Berita

Rumah Pusat Edukasi Data Market Berita Perdagangan Kebijakan Kuwait Menurunkan Pasokan Menjadikan Harga Minyak Membaik

Kebijakan Kuwait Menurunkan Pasokan Menjadikan Harga Minyak Membaik

by Didimax Team

Pertama kali dalam sejarah Amerika Serikat, harga minyak mentah Wet Texas Intermediate (WTI) anjlok hingga memasuki zona negatif. Hal tersebut terjadi pada Senin (20/4/2020) dan menurut Reuters harganya turut dari 55.9 dolar AS menjadi -37,63 dolar AS per barel minyak mentah WTI. Penurunan sebesar 305% untuk minyak pengiriman Mei 2020.

Sedangkan pada minyak mentah Brent mengalami penurunan pula, tetapi tidak sesignifikan WTI. Namun pada hari Sabtu (25/4/2020) minya WTI sudah mengalami peningkatan sebesar 44 sen. Sehingga harga per barel minyak WTI menjadi 16,94 dolar AS. Faktor peningkatan harga minyak tersebut terjadi karena mulai diberlakukannya kebijakan Kuwait dan negara OPEC+ lainnya.

 

Kebijakan Kuwait untuk Mendorong Kembali Harga Minyak Mentah 

Menurut Reuters, minyak mentah WTI untuk pengiriman bulan Juni 2020 telah mengalami peningkatan harga sebesar 19,7% atau 2,72 dolar AS. Sehingga harganya menjadi kisaran 16,50 dolar AS per barel minyak WTI di New York Mercantile Exchange. Minyak Brent juga mengalami peningkatan sebesar 4,7% kisaran 96 sen, menjadi 21,33 dolar AS.

Akibat pandemik Covid-19 pergerakan ekonomi dunia memang menjadi terbatas. Begitu pula dengan sektor transportasi yang semakin diperketat untuk mendukung gerakan physical distancing. Hal tersebut tentunya menjadikan permintaan minyak di pasaran anjlok secara drastis. Oleh sebab itu harga minyak mentah pun turut menurun tajam akibat sepinya permintaan pasar.

Kemungkinan ini tentunya sudah dapat diperkirakan oleh para negara produsen dan pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC+. Sehingga perencanaan pemangkasan produksi minyak mentah akan dilakukan pada bulan Mei. Namun pada Maret keadaan semakin memburuk dan tidak mampu membendung turunnya harga minyak tanpa pelaksanaan pemangkasan produksi yang belum dilakukan.

Hingga akhirnya harga minyak WTI pun tidak bisa dihindari berada di zona negatif. Artinya pengekspor minyak harus mencari siapa saja yang mau membeli. Bahkan melakukan usaha pemberian minyak secara gratis bahkan membayar pembeli agar mengambil minyak mereka. Keadaan yang tidak terkendali membuat negara-negara OPEC+ melakukan percepatan kebijakan, salah satunya Kuwait.

Kuwait pada 24 April 2020 mulai melakukan penurunan pasokan minyak mentah ke pasaran global. Kebijakan tersebut dilakukan sebelum pelaksanaan kesepakatan pemangkasan produksi yang akan dilakukan 1 Mei. Kebijakan tersebut berisikan kesepakatan pemangkasan minyak sebesar kisaran 10% dari pasokan minyak secara global, yaitu sekitar 9,7 juta barel per harinya.

Selain Kuwait, Negara Opec+ Lainnya serta Perusahaan Minyak juga Mengambil Tindakan

Menurut Menteri Sumber Daya dan Perminyakan Negara Angola, Diamantino Azevedo, selain langkah yang akan dilakukan OPEC, produsen minyak dari berbagai negara juga perlu mengambil tindakan yang lebih drastis. Hal itu bisa tergambar dalam tindakan Rusia yang juga berusaha mengurangi ekspor minyak separuhnya dari Laut Hitam dan Pelabuhan Baltik.

Kementerian Energi Rusia pada pekan lalu juga telah mendorong perusahaan produsen minyaknya untuk melakukan pemangkasan produksi. Permintaan pemotongan produksi tersebut adalah sebesar 8,5 juta barel per harinya. Rusia memang mencari berbagai opsi untuk menghadapi anjloknya harga minyak. Bahkan terdapat opsi ekstrem untuk membakar minyak yang telah diproduksi untuk mengurangi jumlahnya. 

Produsen minyak Lukoli di Rusia juga berencana melakukan penutupan beberapa ladang minyak untuk mengurangi produksi mereka yang mencapai 1,65 juta barel per hari. Perusahaan gabungan Gazprom Neft dan Rosneft yang bernama Slavneft juga melakukan pertimbangan untuk menutup ladang minyak mereka. Terutama yang unit Megionneftegaz yang berada di wilayah Siberia Barat.

Selain itu terdapat pula upaya dari produsen minyak di North Dakota yang terbesar, yaitu Continental Resources Inc. Perusahaan tersebut mengambil tindakan pemberhentian produksi di negara bagian AS. Selain itu juga telah melakukan pemberitahuan kepada pelanggannya bahwa tidak akan dilakukan pemasokan minyak mentah dari perusahaan produsen minyak tersebut.

Stok minyak mentah dunia saat ini hampir memenuhi 85% kapasitasnya di seluruh dunia. Sedangkan permintaan minyak mengalami penurunan sekitar 30%. Sehingga beberapa kebijakan yang diambil negara-negara OPEC+ serta produsen minyak belum mampu mengembalikan keseimbangan pasar. Namun analis memperkirakan penjualan bahan bakar akan meningkat pada kuartal kedua karena berkurangnya pandemik Covid-19.