Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Invasi Rusia Membuat Dolar Menguat Dekati Tertinggi 2 Tahun

Invasi Rusia Membuat Dolar Menguat Dekati Tertinggi 2 Tahun

by Didimax Team

Hampir 2 tahun ini dolar AS meningkat sampai level tertinggi. Berbeda dengan rubel Rusia yang justru menduduki rekor terendah sejak melakukan invasi ke Ukraina. 

Penyebabnya yaitu investor mulai berpindah dari aset beresiko ke safe-haven. Invasi dilakukan lewat serangan udara, laut dan darat. Serangan tersebut tergolong paling besar di Eropa setelah perang dunia kedua. 

Invasi juga berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi global. Contohnya yaitu harga minyak dunia menjadi terguncang karena mencapai hingga 102 dolar AS.

Bahkan, pada 25 Februari 2022 terjadi penurunan beberapa jenis mata uang di dunia. Misalnya seperti pada kron Swedia, sterling dan euro. Bitcoin juga mengalami kemerosotan di pasar uang kripto sebesar 1,22%. 

 

Indeks Dolar Naik sebagai Pengaruh dari Invasi Rusia

Indeks dolar kini naik 0,869%, kecepatan kenaikan persentase harian tersebut paling besar dari Maret 2020 lalu. Greenback juga meraih angka tertinggi terhitung mulai 30 Juni 2020 yaitu 97,740. 

Presiden Joe Biden telah mengumumkan sanksi baru kepada Rusia dan mencakup bank sehingga membuat dolar sedikit melemah. Kini rubel Rusia menurun 4,51% versus greenback sehingga nilainya per dolar menjadi 84,96.

Direktur FX & Manajemen resiko logam mulia Silver Gold Bull Inc Toronto, Erik Bregar mengatakan mempunyai perkembangan geopolitik besar. Namun, belum banyak yang melihatnya. Tindakan tersebut merupakan langkah risk-off klasik. 

Jika dibandingkan dengan safe haven yang lainnya maka dolar naik sebanyak 0,77% dalam franc Swiss. Sedangkan, yen Jepang justru melemah di 115,61 per dolar atau sekitar 0,54% versus greenback. 

Greenback terhadap berbagai mata uang Eropa meningkat tajam. Misalnya pada krona Swedia, zloty Polandia dan forint Hungaria. Kron Swedia turun sebesar 1,13% menjadi $9,49. 

Berbeda dengan dolar terhadap zloty dan forint yang mengalami kenaikan berturut-turut 2,85% dan 3,11%. Perdagangan sterling terakhir turun 1,10% yaitu menjadi $1,3393. Sedangkan untuk euro $1,1202 turun 0,95%.

Baru-baru ini greenback melemah akibat ketegangan pada Ukraina yang semakin hari terus meningkat. Pada hari Kamis penyusun kebijakan Fed mengatakan bahwa rencana pengetatan bank sentral bersaing dengan adanya kemungkinan perang. 

Ken Polcari, seorang mitra pengelola pada Kace Capital Advisors di Boca Raton Florida mengungkapkan banyak orang berpendapat bahwa bitcoin hebat. Adanya tekanan yang datang bisa mendorong orang-orang untuk menginginkan emas. 

Kini pada cryptocurrency, kabar terakhir menyatakan bahwa nilai bitcoin menjadi $37.067,89. Sedangkan, ethereum menjadi $2.560,77 karena turun 2,21%. 

IMF Prihatin terhadap Dampak Invasi Rusia

Kristalina Georgieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional IMF mengungkapkan merasa prihatin dengan kondisi krisis Ukraina. Selain itu, juga mengatakan badan pemberi pinjaman multilateral saat ini tengah melakukan penilaian terhadap implikasinya. 

Kondisi tersebut juga meningkatkan resiko ekonomi yang sangat signifikan di Ukraina maupun dunia. Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF juga turut prihatin dengan korban jiwa serta dampak konflik terhadap perekonomian global. 

Pada laporan World Economic Outlook IMF yang sudah dibuat bulan kemarin disebutkan banyak resiko dalam pemulihan global. Salah satunya ketegangan geopolitik. 

Ketegangan akan membahayakan pada pasokan energi, kerja sama kebijakan hingga perdagangan internasional. Ekonom Wells Fargo beserta temannya mengungkapkan apabila target sanksi internasional berkaitan dengan ekspor minyak, harganya pasti meroket tajam. 

Hal tersebut akan terjadi setelah pasokan minyak dari Rusia ditarik dari pasar. Efek inflasi maupun penurunan daya beli akan melebar hingga ke berbagai aktivitas ekonomi. 

Selain itu, dapat membebani prospek pertumbuhan dari negara-negara yang terkena dampaknya, khususnya untuk Uni Eropa. Dampaknya juga akan mempengaruhi perdagangan mata uang di seluruh dunia, termasuk dolar. 

Alasan Rusia berani melancarkan invasi militer adalah karena negara tersebut termasuk pengekspor gas dan minyak terbesar ke Eropa. Negara-negara di Eropa sangat bergantung pada Rusia untuk pasokan minyak maupun gas. 

Rusia mampu memproduksi sebanyak 10.825.000 barel setiap harinya. Hal ini membuat Rusia menjadi penghasil minyak terbesar ke 3 di dunia. 70% dari hasil produksi minyak tersebut dikirimkan ke Eropa. 

Adanya invasi dari Rusia berimbas pada kondisi ekonomi di dunia. Terbukti, saat ini indeks dolar terus naik. Bahkan, IMF juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi yang terjadi saat ini.