Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Jerome Powell Sebut Inflasi Akan Mereda, Namun Risiko Tetap Ada

Jerome Powell Sebut Inflasi Akan Mereda, Namun Risiko Tetap Ada

by Didimax Team

Kemunculan virus corona di dunia membuat banyak pihak pada perdagangan internasional harus menerapkan kebijakan-kebijakan demi membuat kenyamanan pasar. Namun, munculnya jenis baru dari virus corona ini masih membuat ekonomi dunia berubah drastis. 

Setelah varian delta yang muncul pada pertengahan tahun ini sehingga menjadi gelombang baru covid-19, kali ini muncul kembali varian bernama omicron. Varian baru ini dianggap lebih mudah menular dibanding varian sebelumnya. 

Kenyataan bahwa dunia belum benar-benar siap dengan kedatangan varian baru ini terbukti pada adanya risiko yang dianggap akan tetap ada meski inflasi mereda pada tahun-tahun mendatang. Risiko tersebut dapat mengaburkan prospek ke depannya. 

Hal ini disebutkan oleh Jerome Powell sebagai ketua The Fed saat ini dengan melihat kenyataan-kenyataan yang akan terjadi. Kasus penyebaran covid-19 tidak lagi bisa disepelekan, karena bisa muncul berbagai varian-varian barunya. 

 

Inflasi yang Akan Surut di Tahun Depan

Lalu bagaimana nasib ekonomi dunia jika kasus covid-19 ini tetap ada sampai tahun-tahun mendatang? Menurut Ketua Federal Reserve yaitu Jerome Powell, adanya penurunan inflasi dalam beberapa tahun ke depan. 

Hal ini disebabkan oleh permintaan dan penawaran menjadi lebih seimbang dari sebelumnya. Selain itu, adanya dukungan program tapering yang telah dijalankan oleh The Fed saat ini mejadi alasannya.

Namun, meski begitu Powell memberi peringatan kepada seluruh pasar bahwa varian virus corona baru yaitu covid omicron ini bisa memperkeruh keadaan prospek ke depannya. Akan menjadi sulit dalam memperkirakan secara pasti dari laju inflasi serta efek kemacetan pasokan global. 

Tetapi menurut Powell juga adanya keyakinan faktor-faktor yang akan mendorong inflasi naik ke atas dan akan bertahan sampai tahun 2022. Hal ini diucapkannya sebagai testimoni yang akan disampaikan di depan Komite Perbankan Senat Amerika Serikat. 

Penyebaran varian covid Omicron ini juga disinggung oleh Powell pada bagian pasar tenaga kerja yang rentan akibat hal tersebut. Bahkan adanya risiko hambatan aktivitas ekonomi juga tidak bisa dikesampingkan. 

Alasannya adalah karena akan merusak pemulihan sejak awal tahun yang sudah berjalan cukup solid. Serta di dalam pernyataan yang disampaikan oleh Powell justru tidak memberikan adanya petunjuk apapun mengenai program tapering. 

Dimana program ini rencananya akan dijalan di bulan November, namun sampai saat ini belum terdengar kepastiannya. Secara tersirat Powell menyebutkan bahwa saat ini tenaga kerja Amerika Serikat merupakan “ground to cover” sampai sebelum mencapai ketenagakerjaan yang maksimal. 

Ini menjadi salah satu syarat yang harus terpenuhi sebelum The Fed menaikkan suku bunganya. 

USD Cenderung Kalem dan Bersiap Menguat

Merespon hal ini, terlihat mata uang Amerika Serikat tengah mengalami posisi yang cukup kalem hingga sesi perdagangan Asia di hari Selasa. Dolar Amerika Serikat ini cenderung kalem setelah adanya volatilitas yang tinggi pada akhir pekan lalu. 

Tampak pada perdagangan Asia di hari Selasa tersebut, bahwa Dolar AS tidak banyak melakukan pergerakan terutama pada pasangan mata uang komoditas. Dari pasangan AUD/USD saat ini terlihat dalam keadaan terjebak fase konsolidasi. 

Disamping itu, terlihat Indeks Dolar Amerika Serikat alias DXY sedang diperdagangkan di dalam rentang yang cukup sempit dalam dua hari terakhir ini serta saat ini diperdagangkan pada kisaran 96.12. 

Tidak seperti sebelumnya, dimana Dolar As mengalami penguatan dan penurunan yang cukup drastis merespon masalah kasus penyebaran covid-19 sejak akhir tahun 2019 lalu. Kini sepertinya Dolar Amerika Serikat tengah membuat persiapan untuk menguat. 

Mata uang Amerika Serikat ini terlihat memiliki potensi besar untuk kembali melanjutkan trend bullish. Pernyataan dan keyakinan ini mengacu pada data CFTC yang menunjukkan posisi dari Net Long USD dalam keadaan meningkat menujur rekor tertinggi. 

Data tersebut juga diambil perbandingannya dari pertengahan bulan Oktober menuju penutupan November. Dimana kondisi ini berarti, mayoritas para pelaku pasar masih merasa adanya sentiment trend bullish terhadap Dolar AS sebagai mata uang Amerika Serikat ini. 

Tak kala bahwa keadaan ekonomi di Amerika Serikat juga dipengaruhi banyak hal, bukan hanya risiko yang masih tetap ada di tengah prediksi kenaikan inflasi pada tahun-tahun mendatang seperti pernyataan dari ketua The Fed yaitu Jerome Powell

KOMENTAR DI SITUS

FACEBOOK

Tampilkan komentar yang lebih lama