Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Jepang Masuk Jurang Resesi, Tetapi Yuan Masih Perkasa

Jepang Masuk Jurang Resesi, Tetapi Yuan Masih Perkasa

by Didimax Team

Resesi menjadi perbincangan hangat semua pelaku ekonomi. Ancaman nyata ditengah pandemi virus corona yang belum juga menemukan titik terang akan berakhir. Ancaman ini sudah dirasakan beberapa negara termasuk Jepang. Kondisi ini membuat mata uang Yen mengalami tekanan dan melemah terhadap Dollar AS.

Tetapi, masih kuat melawan rupiah yang posisinya terlihat menguat menjadi Rp 137,16/JPY. Mulai dari tahun 2019, PDB negeri sakura ini sudah dilaporkan minus 0,7%. Puncaknya pada kuartal I tahun 2020 mencapai minus 1,7% dan diprediksi akan terjadi hingga akhir tahun nanti.

Walau mengalami resesi. Mata Uang Yen masih dinilai aman untuk dijadikan investasi. Alasan kuat adalah pelaku investor yang melakukan safe haven.  Mereka menilai, Yen memiliki risiko kerugian kecil. Mengingat Jepang adalah negara maju dengan berbagai macam inovasi terutama dibidang teknologi dan robot.

Oleh sebab itu, walau kalah saat pembukaan perdagangan melawan Dollar AS. Yen masih tetap menguat dan menang dengan beberapa mata uang asing lainnya. Hal ini berbanding terbalik dengan rupiah yang dinilai lebih memiliki banyak risiko. Mengingat Indonesia saat ini juga mengalami ancaman resesi.

 

Nilai Ekspor Jepang Terburuk Sejak 1994

Ini merupakan resesi pertama yang pernah dialami oleh Jepang. Pencegahan virus corona yang memaksa pemerintah untuk menutup ruang gerak masyarakatnya membuat roda perekonomian mati. Walaupun, tidak menerapkan sistem lock down seperti di negara lainnya. Namun, aktivitas perekonomian tidak berjalan seperti biasa.

Faktor utama yang mengakibatkan jepang resesi sebenarnya bukan karena dampak virus corona seutuhnya. Seperti catatam kementerian keuangan Jepang. Negeri ini tahun 2019 mengalami Topan Higibinis dan kenaikan pajak penjualan yang memberatkan daya beli masyarakat. Dua faktor inilah penyebab negeri sakura ini berada di jurang resesi.

Hal ini diperparah dengan hadirnya Covid-19 yang membuat ekspor negeri ini menurun tajam. Pada bulan Juni saja, sudah mencatatkan penurunan 26,2 %. Para ekonom pun menilai, pelemahan daya ekspor Jepang akan terus meningkat sampai akhir tahun yang nilainya mencapai 28,3%.

Pemicu lain dari anjloknya nilai ekspor Jepang adalah permintaan Amerika Serikat yang turun drastis. Hal ini dipicu dari perekonomian global yang juga ikut menurun akibat aturan lock down yang diterapkan di berbagai negara. Penurunan ini bahkan terjadi sebelum pemerintah mengumumkan penutupan ritel.

Analisa Tentang Yen yang Masih Bisa Menguat

Walaupun, mengalami resesi. Namun, mata uang Yen masih perkasa di Asia.  Kekuatan ekspor Jepang menjadi faktor utama banyak yang melakukan perilaku safe haven pada mata uang ini. Terlebih lagi dengan melambannya perekonomian China. Sehingga, berdampak besar pada ekonomi global Jepang.

Berbeda dengan Rupiah yang menunjukkan tren menurun walau Indonesia belum mengalami resesi. Kekuatan ekspor Indonesia masih kalah jauh dengan negeri tetangga. Bahkan, komoditi utama seperti kopi saja belum bisa dimanfaatkan dengan baik. Ketergantungan terhadap Dollar juga menjadi faktor mengapa Rupiah kalah dari Yen.

Selain itu, arus modal yang dimiliki oleh investor begitu banyak masuk ke negeri mereka sendiri. Bahkan, kepemilikan aset asing oleh Jepang mencapai 1,3 kali. Hal ini menyebabkan Jepang menjadi negara kreditur terbesar di dunia. Tidak heran walau resesi di Jepang terjadi, nasib Yen masih aman.

Stimulus Jepang Membangkitkan Perekonomian dan Yen

Kondisi yen yang masih stabil membuat resesi yang dialami Jepang tidak terlalu berdampak. Hal ini juga dipengaruhi oleh berbagai macam stimulus yang dilakukan oleh negeri sakura ini. Stimulus yang dikeluarkan bahkan mencapai US$1 triliyun. Untuk beberapa sektor yang dianggap mampu mendongkrak kembali ekspor mereka.

Percepatan ini dilakukan, karena Jepang akan menghadapi perhelatan Olimpiade yang terpaksa diundur tahun 2021. Menurut pakar ekonomi, bila Jepang tidak segera menemukan stimulus yang tepat mendorong perekonomiannya. Saat Olimpiade berlangsung, negeri ini akan mengalami penurun ekonomi luar biasa.

Membuka kembali pariwisata untuk turis asing adalah langkah nyata Jepang mengembalikan perkonomiannya. Hanya saja, negara-negara tertentu dengan kasus covid-19 paling sedikit yang diperbolehkan untuk masuk. Tidak heran bila Indonesia masih belum mendapatkan izin masuk karena kasusnya yang semakin meningkat.

Menurut penelitian, sektor pariwisata jepang mampu menyumbang hampir 30% dari perekonomian negara. Bahkan, menurut catatan, negeri ini mampu mendatangkan 30 juta wisatawan dari berbagai negara. Dengan terdorongnya sektor wisata, diharapkan Yen bisa kembali perkasa melawan Dollar AS dan Jepang terhindar dari jurang resesi.

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama