Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Gejolak Ukraina-Rusia: Emas Melambung Tinggi, Dolar AS Pilihan Utama

Gejolak Ukraina-Rusia: Emas Melambung Tinggi, Dolar AS Pilihan Utama

by Didimax Team

Perseteruan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina kian memanas, kepentingan geopolitik ini juga mempengaruhi beberapa sektor, salah satunya adalah harga emas. Sebelumnya, komoditi ekspor lainnya juga mendapat pengaruh, salah satunya adalah minyak bumi.

Sebelumnya, di Ukraina telah terjadi pemadaman, yang hal ini juga memicu reaksi dari beberapa negara lainnya. Reaksi kenaikan dipicu akibat pemadaman yang menyebabkan harga minyak bumi ikut melambung tinggi.

Salah satu negara OPEC ini mengalami permasalahan geopolitik dengan Rusia dan membawa dampak semakin tingginya nilai minyak bumi. Selain minyak bumi dan emas, nilai dolar AS juga ikut melambung. 

Sebelumnya, indeks Dolar naik sebesar 0,25% sedangkan Euro turun. Ketegangan yang terjadi telah membantu emas selama dua sesi terakhir. 

Namun, pendapat lain mengatakan bahwa kenaikan nilai emas ini tidak lain didorong oleh rencana Fed untuk segera memulai kenaikan suku bunga. 

Saat ini harga emas mencapai level tertinggi, kenaikan ini sudah terjadi lebih dari dua bulan pada penutupan selasa kemarin. 

Ini tidak lepas akibat kekhawatiran geopolitik atas Ukraina yang mendorong investor menuju aset safe heaven serta penurunan tajam di pasar saham AS menjelang pertemuan Federal Reserve mengenai pengetatan kebijakan moneternya. 

 

Harga Emas Melambung Tinggi Ditengah Geopolitik Rusia-Ukraina 

Akibat adanya perseteruan yang terus terjadi antara Ukraina dan Rusia, harga emas mencapai level tertinggi dari dua bulan terakhir. Kekhawatiran akibat masalah politik ini mendorong investor menuju aset safe haven serta penurunan di pasar saham AS.

Pada pengiriman bulan Februari,di divisi Comex New York Exchange kontrak harga emas paling aktif, yaitu melonjak sekitar 10,8 US Dolar atau sebesar 0,59% menjadi 1.852,50 USD per ounce. 

Sedangkan di pasar spot, harga emas juga mengalami kenaikan sebesar 0,50% di 1.852,03 US Dolar per ouncenya. Sebelumnya pada hari Senin (24/1/2022), harga emas berjangka terdongkrak pada 9,9 US Dolar atau sekitar 0,54% menjadi 1.841,70 US Dolar. 

Setelah sebelumnya jatuh pada 10,8 USD atau sebesar 0,59% menjadi 1.831,80 USD. Selain itu, emas juga terkikis sebesar 0,6 USD atau sebesar 0,03% menjadi 1.842,60 USD pada perdagangan kamis lalu. 

Menurut Brien Lundin, editor Gold Newsletter mengungkapkan ketegangan Ukraina memang membantu emas selama dua sesi ini, namun pendorong utama hal ini adalah rencana Fed untuk segera memulai kenaikan suku bunga. 

Selian itu, ia juga menjelaskan, pedagang menjual emas untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga dan setelah membeli di rumor, mereka kemudian menjual di berita. Saat ini, emas bertindak seperti pelarian ke perdagangan yang aman.

Scenario ini akan terus terjadi dalam menunggu dan memantau sampai setelah pengumuman Fed selanjutnya. Investor tentunya menunggu isyarat tentang seberapa agresif The Fed dalam sisa tahun ini. 

Dolar AS Menjadi Pilihan Utama Investor

Selain nilai emas yang semakin melonjak ke level tertinggi, dolar AS juga tidak kalah. USD saat ini telah memasuki level tertingginya pada perdagangan terakhir. 

Dolar AS menguat terhadap mata uang Euro, penguatan ini tidak lepas dari perannya sebagai mata uang safe-haven utama saat ini.

Dolar naik selama periode risk-off atau penghindaran risiko, selain itu nilai USD juga naik bahkan ketika ekspektasi untuk pengetatan Fed dikupas kembali. Di sisi lain, nilai Euro justru merosot sebesar 0,23% menjadi $1,1297

Yen menguat sebesar 0,01% menjadi 113,92, sedangkan Franc Swiss melemah sebesar 0,29% terhadap Euro pada 1,0379. Ini tidak jauh dari 1,0298 yang baru-baru ini dicapai. Selain mata uang utama, mata uang kripto juga mengalami pergolakan, terutama bitcoin. 

Rubel rebound menguat sebesar 0,54% menjadi 78,62 USD setelah sebelumnya melemah di level terendah. 

Direktur Strategi valas Credit Suisse menilai, ketegangan antara Ukraina lebih mengekspos Euro dan Eropa terutama energy, sedangkan Dolar lebih berkaitan dengan pengetatan kebijakan Fed. 

Gejolak geopolitik yang masih terus terjadi mengakibatkan beberapa pihak menjadi terganggu. Meskipun emas dianggap sebagai pelindung terhadap inflasi dan risiko geopolitik, namun kenaikan suku bunga akan meningkatkan peluang kerugian memegang emas. 

Selain nilai emas, beberapa logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Perak naik sebesar 9,6 sen atau 0,³% menjadi 23,896 USD per ounce. Platinum naik sebesar 5,2 USD atau 0,51% menjadi 1.025,5 USD per ounce.