Amerika Serikat sebagai negara Adikuasa membuat ia sering dijadikan acuan oleh banyak negara di seluruh dunia. Salah satunya adalah nilai mata uang. Ketika nilai mata uang USD mengalami peningkatan maka beberapa negara akan mengalami kehancuran nilai mata uang, salah satu contohnya adalah Indonesia.
Dalam pasar perdagangan seringkali mata uang dari negara negara maju dipasangkan. Pasangan mata uang ini memiliki peringkat peringkat di dunia sebagai pasangan mata uang paling populer. Salah satu pasangan mata uang paling populer adalah EURUSD. EURUSD atau EUR/USD mengartikan bahwa nilai satu Euro terhadap USD.
Ketika harga USD meningkat maka harga Euro akan mengalami penurunan. Hal ini membuat ECB (European Central Bank) akan mengalami kekhawatiran saat mengalami situasi yang demikian. Apresiasi terhadap USD akan membuat terjadi Depresiasi terhadap Euro. Ketika hal ini terjadi maka ECB harus memikirkan solusi dari masalah yang ada.
Walau disebut sebagai pasangan mata uang dengan memiliki pengaruh yang besar di pasar perdagangan dunia, namun tetap saja apresiasi yang terjadi pada salah satu mata uang akan membuat mata uang satunya mengalami depresiasi. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan suatu mata uang mengalami apresiasi.
Alasan USD Mengalami Apresiasi
Pada beberapa pekan ini, berita di pasar perdagangan dunia dibuat ketar ketir melihat fluktuasi yang terjadi pada mata uang negara adikuasa ini. Pasalnya, peningkatan akan mata uang tersebut di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini menjadi berita buruk bagi negara yang juga terdampak.
Apabila kenaikan ini terus berlanjut maka akan membebani pada kegiatan ekspor dan penurunan harga komoditas suatu negara. Kondisi USD mengalami apresiasi dipercaya berkaitan dengan profit taking dan juga technical resistence. Dolar naik sekitar 0,3% terhadap mata uang utama di dunia dan berada pada persentase 92,96. Setelah mengalami anjlok sekitar 10%, akhirnya Dolar terus mempertahankan penguatannya dalam beberapa pekan.
Selain itu juga, beberapa data manufaktur Amerika Serikat diperlihatkan bahwa banyak barang yang sudah diproduksi. Hal ini membuat nilai USD mengalami peningkatan sebagai respon dari data Manufaktur AS. Peningkatan ini terus dilakukan agar menciptakan kondisi pemulihan ekonomi yang stabil.
Ditengah kondisi pandemi Covid-19 ini banyak negara yang berharap kepada Amerika Serikat sehingga bantuan selalu diberikan. Apresiasi terhadap USD bisa terjadi akibat bantuan dari data ISM yang meningkat pesat. Pemulihan ini dapat terjadi hingga memberikan solusi pada krisis moneter.
Walau tidak ada satupun pakar pasar perdagangan dunia yang bisa memprediksi bagaimana nasib ekonomi di kemudian hari akibat dari kasus corona yang berkepanjangan, namun melalui kinerja ekonomi negara maka diharapkan dapat membantu mempertahankan nilai tukar sehingga bisa melewati masa kritis moneter.
Reaksi & Nasib ECB Terhadap Apresiasi USD
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa Ketika USD naik, maka Euro akan mengalami pelemahan. Melihat berita mengenai kenaikan USD yang begitu cepat, Pihak ECB mengaku merasakan ketar ketir yang luar biasa. Hal ini dikuatkan ketika laporan Financial Times diterbitkan dan membenarkan perihal berita tersebut.
Kebijakan terus dilakukan dan direncanakan agar mempertahankan nilai Euro tetap stabil. Kekhawatiran mengenai rangsangan terhadap akan terjadinya kemungkinan krisis moneter semakin menguat. Philip Lane sebagai Ketua Ekonom ECB mengungkapkan bahwa nilai tukar memiliki andil yang penting bagi kebijakan moneter.
Hal ini mengartikan bahwa nilai Euro diharapkan terus mengalami depresiasi hingga mencapai titik yang dapat membawa kerugian besar bagi negara di Eropa. Beberapa media mengabarkan bahwa data terakhir mengatakan euro turun sebanyak 4% menjadi USD1,1806. Padahal sebelumya Euro juga sudah mengalami penurunan.
Nasib ECB terhdap kenaikan USD adalah dengan selalu berhati-hati dalam berinvestasi terhadap pasar perdagangan. Jangan sampai tindakan fatal diambil dan membuat satu negara merasakan pahit berkepanjangan. Menjaga kestabilan mata uang memang tidak mudah, apalagi ditengah kondisi yang sekarang.
Namun, para investor saat ini sedang menanti nanti data Pengangguran Amerika Serikat yang kemudian bisa menjadi acuan bagaimana ekonomi suatu negara setelah diserang oleh kasus Covid-19. Data tersebut akan digunakan sebagai perbandingan terhadap negara lainnya. Sehingga pemerintah bisa mengambil kebijakan terhadap kondisi yang terjadi.