Pada perdagangan awal pekan, tercatat harga batu bara langsung melonjak dengan tajam. Pada perdagangan hari Senin, tanggal 30 Mei 2022 lalu, harga batu bara di pasaran ICE Newcastle (Australia) ditutup dengan harga 327,20 US dollar per ton. Hal tersebut terbukti bata bara sedang menguat 1,5 persen dibandingkan pada hari Jumat sebelumnya.
Kenaikan harga batu bara ini ternyata dapat memperpanjang tren positif yang sudah terjadi sejak hari Kamis pekan lalu, yang mana sebelumnya cukup hancur. Sebagai catatan tambahan, harga batu bara pada periode Senin hingga Rabu pekan lalu anjlok hingga 11 persen.
Sementara untuk kenaikan kemarin ini kembali mendekati harga batu baru ke level psikologi sekitar 400 US dollar per ton yang terakhir kalinya terjadi pada tanggal 20 Mei lalu. Jadi secara keseluruhan, harga baru bara masih melemah sekitar 8,9 persen dalam sepekan. Akan tetapi, harga batu baru tercatat telah menguat hingga 25,7 persen dalam satu bulan terakhir.
Sejumlah Negara Menaikkan Permintaan pada Batu bara
Kenaikan harga batu bara saat ini tengah dipicu oleh meningkatnya permintaan dari beberapa negara, musim hujan yang sudah tiba, pembukaan ekonomi di Tiongkok, serta adanya rencana sanksi minyak mentah dari Rusia.
Sementara itu, permintaan batu bara dari Inggris besar kemungkinannya bakal mengalami peningkatan. Inggris pun tengah membuka opsi guna mengoperasikan pembangkit listrik batu bara selama musim dingin pada tahun ini.
Pembangkit listrik Inggris sekarang ini sedang menggantungkan sekitar 50 persen sumber energinya berasal dari gas Rusia. Inggris juga sedang mencari beberapa opsi guna mencari sumber energi alternatif lainnya, termasuk juga batu bara.
‘’Dikarenakan serangan Rusia ke Ukraina, kami bakal mencari beberapa opsi guna menambah pasokan demi keamanan sumber energi. Kami juga akan memastikan tidak ada permasalahan mengenai kekurangan pasokan. Bila dibutuhkan, kami pun akan menghidupkan kembali pembangkit listrik batu bara sebagai sumber listrik cadangan selama musim dingin,’’ jelas Jubir pemerintahan Inggris, seperti yang dikutip langsung dari Reuters.
Kemudian ada juga permintaan dari India yang masih sangat kuat sebab negara tersebut bakal terus mengamankan pasokannya guna menghadapi lonjakan penggunaan listrik akibat dari gelombang panas. India pun sedang gerak cepat untuk mengamankan pasokan menghadapi musim hujan tahun ini.
Untuk mempercepat pasokan tersebut, pemerintah India telah memberikan instruksi kepada BUMN tambang Coal India Ltd agar mengimpor harga batu bara.
Perubahan Iklim Cuaca Dalam Negeri
S&P Global dalam laporannya menjelaskan bahwa musim hujan akan jadi tantangan terberat untuk pasar batu bara di kawasan Asia. Sebab, hujan bisa membuat penggunaan listrik di sejumlah negara Asia mengalami lonjakan dibandingkan hari biasanya. Sementara itu juga, hujan pun dapat mengganggu aktivitas penambangan batu bara dalam negeri.
BMKG sudah mengingatkan fenomena La Nina bisa memuat musim kemarau di tanah air mundur. Hujan deras yang sudah terjadi di sejumlah wilayah Indonesia sampai akhir Mei ini termasuk juga produsen batu bara di Kalimantan dan Sumatera.
Bila hujan deras terus berlangsung, maka produksi batu bara dalam negeri dapat terganggu. Padahal, Indonesia sedang menggenjot produksi guna memenuhi permintaan pasar global.
Sementara itu juga, China juga telah diperkirakan bakal membuka kembali kegiatan ekonomi secara menyeluruh pada awal bulan Juni. Keputusan ini mungkin saja akan meningkatkan kembali aktivitas ekonomi serta permintaan batu bara di negara tersebut.
Impor batu bara China tercatat menurun hingga 16 persen menjadi 75,41 juta ton pada periode Januari hingga April 2022. Penurunan tersebut dipicu juga oleh lockdown, terutama pada pusat bisnis di Shanghai.
Harga batu bara pun kembali naik dikarenakan sanksi larangan pembelian minyak mentah Rusia semakin dekat dengan kenyataan. Larangan pembelian minyak tersebut bakal mendongkrak harga batu bara dikarenakan menjadi energi alternatif pengganti minyak mentah dan gas alam dari Rusia.
Uni Eropa pun dilaporkan sudah mencapai sejumlah kesepakatan yang berhubungan dengan larangan impor minyak Rusia. Langkah tersebut sengaja diambil sebagai respons kawasan tersebut dalam serangan Rusia ke Ukraina.
Ditinjau oleh Reuters, sejumlah pemimpin Uni Eropa telah sepakat sanksi embargo impor minyak Rusia sebagai hukuman saat menyerang Ukraina. Tetapi, ada pengecualian untuk pengiriman minyak mentah dari pipa.