Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Harga Minyak Dunia Anjlok, Investasi Migas Indonesia Lesu

Harga Minyak Dunia Anjlok, Investasi Migas Indonesia Lesu

by Didimax Team

Meluasnya wilayah terdampak wabah virus corona turut mempengaruhi berbagai sektor. Tidak hanya ekonomi, sektor migas juga terkena dampak yang lumayan besar. Sektor migas Indonesia diketahui lesu usai anjloknya harga minyak dunia. Harga minyak yang menguat kamis 26 Maret ternyata kembali turun pada keesokan harinya.  

Mengacu pada pemberitaan Antara kemarin (27/3) minyak mentah Brent yang diproyeksikan dikirim Mei mendatang justru turun 3,8 persen di posisi US$ 26,34 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas sedikit lebih baik dengan penurunan sekitar 7,7 persen di kisaran harga US$ 22,60 per barelnya. 

Anjloknya harga minyak dunia seiring dengan menurunnya permintaan di seluruh dunia. Pasalnya permintaan ini menurun lantaran hampir sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia dirumahkan sehingga sudah pasti perjalanan berkurang. Walhasil permintaan anjlok hingga 20 persen yang memaksa Arab Saudi berhenti melakukan produksi guna menyeimbangkan pasar dunia.  

Namun, agaknya anjloknya harga minyak dunia semakin parah dengan ketidaksepakatan dua negara yakni Arab Saudi dan Rusia untuk membatasi pasokan. Bahkan Arab Saudi sendiri sudah berencana mengekspor minyak 10 juta lebih barel per harinya di bulan Mei mendatang. Anjloknya harga minyak ini membuat Amerika mengeluarkan paket stimulus dan hasilnya harga minyak perlahan merangkak naik. 

 

SKK Migas RI Terus Pantau Perkembangan Harga Minyak Dunia

Stimulus yang telah diberikan AS nyatanya tak terlalu memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan pasar mengabaikan stimulus tersebut dan pesimis jika harga minyak kembali normal. Fataryani Abdurrahman selaku wakil kepala SKK migas RI pun menanggapi jika pihaknya terus memantau perkembangan harga minyak dunia sebelum akhirnya memberikan keputusan.  

Meski terus memantau, pihaknya memberikan penjelasan jikalau belum ada rencana revisi target lifting pada tahun 2020 ini. Fataryanipun menambahkan bahwa hingga kini ada beberapa proyek yang terpaksa berjalan lambat meski belum bisa dipastikan jika memberi imbas pada target produksi minyak. Kajian demi kajian akan terus dilakukan agar tidak salah mengambil langkah. 

Pihaknya juga menjabarkan jika investasi migas hingga hari ini diluar prediksi sangat lesu mengingat banyak perusahaan besar mempertimbangkan untuk melakukan investasi di tengah anjloknya harga minyak dunia. Senada dengan Fataryani, Pri Agung Rakhmanto selaku pengamat migas menyatakan bahwa anjloknya harga mintak dunia ini sedikit banyak memberi dampak bagi iklim investasi di Indonesia. 

Pri Agung Rakhmanto sendiri menyarankan untuk ada kebijakan hulu yang harus dirubah dengan tidak lagi memprioritaskan penerimaan negara dari sektor migas. Bukan tanpa alasan mengingat menarik investor kembali berinvestasi jauh lebih penting ketimbang besarnya penerimaan negara dalam kondisi krisis seperti ini. 

Rackmanto sapaan akrabnya pun juga mengatakan bahwa anjloknya harga minyak dunia ini memberikan pengaruh langsung pada neraca perdagangan nasional sehingga segera diperlakukan antisipasi baik dari hulu, fiskal, hingga non fiskal. Apalagi dampak yang mengancam hulu cukup multiplier. 

Akhir Maret BBM Kemungkinan Kembali Turun Harga

Selain mengancam investasi di sektor migas Indonesia, anjloknya harga minyak dunia dianggap berpengaruh pada kemungkinan besar menurunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Turunnya harga BBM ini kemungkinan besar akan diambil pada akhir Maret. Meski masih sebatas kemungkinan namun, jika harga minyak dunia anjlok bukan tak mungkin harga BBM turun.

Pertamina melalui VC Corporate Communication Fajriyah Usman mengatakan bahwa harga BBM non subsidi sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Selain itu, harga BBM ini juga sangat dipengaruhi oleh kurs dollar terhadap rupiah, kemungkinan inflasi, dan faktor lainnya. Sehingga Pertamina juga terus memantau hingga akhir bulan Maret. 

Penurunan harga BBM sendiri terakhir terjadi pada bulan Februari lalu. Sementara presiden Indonesia Jokowi telah memberi instruksi untuk secepatnya melakukan kalkulasi mengingat harga minyak dunia yang terus anjlok. Dengan adanya kalkukasi ini diharapkan diketahui seberapa banyak dampak yang akan diterima jika memang benar penurunan harga ini terjadi nantinya. 

Jokowi menambahkan jikalau Indonesia harus bisa memanfaatkan momentum anjloknya harga minyak dunia dengan mencari peluang positif demi keberlangsungan perekonomian Indonesia. Sehingga diperlukan respon berupa pengambilan kebijakan yang tepat.