Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Jelang Pidato Powell, Inflasi China Justru Melemahkan Dolar AS

Jelang Pidato Powell, Inflasi China Justru Melemahkan Dolar AS

by Didimax Team

Kabar buruk datang dari nilai Dolar AS yang dikabarkan melemah jelang pidato Powell. Kekhawatiran terhadap pelemahan dolar akhirnya terbukti, karena hari ini Yuan menguat terhadap dolar AS setelah mereka merilis data inflasi sepanjang Januari 2020. Dilansir dari salah satu situs analisis, USD/CNY mengalami penurunan 0,2% dan menjadi 6,9875 pada jam 04:41 GMT.

Sementara pada data hari Senin 10 Februari kemarin, harga produsen Cina mengalami peningkatan 0,1%, sebagai kenaikan pertama setelah Mei 2019. Tak hanya itu saja, harga pabrik industri dan harga konsumen pun juga mengalami kenaikan. Harga pabrik industri naik 0,1% setelah bulan Desember lalu mengalami penurunan 0,5%. Sementara harga konsumen naik 5,4% setelah naik 4,5% bulan kemarin.

Melemahnya nilai Dolar masih menggunakan wabah Corona sebagai alibi mereka. Seperti yang kita tahu, situasi bencana biologis yang tengah mendunia tersebut memang saat ini masih menjadi sorotan. Terlebih dengan jumlah orang yang tewas akibat Corona virus pun semakin bertambah. Dolar bahkan bukan satu-satunya yang terdampak masalah tersebut, ada beberapa mata uang lain yang juga ikut melemah, seperti dolar Singapura dan Australia.

 

Penyebab Meningkatnya Angka Inflasi China 

China telah mengumumkan bahwa mereka mengalami peningkata inflasi sebagai salah dampak wabah corona yang sedang melanda Wuhan, Hubei. Dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, inflasi China kali ini menjadi yang paling tinggi. Salah satu penyebabnya karena penduduk China banyak yang menimbun makanan akibat kekhawatiran terhadap bencana biologis yang sedang menyerang negara ini.

Peningkatan inflasi di China yang mencapai 5,4% juga disebabkan karena sayuran dan daging babi mengalami pelonjakan harga. Harga makanan pokok di pasar tradisional China mencapai 20,6% dari kondisi biasanya. Lonjakan inflasi ini tidak sesuai dengan prediksi yang seharusnya mentok di angka 4,9% dan tidak disangka akan menjadi yang tertinggi setelah 8 tahun.

Inflasi China bahkan sudah mencapai ekspetasi momentum di Tahun Baru Imlek, sesuai yang disampaikan oleh Birp Statistik China. Ditambah dengan saat ini Pemerintah China juga sedang berjuang melawan ekonomi domestik yang melambat. Gonjang-ganjing perekonomian di China sangat dikhawatirkan oleh banyak negara lain yang tidak menutup kemungkinan akan terdampak. 

Pemerintah China tidak hanya dituntut untuk segera meredakan isu Corona Virus, melainkan juga harus menjaga perekonomian mereka agar tetap stabil. Menurut Suan Teck Kin sebagai Kepala Penelitian UOB menyebutkan bahwa China membutuhkan peran dari rakyatnya agar tidak terlalu menimbun makanan, karena justru akan semakin memperburuk keadaan. Apalagi, inflasi bukan masalah sepele, dibutuhkan kerja sama yang baik antara penduduk dan pemerintahan.

Penurunan Index Dolar Jelang Kesaksian Powell Minggu Ini

Permasalah terkait virus Corona tidak bisa diprediksi akan sampai kapan, atau bahkah dapat bertambah parah. Karena Komisi Kesehatan Nasional di China pun melalui situs resmi mereka menginformasikan adanya peningkatan jumlah terinfeksi mencapai 40.171 di negara tersebut. Itu belum termasuk dengan orang-orang dari berbagai negara lainnya dan yang belum terdeteksi.

Sayangnya, masalah tersebut membawa kabar buruk pada Dolar AS yang harus mengalami penurunan Indeks 0,1% ke angka 98,505. Penurunan ini terjadi jelang kesaksian penting dari Jerome Powell, Ketua Federal Reserve yang direncanakan minggu ini. Di hadapan Komite Jasa Keuangan Parlemen AS, Powell akan memberikan kesaksian dan juga akan tampil dalam Komite Perbankan Senat Amerika Serikat. 

Lalu bagaimana nasib harga konsumen AS? Diperkirakan akan naik 0,2% dibandingkan bulan lalu dengan CPI yang juga naik 2,5%. Para investor juga akan menemukan kekuatan sektor konsumen Amerika jika melihat data angka penjualan ritel di Amerika Serikat. Berdasarkan dari perkiraan konsensus, akan ada data yang menunjukkan angka penjualan ritel naik sebesar 0,3%.

Sementara jika melihat GBP/ USB, naik ke 1,2907 atau sekitar 0,1%. Boris Johnson selaku Perdana Menteri Inggris juga mengatakan bahwa ia tidak akan menandatangani peraturan dalam setiap perdagangan seperti yang banyak diminta. Fyi, untuk pasangan USD/ JPY naik  ke 109,78 atau sekitar 0,1% dan pasangan AUD/ USD berada di angka 0,6703 atau meningkat di 0,5%.