Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Efek Joe Biden Untuk Mata Uang Rupiah dan Dolar.

Efek Joe Biden Untuk Mata Uang Rupiah dan Dolar.

by Didimax Team

Joe Biden baru saja memenangkan pemilu Amerika Serikat dengan mengalahkan pertahanan Donald Trump. Hal ini jadi kabar baik bagai Rupiah yang diramalkan akan mengalami penguatan cukup signifikan. Tetapi, penguatan tersebut juga diyakini tidak akan berlangsung lama. Dolar AS tetap berpotensi memiliki nilai cukup tinggi.

Penguatan Rupiah sudah mulai terjadi sejak suhu politik di negeri Paman Sam tersebut mulai tinggi. Angkanya menembus Rp14.200 hingga Rp14.321 atau naik sekitar 0,82%. Menurut Lukman Leong, Analisis Valbury Asia Future, kemenangan Joe Biden semakin menguatkan posisi Rupiah saat ini.

Bahkan, dalam beberapa bulan ke depan cenderung stabil. Walaupun, cadangan devisanya menurun drastis. Salah satu alasannya adalah kondisi ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat. Walaupun, masuk jurang resesi. Namun, angkanya tidak sedalam pada kuartal sebelumnya. Hanya saja sampai kapan bisa bertahan seperti ini.

 

Kekhawatiran Pasar

Pengumuman bahwa Indonesia resmi resesi beberapa pekan lalu membuat pelaku pasar juga akan berpikir ulang. Apalagi, cadangan devisa RI semakin menipis bila dunia pariwisata masih lumpuh akibat Covid19 yang tidak kunjung reda. Hal tersebut bisa saja pasar kembali membeli Dolar dan membuatnya perkasa.

Penurunan nilai tukar Dolar terhadap, sejumlah mata uang asing seperti, Euro, Poundsterling serta Dolar Singapura adalah hal wajar. Karena, saat ini politik mereka sangat panas. Bahkan, hampir semua negara akan mengalaminya. Tetapi, keadaan Dolar saat ini berbeda dengan kondisi pada umumnya.

Euro yang menjadi pesaing terberatnya, sepertinya tidak akan bisa perkasa. Mengingat penambahan jumlah kasus positif Covid 19 masih terus bertambah. Sementara, Poundsterling akan semakin tertekan karena kesepakatan mengenai Bersit masih bum menemukan kata pasti. Melihat kondisi politik sudah cukup baik, diyakini Dolar meningkat.

Kondisi Amerika

Sampai saat ini Kondisi Amerika sendiri belum stabil. Donald Trump sebagai kubu yang kalah masih mencoba menempuh jalur lainnya. Mereka belum terima mengenai kekalahan, masih mencoba mencari celah untuk menang. Sayangnya banyak ekonom menilai, kerusuhan Amerika tidak berdampak signifikan.

Berbeda dengan Dolar, kebijakan Joe Biden diyakini mampu lebih baik daripada Trump. Dari segi kebijakan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan begini, perekonomian negeri Paman Sam tersebut mampu merubah Dolar Amerika jadi cukup perkasa di antara semua mata uang lainnya.

Satu hal  harus dibuat oleh Joe Biden setelah ini adalah mencoba untuk memberikan berbagai kebijakan yang tepat. Semakin kondusifnya Amerika membuatnya dikunjungi oleh sentimen pasar. Tidak heran bila proyeksi kekuatan Dolar Amerika lebih baik dibandingkan mata uang kita.

Resesi Negara

Satu hal yang membuat pelaku pasar tetap memberikan sentimen positif pada mata uang ini karena, kondisi berbagai negara. Hampir semua negara besar tumbang seperti, Jepang, China, Singapura, Malaysia. Akibat pergerakan Ekonomi yang seakan jalan di tempat. Tidak bergerak akibat pembatasan.

Sementara, bagi Indonesia sendiri dengan Resesi cukup memberikan dampak tinggi terutama, soal kegiatan ekspor dan impor. Penambahan kasus di Eropa juga sangat menekannya karena, lockdown kembali diterapkan. Tidak ada barang bisa masuk. Hal tersebut juga jadi pemicu terbesar dari melemahnya Mata Uang RI.

Ketegangan di Inggris juga jadi bahan baru membuat penurunannya semakin di depan mata. Tetapi, Presiden Joko Widodo melalui berbagai jajaran kementerian mengupayakan segala cara untuk membantu warganya dalam menjaga kestabilan Ekonomi. Salah satunya dengan bantuan langsung tunai

Konflik Berkepanjangan

Konflik berkepanjangan antara yang terjadi di Eropa juga jadi faktor eksternal mengapa kondisi rupiah belum juga membaik. Tetapi, salah satu program Joe Biden yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan diyakini akan mengakhiri perang dagangnya dengan Tiongkok. Hal inilah yang akan selalu di dorong oleh Pemerintah.

Dengan berhentinya perang dagang tersebut, kemungkinan besar Indonesia mendapatkan keuntungan Dari berakhirnya perang dagang, ini penguatan ekonomi negara. Karena, akan dada banyak dana asing akan masuk Indonesia Dengan pertumbuhan minus 3 persen ini diyakini masih mampu terhindar jurang resesi bulan depan.

Banyak pakar menilai, Indonesia masih bisa lebih baik karena kondisi sistem, perekonomian mereka sangat kuat. Dibandingkan dengan Amerika Serikat. Tetapi, kondisi bisa berubah sewaktu-waktu sesuai dengan gejolak yang ada di pasar perdagangan. Patut disimak, mana yang akan lebih perkasa di banding tahun sebelumnya.

Menarik untuk disimak perjalanan dua mata uang ini. Seiring dengan perbaikan ekonomi yang terus dikejar oleh presiden Jokowi. Mungkin, prediksi ekonom tersebut salah. Menurut perkiraan dan prediksi. Sampai akhir tahun nanti pergerakan Rupiah maksimal berada direntang Rp13.700 sampai Rp14.400 per Dolar Amerika.