Dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan kurs terhadap Euro. Pelemahan ini terjadi pada Jumat, 24 April waktu setempat (Sabtu pagi waktu Indonesia Barat). Euro mengalami kenaikan sebesar 0,22% terhadap dolar AS, menjadi $1.08 dolar AS. Namun dolar AS masih menguat hingga 0,7% terhadap euro pada minggu ini.
Meskipun telah mengalami kenaikan terhadap dolar AS, euro tetap melemah terhadap dolar dengan kurs sebesar $1.0846 pada hari Kamis waktu setempat. Selain terhadap euro, dolar AS juga melemah terhadap mata uang utama yang lain. Indeksnya turun 0,05%, terutama saat akhir perdagangan, yaitu hari pada hari Jumat waktu setempat.
Stimulus Eropa yang Tidak Pasti Menjadi Salah Satu Penyebabnya
Para pemimpin Uni Eropa memiliki kesepakatan mengenai pendanaan pemulihan pandemik Covid-19. Namun kesepakatan tersebut ditunda, sehingga menyebabkan paket stimulus Uni Eropa yang menjaga investor lebih bullish pada euro terpecah belah. Emmanuel Macron, Presiden Prancis menjelaskan bahwa penundaan terjadi akibat adanya perbedaan yang masih berlanjut antara pemerintahan Uni Eropa.
Perbedaan tersebut berupa penentuan apakah dana pemulihan akan diberikan sebagai dana hibah, atau merupakan sebuah pinjaman. Para pemimpin Uni Eropa menjadi gagal dalam mencapai kesepakatan usaha penyelamatan secara kolektif. Karl Schamotta, Kepala Strata Pasar Cambridge Global Payment memperkirakan kemungkinan kawasan euro kan tertinggal dari AS. Terutama mengenai hal pemulihan Covid-19.
Pada hari Kamis (23/4/2020) waktu setempat, dolar mendapat sedikit peningkatan. Ditunjukkan dengan adanya pesanan baru terutama barang-barang modal utama Amerika Serikat menjadi naik secara tidak terduga pada bulan Maret. Namun harga minyak yang kembali stabil, juga menjadikan daya tarik dolar sebagai aset yang aman sedikit surut.
Sebelumnya reli greenback pada minggu sebelumnya terbantu akibat penurunan signifikan harga minyak. Terutama minyak WTI yang nilainya mencapai angka minus pertama dalam sejarah harga minyak mentah. Sehingga minggu lalu pun nilai mata uang negara OPEC+ sebagai pengekspor minyak ditutup dengan kerugian. Contohnya saja peso Meksiko yang turun sebesar 4,7%.
Sedangkan nilai poundsterling lebih rendah sebesar 0,15% terhadap dolar dengan kurs $1.2324 dolar AS. Berdasarkan data, hal ini terjadi akibat penurunan drastis penjualan ritel di Inggris pada bulan Maret akibat melonjaknya pembelian bahan makanan. Bahan makanan yang lebih diburu untuk kepentingan lockdown menjadikan penjualan lainnya seperti pakaian mengalami penurunan.
Sebelumnya Dolar AS Naik Akibat Sentimen Krisis Covid-19 dan Minyak
Sebelum mengalami pelemahan terhadap euro pada Sabtu pagi waktu Indonesia barat, dolar Amerika Serikat telah mengalami tahapan peningkatan nilai akibat adanya sentimen krisis Covid-19 dan harga minyak mentah. Dolar AS pada kamis pagi (23/04/2020) nilainya naik terhadap berbagai mata uang negara yang bergabung dalam OPEC+ sebagai penghasil dan pengekspor minyak.
Permintaan minyak yang anjlok akibat pandemic Covid-19 menjadikan produsen harus memberikan secara gratis atau bahkan membayar siapa pun yang mau membeli. Akibatnya mata uang AS ini pun mengalami tren yang positif karena sentimen lebih mendukung dolar AS. Mata uang AS ini dianggap sebagai aset aman para investor untuk mengalihkan dananya.
Berikut adalah beberapa nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap negara penghasil minyak seperti dolar Kanada, peso Meksiko, krona Norwegia. Dolar AS naik terhadap dolar Kanada sebesar 0,09% pada hari Kamis (23/04/2020). Sedangkan dolar AS terhadap peso Meksiko dan krona Norwegia naik sebesar 0,03% dan 0,07%. Menjadi 24,4755 dan 10,7625.
Eoru juga mengalami penurunan sebesar 0,06% dengan 1,0816 terhadap dolar AS. Sedangkan pound Britania tidak mengalami perubahan pada Kamis (23/4). Sedangkan untuk rupiah sendiri juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS sebesar 0,9% hingga pada pukul 09.14. Namun kembali meningkatnya harga minyak mentah ternyata mampu mendorong mundur dolar AS.
Kebijakan Kuwait serta rencana Russia yang tergabung dalam OPEC+ ternyata mampu memperbaiki harga minyak mentah. Kebijakan tersebut antara lain mempercepat rencana pemangkasan produksi minyak. Menjadikan dolar AS kembali melemah terhadap beberapa negara produsen minyak. Salah satunya adalah dolar As yang melemah terhadap rupiah pada hari Jumat, 24 April kemarin.