Untuk saat ini Indeks Harga Saham Gabungan memang tengah mengalami penurunan yang cukup luas biasa. Apalagi setelah adanya pengumuman resmi dari bapak Presiden RI, jika saat ini virus corona telah sampai di Indonesia. Hal ini membuat indeks saham semakin merosost mendekati level psikologis 5000.
Rudiyanto, seorang Direktur PT Panin Asset Management mengungkapkan jika hingga saat ini Manager Investasi masih menggunakan cara racikan terdahulu untuk pengelolaan portofolio. Ia juga menambahkan jika hanya saham dengan valuasi murah saja yang akan dibeli, sedangkan untuk saham dengan valuasi mahal tidak akan dilirik sama sekali.
Rudiyanto menuturkan jika dengan terjadinya penurunan Indeks Harga Saham Gabungan yang telah terjadi dalam beberapa minggu ini, memang membuat banyak saham yang menawarkan valuasi dengan harga yang murah. Dengan demikian, MI hanya perlu menyesuaikan dengan situasi pada likuiditas yang ada pada reksadana saja.
Berbicara mengenai virus corona, kekhawatiran pasti terus membesar. Kehadiran virus ini dikhawatirkan akan mengganggu beberapa sektor penting, seperti pariwisata, komoditas, dan kegiatan bisnis. Meski demikian, harapan agar sentimen corona segera enyah tetap ada agar saham kembali bisa rebound ketika kondisi mulai kembali normal.
ISHG Akan Revisi Jika Kondisi Terus Memburuk
Sementara itu, PAM juga telah merevisi turun target IHSG untuk tahun 2020 menjadi 7.100-7300. Padahal pada awalnya bernilai pada kisaran 7.300-7.500. penegasan pun diberikan oleh direktur PT Panin Asset Management ini, bahwa jika corona ini memberikan efek yang berlanjut, kemungkinan ISHG akan segera di revisi.
Hal ini mengingat bahwa dengan adanya corona, dampaknya bisa langsung mempengaruhi banyak sektor penting. Hingga saat ini, ia masih memantau perkembangan yang terjadi, ia menuturkan baru akan melakukan revisi ketika situasi sudah benar-benar tidak baik. Itu yang Rudiyanto katakan pada media saat wawancara kemarin.
Sedangkan bagi investor yang merasa kurang nyaman dengan turunnya ISHG, sepertinya bisa menjadi sebuah pertanda jika investor tersebut memang kurang cocok dengan instrumen saham ataupun reksadana saham. Rudiyanto berpendapat jika saat ini sebenarnya adalah momen yang tepat untuk menguji toleransi risiko yang akan dialami oleh investor.
Sehingga, akan lebih baik jika bisa menemukan jenis ivestasi yang lebih konservatif. Bagi mereka yang telah siap sedia menghadapi risiko, kondisi ini merupakan peluang emas untuk bisa menambah investasi pada harga yang murah. Iapun mengakui jika level ISHG hingga saat ini belum bisa ia prediksi akan melorot hingga level mana.
Hal ini membuat mereka yang ingin bergabung dengan saham disarankan agar masuk dan bergabung dengan cara perlahan-lahan, yaitu bisa secara bertahap ataupun nyicil sedikit demi sedikit. Namun, syaratnya ialah jangan menghindari saham gorengan dan reksadana yang di dalamnya berisi saham-saham gorengan.
Sedangkan bagi investor dengan profil risiko rendah, bisa mencoba instrumen seperti deposito, obligasi reksadana pasar uang dan pendapatan yang tetap. Namun, tetap ada syaratnya yaitu jangan memilih produk tersebut dengan alasan panik, namun karena memang tidak berani untuk menghadapi risiko fluktuasi harga dan usahakan agar tidak kembali lagi ke saham.
Dua WNI Positif Corona, ISHG Ambles ke 5.361
Akhirnya ISHG kini dinyatakan ditutup menurun pada 91,45 poin, yakni sebesar dari 1,68% menjadi 5.361,24 di akhir perdagangan kemarin. Ada 158 saham mengalami kenaikan, dengan 236 saham yang melorot, dan 138 saham yang jalan di tempat, tidak bergerak sama sekali.
Salah satu sektor yang selamat dan berhasil masuk ke area hijau ialah sektor aneka industri yang naik sebesar 2,23%. Sedangkan untuk sektor aneka industri yang lainnya justru terpaksa masuk ke lingkaran merah. Sektor-sektor yang mengalami penurunan paling drastis ialah sektor keuangan yang turun sebesar 3,05%.
Selain itu, sektor pertambangan juga mengalami penurunan yang dalam, yaitu 1,58% dan sektor infrastruktur juga turun sebesar 1,54%. Sehingga jika ditotalkan, penurunan volume perdagnagan bursa saham hari ini mencapai 6,51 miliar saham. Jika ditotalkan bernilai Rp 6,90 triliun. Tentu saja ini merupakan angka yang sangat besar.
Saham-saham yang berhasil mendapatkan penjualan terbesar dan bersih asingn ialah PT Bank Central Asia Tbk yakni sebesar Rp 86,9 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar Rp 289,8 miliar, dan yang terakhir PT Bank Negara Indonesia dengan nominal sebesar Rp 39 miliar.