September. Mata uang ini juga didukung oleh ekspektasi kalau pemerintah Korea akan terus menunjang Won dengan intervensi reguler melalui pasar valuta asing.

Yen Jepang menguat lebih lanjut ke angka 145,51 terhadap Dolar, memperoleh lebih banyak dorongan dari Dolar yang lebih lemah. Mata uang baru-baru ini merosot ke tingkat terlemah semenjak 1992, sebab kesenjangan antara suku bunga Jepang serta AS telah cukup melebar. 

Ringgit Malaysia memimpin peningkatan di segala negara Asia Tenggara yaitu dengan peningkatan 0,4%. Mata uang Asia didukung oleh penyusutan Dolar baru-baru ini. Indeks Dolar berjangka turun 0,1% pada hari Rabu serta diperdagangkan turun lebih dari 1% untuk pekan ini di tengah meningkatnya ketidakpastian atas hasil seleksi paruh waktu.

Kebuntuan politik potensial mungkin akan melihat pasti atau tidaknya terdapat pergantian besar berdasarkan kebijakan fiskal di tahun-tahun mendatang yang bisa menguntungkan greenback.

Tumbuhnya ekspektasi peningkatan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve juga menguntungkan mata uang Asia serta melemahkan prospek Dolar. 

Pasar saat ini memperkirakan mungkin nyaris 60% kalau bank sentral dapat menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Desember, lalu sebagian pejabat Fed berkata mereka menunjang langkah tersebut.

Tetapi, mengingat kalau bank sentral juga mengisyaratkan kalau suku bunga mungkin dapat menggapai puncaknya berdasarkan tingkatan yang lebih besar dari yang diharapkan, prospek mata uang Asia tetap tidak tentu.

Informasi inflasi CPI AS yang akan dirilis pada hari Kamis diperkirakan bisa menerangkan lebih lanjut tentang langkah Fed berikutnya, sebab berjuang dalam mengatur peningkatan inflasi.

Yuan Cina tertinggal dari rekan-rekannya pada hari Rabu, diperdagangkan sebagian besar tidak berubah sekitar 7,2479 terhadap Dolar sedangkan Yuan lepas tepi pantai sebesar 0,3%.

Informasi menampilkan inflasi Cina jauh lebih lemah dari yang diperkirakan pada Oktober, menunjukkan lebih banyak tantangan ekonomi untuk negeri itu sebab berjuang dalam menavigasi wabah Covid-19 terburuk semenjak Mei.

Perlambatan di Cina juga jadi tanda-tanda kurang baik untuk pasar Asia yang lebih luas, mengingat kedudukan negeri itu selaku pusat perdagangan utama.

Nilai Mata Uang pada Rupiah

Nilai tukar pada Rupiah kembali menguat hadapan Dolar Amerika Serikat (AS) sampai pada pertengahan perdagangan Rabu (09/11/2022), bersamaan dengan melemahnya indeks Dolar AS di pasar spot. 

Dengan begitu, Rupiah sudah menguat sepanjang 3 hari beruntun. Mengacu pada informasi refinitiv, mata uang garuda menguat pada pembukaan perdagangan sebesar 0,29% ke Rp15. 650/US$. 

Setelah itu, Rupiah melanjutkan penguatannya jadi 0,31% ke Rp15.646/US$ pada pukul 11:00 wib. Bila Rupiah sukses menguat, karena indeks Dolar AS terpantau melemah 0,05% ke posisi 109,58. 

Terus menjadi menghindari rekor tertingginya sepanjang dua puluh tahun sebesar 114,7. Dari tanah air, luncurkan informasi ekonomi lumayan bervariatif.

Bank Indonesia (BI) merilis indeks kepercayaan konsumen (IKK) per Oktober 2022 yang terletak sebesar 120,3, lebih besar dibanding bulan lebih dahulu yang terletak di angka 117,2.

Meningkatnya IKK tersebut dipicu oleh kenaikan kepercayaan konsumen, baik terhadap keadaan ekonomi di kala ini ataupun ekspektasi terhadap keadaan ekonomi ke depan.

Sedangkan, angka penjualan ritel per September 2022 jadi 4,56% secara tahunan (YOY). Dengan kuatnya penjualan eceran didukung oleh kenaikan di tengah melambatnya perkembangan kelompok bahan bakar kendaraan bermotor serta sandang.