Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dollar AS Menguat, Bagaimana Nasib Rupiah Selanjutnya?

Dollar AS Menguat, Bagaimana Nasib Rupiah Selanjutnya?

by Didimax Team

Dalam dunia perdagangan, ada istilah dalam memimpin kelompok yang dikenal sebagai “the majors”. Istilah tersebut digunakan bagi pasangan mata uang yang paling banyak digunakan dalam dunia perdagangan seluruh dunia. Pasangan mata uang tersebut adalah adalah EUR dan USD.

Hal ini karena sejak tahun 1999, kedua jenis mata uang ini telah dijadikan sebagai perwakilan dua ekonomi terbesar di seluruh dunia. Hingga pada 10 Juli 2020, Dolar AS diberitakan semakin kuat dalam dunia perdangan Asia akhir. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan terhadap kasus Covid-19. 

Penguatan terhadap sesi perdangan ini mengukur kekuatan yang dimiliki Dolar AS terhadap mata uang lainnya berada pada persentase hampir 96.84%, angka tersebut lebih kuat 0.05% dari tingkat pembukuan harian. Pasangan Dolar AS lainnya juga mengalami kenaikan seperti Greenback yang menguat sebanyak 0,21% terhadap Dolar Australia. 

Namun, mengapa ditengah-tengah kondisi kasus Covid-19 dolar AS menguat? Dan apakah pengaruhnya terhadap rupiah dengan terjadinya kondisi yang demikian? Akankah penguatan Dolar AS tersebut berdampak buruk atau sebaliknya, justru membawa berita baik bagi Indonesia?

 

Alasan Penguatan Dolar AS di Tengah Kasus Covid-19

Di tengah kondisi kasus covid-19, masalah ekonomi di berbagai belahan dunia terbilang tidak stabil. Salah satu negara yang mengalami ketidakstabilan ekonomi adalah Amerika Serikat. Tercatat bahwa penurunan jumlah orang Amerika yang melakukan pengajuan tunjangan pengangguran pada Kamis, 9 Juli 2020 lalu.

Walau angka tersebut masih berada di atas satu juta, tetapi pasar tenaga kerja menunjukkan akan butuh waktu lama pulih dari pandemi. Kasus covid-19 juga diyakinkan mendatangkan risiko material terhadap pemulihan Amerika Serikat. Beberapa sektor lainnya di Kawasan euro juga dibatasi pada gelombang kedua virus tersebut. 
 
Ketika negara lain seperti Inggris melakukan klaim pengangguran dan data inflasi, negara Amerika Serikat tetap berfokus pada konsumen. Kasus covid-19 di AS semakin mengkhawatirkan termasuk kematian warganya yang hampir mencapai 1000 orang dalam sehari. Hal tersebut dijadikan sebuah alasan mengapa ICU di setiap rumah sakit selalu penuh.

Walau  demikian, perjalanan hidup masih harus berjalan sehingga kebutuhan akan minyak tidak terelakkan. Ekonomi yang menurun menambah kesengsaraan mereka yang masih mengandalkan kendaraan untuk melanjutkan hidup. Beberapa media juga mengatakan Indonesia mengalami pembengkakan terhadap kebutuhan minyak bumi di awal pandemi.

Kontrol terhadap covid-19 tersebut akan dijadikan alasan pembukaan ekonomi di Amerika Serikat bisa kembali secara bertahap. Hal ini merupakan kabar baik bagi para investor. Tentu saja para investor harus berfokus pada dana pemulihan semenjak covid-19 terjadi. 

Pasangan mata uang yang terbanyak digunakan diperkirakan memiliki peluang mengalami peningkatan. The Majors akan berhadapan dengan resistance terdekat. Angka inflasi juga berpeluang untuk naik dari 1.2% menjadi 1.3%. Klaim pengangguran yang dihitung mingguan juga akan menarik perhatian dengan melihat grafik naik turunnya. 

Dampak Penguatan Dolar AS Terhadap Rupiah

Mata uang di seluruh dunia akan diperdagangkan dalam pasar Mata Uang Asing ataupun dikenal sebagai sebutan Forex. Di klaim sebagai pasar terbesar di seluruh dunia karena nilai tukarnya yang tidak pernah konstan tetapi mengalami fluktuasi berkelanjutan. Hal ini karena barang yang tersedia dengan permintaan yang juga berubah. 

Peningkatan Dolar AS pada pasar terbesar tersebut akan mempengaruhi nilai rupiah juga. Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan kasus covid-19. Peningkatan kasus tersebut dari hari ke hari akan mengkhawatirkan. Hal ini karena dampak dari peningkatan tersebut akan membawa sentimen negatif yang dapat menekan rupiah.

Selanjutnya hal tersebut tentu akan membuat proses pemulihan ekonomi berjalan sangat lambat. Imbasnya adalah para investor tidak lagi tertarik melakukan investasi di daerah Asia khususnya di Indonesia. Para investor akan mengambil alternative berinvestasi pada aset Dolar AS. 

Melemahnya rupiah akibat menguatnya Dolar AS berubah yang semula Rp14.400 menjadi Rp14.550. Melemahnya rupiah ini juga disebabkan karena kasus covid-19 yang meningkat semakin hari membuat para investor tidak berani mengambil risiko yang terlalu tinggi pada Indonesia. Namun, pemerintah juga selalu berusaha untuk tetap melakukan penstabilan nilai rupiah di mata dunia.