Rusia mulai “membalas” larangan dari Uni Eropa dan Amerika terkait kebijakan atas invasi yang dilakukan ke Ukraina. Rusia melakukan embargo gas ke beberapa Negara di Uni Eropa. Tentu saja, kebijakan tersebut mempengaruhi harga minyak mentah dunia.
Tercatat, harga minyak dunia untuk jenis Brent mengalami kenaikan sekitar US$ 3 di kisaran harga US$ 110 per barel. Tentu saja kenaikan harga minyak mentah dunia ini bukan kabar yang baik. Mengingat, hampir 40% Negara Uni Eropa masih bergantung dengan produksi gas dari Rusia.
Harga minyak memang bergerak secara fluktuatif. Selain itu, pembicaraan antara perwakilan dari Uni Eropa dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden bisa saja mempengaruhi harga minyak di pasaran.
Oleh karena itu, kekhawatiran atas penurunan daya beli juga berpengaruh pada harga minyak mentah dunia. Terlebih, terkait insiden Houthi Yaman ini menyebabkan penurunan produksi sementara di kilang Saudi Aramco yang berlokasi di Yanbu.
Penyebab Utama Kenaikan Harga Minyak Dunia
Ada berbagai penyebab yang membuat harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan harga cukup signifikan. Salah satunya tentu disebabkan karena invasi Rusia ke Ukraina. Embargo minyak ini adalah salah satu sanksi yang diterapkan oleh beberapa Negara yang tergabung dengan Uni Eropa.
Akibatnya, harga minyak mengalami peningkatan sekitar US$ 3. Kini, harga minyak untuk jenis Brent ditaksir mencapai US$ 110 per barel. Harga tersebut dapat kembali meningkat. Mengingat belum adanya kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina.
Pasalnya, Joe Biden selaku presiden Amerika Serikat beserta perwakilan Uni Eropa berencana melakukan pertemuan untuk memberikan tanggapan terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina. Pemerintah Uni Eropa mempertimbangkan untuk melakukan embargo minyak terhadap Rusia.
Memang, harga minyak mentah mengalami kenaikan cukup signifikan sejak Putin memutuskan untuk menginvasi Ukraina. Kenaikan harga minyak mentah tidak hanya berlaku untuk jenis Brent, melainkan untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI).
Faktor penyebab yang kedua, serangan kelompok Houthi Yaman yang berafiliasi dengan Iran juga mempengaruhi penurunan produksi minyak mentah. Serangan Houthi Yaman ini menargetkan patungan kilang Saudi Aramco di Yanbu.
Serangan Houthi ini membuat harga minyak mengalami kenaikan di pasar Asia. Bahkan, pakar ekonomi dunia menyatakan bahwa kesepakatan damai antara Rusia dengan Ukraina belum cukup untuk menghadapi defisit energi.
Apabila tidak ada kebijakan yang mengatur tentang defisit energi, maka harga minyak mentah dunia akan kembali melonjak. Untuk itu, pertemuan antara Joe Biden dengan perwakilan Uni Eropa ini cukup penting dalam mempengaruhi harga minyak mentah dunia.
Peran OPEC+ Dalam Menyuplai Minyak Mentah Dunia
OPEC+ merupakan kumpulan Negara-Negara pengekspor minyak mentah dunia. Peran OPEC+ ini adalah menyuplai minyak mentah ke beberapa Negara. Akan tetapi, produksi minyak mentah dari OPEC+ ini sedang mengalami penurunan cukup signifikan.
Beberapa produsen masih mengalami defisit kuota pasukan yang telah disepakati bersama. OPEC+ menyepakati target produksi setiap harinya sekitar 1 juta barel saja pada Februari bulan lalu.
Menurut sumber terpercaya, Negara yang tergabung dengan OPEC+ hanya mampu memproduksi sekitar 400.000 barel perhari. Keterbatasan minyak mentah dunia ini tentu saja berdampak fatal.
Harga minyak untuk jenis Brexit dan West Texas Intermediate (WTI) diprediksi akan mengalami kenaikan cukup signifikan. Terlebih dua Negara OPEC, yakni Arab Saudi serta Uni Emirat Arab menolak seruan dari Negara konsumen untuk meningkatkan produksi minyak mentah.
Diharapkan dengan melimpahnya stok minyak mentah dunia, maka harga minyak di pasaran mulai berangsur-angsur normal. Akibat dari kenaikan harga minyak dunia, beberapa Negara mulai menggunakan bahan bakar alternatif.
Salah satunya adalah menggunakan bahan bakar listrik yang dirasa lebih ramah lingkungan. Hanya saja, infrastruktur dari Negara tersebut belum memadai. Bahkan, perusahaan energi asal Amerika Serikat berupaya untuk menghemat penggunaan minyak mentah.
Badan Energi Internasional mencatat bahwa pemangkasan penggunaan minyak mentah dunia mulai dipangkas sebesar 2,7 juta barel per hari. Tujuannya untuk menghentikan inflasi dan kenaikan harga transportasi masal.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, harga minyak mentah dunia sempat mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Akan tetapi, harga minyak mentah kembali naik karena adanya penyerangan di kilang minyak Saudi Aramco oleh pemberontak Houthi, Yaman.
Kini, harga minyak jenis Brent mengalami kenaikan seitar US$ 3 di kisaran US$ 110. Untuk minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) ini bisa saja mengalami kenaikan. Hanya saja menunggu kebijakan dari OPEC+.