Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dolar Tergelincir, Yen dan Aussie Terus Turun

Dolar Tergelincir, Yen dan Aussie Terus Turun

by Didimax Team

US Dollar kembali melemah, di sesi sebelumnya. Meskipun masih dikisaran level tertinggi, bersamaan dengan Yen Jepang serta Aussie Australia. Hal tersebut disebabkan karena wabah COVID 19 yang terjadi di China.

Menyebabkan penguncian di beberapa kota. Namun fokusnya tegas pada kebijakan Federal AS bulan Maret. Indeks US Dollar melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang lain turun 0,08% menjadi 98,948.

Pasangan USD/JYP berhasil naik tipis 0,11% menjadi 118,31 dengan Bank of Japan menurunkan keputusan kebijakan di hari Jum’at. Sementara pasangan AUD/USD harus turun tipis 0,08% menjadi 0,7181.

Pelaku pasar mengamati pembicaraan damai Ukraina dan Rusia. Sementara pertemuan Bank Central menahan pergerakan besar dalam valuta asing. FED diperkirakan secara luasa akan menaikkan suku bunga.

 

Naik Turunnya Pasang Mata Uang

Reserve bank of Australia telah merilis risalah dari pertemuan terakhir di hari sebelumnya. Pasangan NZD/USD harus turun tipis 0,01% menjadi 0,6744. Sedangkan USD/CYN justru naik tipis 0,16% menjadi 6,3754.

Sementara data China yang telah dirilis hari sebelumnya menunjukkan bahwa investasi aset tetap bertumbuh. Sejumlah 12,2% dari tahun ke tahun pada bulan Februari. Begitu halnya produksi industry yang terus tumbuh.

Sejumlah 7,5% dari tahun ke tahun. Serta penjualan ritel yang bertumbuh 6,7% dari tahun ke tahun. Sementara itu tingkat pengangguran sebesar 5,5%. Sama seperti pasangan USD/CYN yang naik tipis.

Pasangan GBP/USD juga mengalami kenaikan tipis 0,20% menjadi 1,3026. Pada hari Kamis, Bank of England akan menurunkan keputusan kebijakan. The Fed secara luas memperkirakan akan menaikan suku bunga.

FED

Jerome Powell, ketua Fed baru-baru ini telah menandai beberapa kenaikan suku bunga. Kenaikan tersebut disebabkan karena Bank Central berusaha untuk mengekang inflasi yang kian melonjak.

Kenaikan tersebut terjadi untuk pertama kalinya sejak pandemic COVID 19, saat menjatuhkan keputusan kebijakannya. Pada pertemuan kali ini, investor berharap kenaikan 25 basis point, namun sayangnya harga telah meningkat.

Menunjukkan peluang 70% dari kenaikan 50 basis point lebih besar. Kenaikan tersebut berkat meningkatnya kekhawatiran tentang inflasi. Bahkan Crol Kong mengatakan bahwa pernyataan Fed dan konferensi pers Jerome Powell.

Akan sangat berpengaruh dalam hal harga pasar. Untuk kenaikan 50 basis point pada bulan Mei dan seterusnya. Tentu saja, hal tersebut akan sangat berdampak pada Dollar AS intraday.

Indeks Dollar sendiri tidak jauh dari 99,415 yang disentuh seminggu lalu. Itu adalah level tertinggi sejak Mei 2020. Bahkan Dollar mencapai level tertinggi lebih dari 5 tahun terhadap Yen. 

Di tengah taruhan bahwa Bank of Japan akan mempertahankan sikap dovishnya. Meskipun tekanan inflasi terus meningkat. Yen sendiri mencatat terjadi penurunan yang tajam di akhir sesi.

Hal itu tentu saja disebabkan karena perbedaan kebijakan yang telah diadopsi oleh FED dan juga BOJ menjadi lebih terlihat. Maka dari itu, mengapa terjadi penurunan pada Yen, Jepang.

Masalah Ukraina dan Rusia

Harapan bahwa Ukraina dan Rusia akan mencapai sebuah negosiasi untuk mengakhiri terjadinya perang. Perang yang dipicu oleh invasi Rusia pada tanggal 24 Februari. Akan menghilangkan daya tarik safe haven yen.

Pada hari Senin lalu, kedua pihak Ukraina dan juga Rusia mengadakan pembicaraan putaran keempat. Namun sayangnya, tidak ada kemajuan baru yang dibuat. Semua masih tetap sama.

Pembicaraan akan kembali dilanjutkan pada hari berikutnya. Sama seperti Yen, Yuan China juga melemah ke level terendah 1 bulan terhadap Dollar AS. Peningkatan kebijakan moneter tidak lagi sempit.

Serta penguncian COVID 19 sangat membebani mata uang China. Yuan luar negeri melemah pada 6,398 per Dollar AS. Namun Bank China mempertahankan. Fasilitas pinjaman jangka menengah 1 tahun.

Tidak berubah pada 2,85% dalam keputusan yang sangat mengejutkan di hari sebelumnya. Situasi tersebut juga sangat membebani Dollar Australia. Jadi, tidak hanya China saja. Sementara, Aussie kembali melanjutkan tren penurunan.

Setelah berhasil jatuh 1,5% disebabkan karena harga komuditas mereda dari reli sebelumnya. Sedangkan Pound Inggris kehilangan 0,15% terhadap greenback. Bahkan saat Bank of England siap menaikkan suku bunga.

Yaitu menjadi 0,75%. Kenaikan ketiga berturut-turut juga dilakukan. Hal itu karena untuk mengendalikan lonjakan inflasi yang semakin intensif secara terus menerus. Bahkan Dollar Australia dan Selandia Baru harus turun.