Sejak invasi Rusia ke Ukraina, harga emas terpantau mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Harga emas kini bahkan mencapai yang tertinggi sejak beberapa dekade ke belakang. Tentu kabar kenaikan harga emas ini tidak terlalu baik.
Mengingat, kenaikan harga emas dapat meningkatkan inflasi. Oleh karena itu, beberapa pengamat ekonomi global menyatakan bahwa butuh kebijakan-kebijakan tertentu untuk mengatrol harga emas, jenis spot gold dan emas berjangka.
Memang, di pertengahan bulan maret ini harga nilai tukar Dolar AS mengalami peningkatan setelah pembicaraan antara Jerome Powell dengan Hawkish menghasilkan suatu kebijakan. Tentu saja, arah kebijakan ini untuk menyelamatkan inflasi sejak Rusia memutuskan menginvasi Ukraina.
Akan tetapi, peningkatan harga nilai tukar Dolar AS ini tidak mengubah harga emas spot gold dan berjangka di pasaran. Bahkan, kini harga emas berada di kisaran US$ 1940. Harga emas bisa saja kembali mengalami peningkatan signifikan di kisaran US$ 950 karena masih adanya krisis geopolitik.
Faktor Penyebab Harga Emas Melambung Tinggi di Pasaran
Ada berbagai faktor yang membuat harga emas (XAU/USD) mengalami peningkatan cukup tajam. Bahkan, di pasaran untuk harga emas telah rally dari harga US$ 1920 kini melambung di harga US$ 1940. Kenaikan harga emas ini mencapai 1,0%
Salah satu penyebab harga emas melambung tinggi ini karena invasi Rusia terhadap Ukraina. Hal tersebut mendorong permintaan emas menjadi “safe haven”. Akibatnya, harga emas mengalami kenaikan cukup signifikan, meskipun pasar digital baru saja dibuka.
Faktor penyebab selanjutnya, beberapa pengamat ekonomi global menyatakan bahwa pernyataan dari Federal Reserve (The Fed) ini tidak mengubah apapun. Artinya, pernyataan dari The Fed ini bersifat stagnan. Sebab, kebijakan tersebut hanya pengulangan dari kebijakan sebelumnya.
Pasar indeks kemudian merespon dengan meningkatkan probabilitas dari 50 bps menjadi 60% pada bulan Mei tahun ini. Oleh karena itu, harga emas spot gold dan emas berjangka diprediksi mengalami kenaikan di awal April.
Selain itu, kenaikan nilai tukar Dolar AS sekitar DXY + 0,25% serta hasil obligasi AS ini membebani permintaan harga emas. Alhasil, harga emas lebih mahal meskipun harga Dolar AS mengalami penguatan sejak kebijakan baru dikeluarkan oleh The Fed.
Tentu saja bukan kabar baik jika harga emas tidak terkontrol. Sebab, harga emas dapat memicu inflasi. Beberapa produk dan kebutuhan sehari-hari mengalami kenaikan cukup signifikan. Bahkan, harga minyak juga melambung cukup tinggi akibat permintaan emas sebagai safe haven.
Perkiraan Pergerakan Harga Emas di Awal Bulan April 2022
Perkiraan harga emas di awal bulan April 2022 ini memang masih tinggi. Hal ini disebabkan karena invasi Rusia masih terus berlanjut dan belum mencapai kata sepakat damai dengan Ukraina. Akibatnya, inflasi harga mulai terasa di berbagai sektor.
Salah satunya adalah harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah untuk jenis West Texas Intermediate (WTI) ini melambung sekitar US$ 8,0. Kenaikan harga minyak mentah WTI ini akibat dari meningkatnya embargo Negara-Negara Uni Eropa terhadap ekspor minyak Rusia.
Akibat tidak ada kemajuan perundingan damai antara Rusia dengan Ukraina, maka harga emas masih terus mengalami kenaikan tajam. Bahkan, di awal bulan April 2022 ini juga diprediksi tetap naik. Oleh karena itu, faktor bullish masih belum berimbas secara nyata untuk mengatrol harga emas di pasar digital.
Ada beberapa upaya untuk menstabilkan harga emas. Salah satunya adalah mendapatkan dukungan dari pasar utang. Selain itu obligasi pemerintah berjangka dari Eropa juga dapat menekan kerugian akibat penutupan pasar terakhir.
Selain itu, imbal dari hasil catatan Treasury AS 10 tahunan ini dapat dijadikan sebagai patokan untuk mengurangi biaya peluang memegang emas batangan. Oleh karena itu, harga emas masih diprediksi mengalami kenaikan jika tidak ada kebijakan dari The Fed.
Kini, para investor masih menantikan komentar serta kebijakan yang diambil oleh ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell. Jerome Powell akan menghadiri pertemuan puncak Bank of International Settlement. Tentunya pertemuan tersebut membahas tentang kebijakan moneter.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, harga emas mengalami kenaikan harga cukup signifikan. Kenaikan harga emas ini menimbulkan inflasi. Banyak kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga cukup tinggi. Untuk itu, Jerome Powell selaku ketua The Fed dituntut untuk mengeluarkan kebijakan moneter guna mengatasi kenaikan harga emas.