Satu pekan ini nilai tukar rupiah terus mengalami peningkatan tajam. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan tiga pekan berturut-turut yang membuat rupiah mampu mencetak hat-trick. Hingga akhir pekan ini, nilai tukar rupiah terus menguat kembali ke angka di bawah 16.000 terhadap dolar Amerika Serikat.
Satu minggu ini rupiah telah melakukan penguatan sebesar 3,66% melawan dolar Amerika Serikat ke angka 15.800. Penguatan terbesar terjadi pada hari Kamis 23/4/2020 lalu tercatat rupiah melesat jauh sebesar 2,17%. Bahkan peningkatan harian tersebut merupakan peningkatan terbesar rupiah sejak lima tahun terakhir yaitu sejak tahun 2015 yang mengalami peningkatan 3,1%.
Dolar Amerika Serikat VS Rupiah
Rupiah yang mengalami peningkatan nilai tukar ini juga dipengaruhi karena sentiment masyarakat yang sedang bagus. Penyebaran covid 19 yang terus mengalami penurunan membuat harapan baru untuk mencabut atau melonggarkan pembatasan sosial dan karantina di beberapa negara di dunia. Harapannya, roda perekonomian dapat berputar kembali dengan normal.
Tak hanya itu saja, adanya kerja sama antara Bank Indonesia dengan Bank Sentral Asia New York juga memberikan efek positif ke nilai tukar rupiah. Setelah adanya nota kesepakatan tersebut membuat The Fed New York siap memberikan stok dolar hingga 60 milyar dolar Amerika ke Bank Indonesia jika membutuhkan nantinya.
Bentuk kerja sama ini dinamakan dengan istilah repo line. Repo line merupakan salah satu bentuk kerja sama jika nantinya BI membutuhkan likuiditas, maka dolar bisa digunakan. Dengan adanya kerja sama ini diharapkan mampu memberikan keyakinan terhadap investor asing. Sehingga mengembalikan sentiment positif ke nilai tukar rupiah.
Keperkasaan rupiah tak hanya ditunjukkan melalui dolar Amerika Serikat semata. Namun, rupiah juga telah membuktikan keperkasaannya terhadap beberapa mata uang Eropa dan utamanya Asia. Semua mata uang telah dilibas oleh rupiah. Tercatat, rupiah telah melakukan penguatan hingga 3,66% melawan dolar Hongkong yang merupakan mata uang terbesar di Asia.
Tak hanya itu saja, won Korea Selatan juga dilibas oleh rupiah. Pasalnya, won merupakan mata uang dengan pelemahan paling kecil yakni 1,58% melawan rupiah. Sementara itu beberapa nilai mata uang Eropa juga mengalami pelemahan sebesar lebih dari 2%. Beberapa mata uang tersebut seperti euro, poundsterling, dan franc swiss.
Mata Uang Rupiah Vs Dunia Saat Ini
Sentiment yang semakin positif ke rupiah membuat optimisme semakin tinggi. Bank Indonesia menyebut adanya sentiment positif tersebut nantinya dapat mengembalikan beberapa modal asing untuk masuk ke Indonesia kembali. Hal ini sesuai dengan adanya laporan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Dan Risiko yang mengatakan aliran uang mulai stabil di pasar obligasi.
Mengingat pergerakan rupiah sangat dipengaruhi oleh aliran uang yang masuk (hot money) ini. Pasalnya, aliran uang masuk dijadikan sebagai sumber devisa utama yang dijadikan untuk mengangkat nilai tukar rupiah. Hal ini juga dikarenakan beberapa pendapatan devisa lain belum dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Seperti yang kita tahu jika sejak tahun 2011 transaksi rupiah telah mengalami defisit terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan pasokan valas hanya berasal dari satu pemasukan yaitu hot money. Sehingga tak heran jika terjadi capital outflow nantinya terdapat tekanan besar bagi rupiah yang menjadikan semakin kuat dan begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh DJPPR, menggambarkan terjadinya capital outflow sebesar 121 triliun sepanjang bulan Maret di pasar obligasi. Hal ini membuat nilai tukar rupiah semakin tertekan hingga 13,67% selama bulan Maret. Penurunan ini disebut merupakan penurunan terbesar rupiah sepanjang sejarah sejak tahun 20008 saat ambrol sebesar 14,77%.
Bahkan di bulan maret yang lalu, rupiah sempat jatuh di level 16.620 yang merupakan level terlemah sejak adanya krisis moneter tahun 1998 yang menyentuh hingga 16.800 terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini disebabkan karena sentiment negatif sejak adanya penyebaran corona virus di tanah air.
Penguatan nilai tukar rupiah ini juga menjadi satu harapan bagi kita untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi yang disebabkan karena penyebaran virus corona. Hal ini berkaitan dengan pengumuman WHO yang menyatakan penambahan kasus per hari sudah berada di kisaran satu digit. Sehingga diharapkan perkembangan ekonomi dunia dapat pulih secepatnya.