Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Dollar Australia Perkasa, Tetapi Ancaman Resesi di Depan Mata

Dollar Australia Perkasa, Tetapi Ancaman Resesi di Depan Mata

by Didimax Team

Walaupun, pada penutupan perdagangan hari ini Dollar Australia mengalami penurunan ke level Rp10.284. Tetapi, bila diperhatikan secara berkala selama sepekan ini. Tren Dollar Australia menunjukkan peningkatan, pernah menembus level Rp10.550. Bahkan ada yang prediksi akan menyentuh angka Rp11.000.

Sayangnya, keperkasaan Dollar Australia yang terlihat akibat sentimen negatif mengenai resesi Indonesia. Berbanding terbalik dengan perekonomian Australia. Dikabarkan negeri Kanguru juga sedang berjuang keluar dari ancaman resesi. Padahal, beberapa peka belakangan. Mata uang mereka bisa melesat jauh dan sulit untuk terbendung. 

Akibat dari pandemi ini, Australia sudah mengeluarkan stimulus yang tidak sedikit. Puluhan miliar Dollar sudah dikeluarkan untuk menyelamatkan kondisi perekonomian warganya. Sayangnya, pemasukan yang didapat tidak sebanding dengan pengeluaran yang dikeluarkan. Seperti, industri yang berhenti, aktivitas ekspor dan impor.

Seperti yang diramalkan IMF, akibat virus corona yang belum juga mereda di semua negara. Perekonomian dunia tumbuh minus 4% sampai 7%. Pernyataan ini sepertinya benar adanya dengan data dan fakta bahwa sudah banyak negara mengalami resesi. Padahal, sebelumnya mereka punya perekonomian kuat.

 

Perang Dagang China dan Amerika Faktor Pemicunya

Resesi yang sedang mengancam Australia dan diproyeksikan sebagai yang terbesar sejak perang dunia ke II ini memang tidak bisa dihindari. Perang dagang antara China dan Amerika menjadi penyebab lain yang harus dihadapi Australia. Hal ini memicu perlambatan ekonomi yang kian dalam.

China adalah mitra dagang Australia yang cukup potensial. Nilai ekspor dan impor kedua cukup fantastis. Dengan adanya perang dagang, perekonomian China diproyeksikan akan melambat juga. Tidak bisa dipungkiri, melesatnya ekonomi China mengatrol nilai tukar negeri kanguru ini. Tidak heran bila mata uang mereka begitu perkasa.

Hal ini ditunjukkan dengan penutupan perdagangan hari ini. Di mana Dollar Australia kalah dengan Rupiah. Mengalami penurunan sekitar Rp300 dari penutupan perdagangan satu hari sebelumnya. Bila kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Dollar Australia bakal kembali jinak ke angka Rp9000.

Imbas lain yang akan dihadapi Australia adalah lajur perekonomian dalam negeri. Di mana permintaan barang akan menurun. Harga pasti akan naik dan korban PHK serta pengangguran pasti melonjak tajam. Kondisi yang sepertinya tinggal menunggu waktu saja bagi negeri kanguru ini.

Kondisi Dalam Negeri yang Tak Menentu

Sejak tahun 1991, ini adalah resesi pertama yang dialami oleh Australia. Dari prediksi pakar ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang dialami hanya mampu di level 0,3% - 0,5%. Bahkan, akan berlanjut ke Kuartal II. Walau, Australia sudah punya resep ampuh mengatasi Corona dengan adanya vaksin.

Tetapi, roda didalam negeri belum berjalan maksimal. Terlihat defisit anggaran cukup besar  dialami negara ini di setiap bulannya. Walaupun, Bank sentral sudah menurunkan suku bunga. Tetap saja, tidak adanya permintaan dengan konsumen yang membuat iklim bisnis menjadi tidak sehat.

Oleh sebab itu, badai PHK sangat besar dan pengangguran semakin banyak. Dari data yang diambil sejak bulan Juli ini sendiri. Tingkat pengangguran sudah melonjak 7%, prediksinya angka ini akan bertambah menjadi 9,5% pada akhir tahun nanti. 

Pemerintah asia melalui Bank sentral mereka tetap optimis bahwa ancaman resesi tidak akan terjadi. Beberapa tempat sudah dibuka kembali. Walau, ada kabar mengenai serangan kedua badai corona. Namun, optimistis ini tetap digaungkan. Mengingat ekonomi China yang perlahan juga sudah kembali tumbuh.

Nasib Ekspor Impor Indonesia Jika Australia Resesi

Bila resesi terjadi pada negeri kanguru akan terdampak kepada kegiatan ekspor dan impor Indonesia. Dengan kondisi seperti ini, Australia akan menahan diri untuk melakukan impor. Mereka akan menggerakan bisnis dalam negeri untuk bisa menggenjot ekspor, agar perekonomian semakin membaik.

Dengan kondisi seperti ini, neraca perdagangan Indonesia akan terganggu. Potensi defisit anggaran akan semakin melebar. Selain itu, investasi yang masuk ke dalam negeri juga akan terganggu. Walaupun, saat ini total investasi yang masuk ke Indonesia lebih sedikit. Tidak seperti Singapura yang menduduki nomor satu.

Ancaman resesi Australia memang tidak bisa dipungkiri. Hampir sama dengan negara lainnya di Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Tetapi, Dollar Australia masih menjadi kesukaan beberapa investor. Walaupun, harus bergantung ke negara lain seperti China. Namun, prediksinya ditahun 2021 kursnya di prediksi akan menguat hingga 2,5%.