Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dolar USA Menguat Rupiah Kian Terpuruk

Dolar USA Menguat Rupiah Kian Terpuruk

by Didimax Team

Pada akhir pekan kemarin dolar USA kembali menguat, hal ini menyebabkan Rupiah kian terpuruk. Pelemahan Rupiah terhadap Dolar USA adalah sebesar 1.28%. Tetapi walau demikian terhadap mata uang eropa, rupiah menguat.

Dilansir dri data Refinitiv rupiah menguat sebesar 0,78% ke ke Rp 17.042,82/EUR. Dengan begitu maka menjadi salah satu penguatan rupiah terhadap mata uang euro paling tinggi sejak Maret lalu.

Tidak hanya mata uang Euro, rupiah kembali menguat dari mata uang Poundsterling. Penguatan tersebut berhasil membawa rupiah ke pada Rp.20.000/GBP. Lalu rupiah juga menguat pada mata uang Swedia sehingga pada level 1.662,04/SEK.

Penguatan tersebut tentu menjadi kabar baik bagi pelaku perdagangan pasar modal. Tetapi harus berhati-hati karena nilainya masih bisa berubah-ubah sewaktu-waktu. Dan uang dolar USA masih menguat.

 

Rupiah Kalah Lawan Mata Uang Asia

Jika rupiah kuat melawan mata uang di beberapa negara eropa. Maka menghadapi mata uang negara-negara Asia, Rupiah malah melemah. Tetapi memang tidak semuanya melemah hanya beberapa saja.

Rupiah memang hanya bisa melawan mata uang Won (korea Selatan, Peso Filipina, dan Dolar Singapura. Selebihnya mata uang Rupiah melemah, Tetapi untuk mata uang dollar Australia dan Dolar Kanada rupiah menguat.

Penguatan mata uang Rupiah ini disebabkan oleh beberapa data ekonomi yang mulai menunjukkan hasil positif. Indonesia berhasil untuk menang dari virus korona sehingga bisa memulihkan perekonomian.

Di sektor manufaktur menunjukkan penguatan yang sangat tinggi yakni sekitar 55,3. Hal ini merupakan kenaikan paling tinggi dalam sejarah. Karena sektor ini menyumbang 20% pendapatan maka pasti menguntungkan.

Daya beli masyarakat juga diketahui lebih bagus dari bulan sebelumnya. Hal ini ditunjukan oleh adanya inflasi. Inflasi naik sebesar 0,32%, ini tentu merupakan berita bagus untuk para pemodal dan pelaku perdagangan pasar uang.

Rupiah Tertekan Terhadap Dolar USA

Rupiah tidak sanggup melawan dolar USA yang kembali perkasa. Penyebabnya adalah pengumuman yang dibuat oleh Bank sentral AS (The Fed). Pengumuman tersebut mengejutkan dunia sehingga mata uang dunia bergejolak.

Kebijakan yang dibuat oleh the Fed adalah menaikkan proyeksi suku bunga pada tahun 2023 mendatang. Kebijakan ini tidak hanya satu proses kenaikan, tetapi dua kali dan masing-masing kenaikan adalah 25 basis poin.

Proses kenaikan suku bunga tersebut membuat banyak negara terkejut. Karena beberapa negara memprediksi kenaikan akan berlangsung pada 2024 mendatang. Fed Dot Plot terbaru mengatakan bisa saja kenaikan pada 2022.

Pada Fed Dot Plot ada 7 anggota yang memproyeksikan suku bunga akan naik pada 2022. Dengan inilah maka banyak mata uang dunia yang melemah terhadap dolar USA, termasuk mata uang rupiah.

Kenaikan suku bunga ini terjadi karena adanya perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang cepat. Beberapa kalangan juga memprediksi jika penguatan ekonomi berjalan dengan baik maka suku bunga bisa naik pada tahun depan.

The Fed Sebabkan Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar

The Fed memang tidak menyebutkan tentang masalah tapering. Tetapi banyak kalangan yang memprediksi jika suku bunga dinaikkan pada tahun depan, artinya tapering juga akan terjadi lebih cepat.

Kepala.fixed income.di Charlers Schwb, Kathy Jones “Jika The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 2 kali dan dilakukan tahun 2023. Maka mereka harus melakukan tapering agar target tercapai lebih cepat.

Menurutnya tapering dalam laju yang moderat dalam rentang waktu 10 terakhir. Ketika ada kesempatan untuk menjadi lebih baik maka itu akan dilakukan. Dan saat inilah hal tersebut terjadi ketika dolar USA menguat.

BI Yakin Tapering Tidak Terjadi Tahu Ini

Meskipun beberapa kalangan menganalisis jika tapering akan terjadi dalam waktu dekat. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wajiyo tetap yakin jika hal tersebut tidak akan terjadi pada tahun depan.

Hal ini seperi yang dia katakan "Kami melihat tapering The Fed tidak terjadi tahun ini. Akan terus kami pantau indikator-indikator.baru jika ada perubahan,.tetapi kemungkinan tapering.akan dilakukan tahun depan."

Meskipun dia mengatakan tapering tidak terjadi dalam waktu dekat, Indonesia perlu untuk menyiapkan jika ternyata analisisnya salah. Caranya adalah dengan melakukan stabilisasi pasar agar nilai rupiah tetap terjaga.

Katanya dalam konferensi pers "Kami.akan optimalkan.langkah-langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dan berkoordinasi dengan pemerintah agar.pengaruh ke yield SBN (Surat Berharga Negara) dalam batas-batas yang normal.”