Di awal perdagangan sesi Eropa, pasangan mata uang EUR/USD sempat mencapai level tertinggi harian pada titik 1.1293. Hal tersebut berdasarkan catatan pada kamis, 14 Februari siang. EUR/USD sempat mengalami penguatan di tengah kondisi dolar yang sedang mengalami pelemahan mengingat meningkatnya peluang pengunduran deadline, gencatan perang dagang antara AS-China yang diundur dari awalnya tanggal 1 Maret menjadi awal Mei nanti sesuai dengan pernyataan Trump pada rabu, 13 Februari pagi.
|
|
Meningkatnya ekspektasi munculnya terobosan penengah dalam kebuntuan kondisi perdagangan antara Amerika Serikat dan China menyebabkan selera resiko di pasar keuangan yang meningkat dalam beberapa waktu terahir ini. Pertemuan kedua petinggi negara pemegang ekonomi dunia saat ini, setelah sebelumnya pejabat tingkat menengah kedua negara bertemu menyaksikan perincian teknis serta mekanisme untuk menyepakati perjanjian perdagangan, walaupun menunjukan tanda-tanda positif namun belum mampu mengangkat nilai mata uang euro.
Laju Penguatan Euro Terbebani Stagnanya Laju Ekonomi German
Pasca rilis data Gross Domestic Product (GDP) Zona Euro, terpantau mata uang Euro mengalami penguatan tipis pada Kamis, 14 Februari. Namun penguatan tersebut memiliki banyak beban dari berbagai sentimen negatif yang menghambatnya. Buktinya, 30 menit pasca rilis data, pasangan mata uang EUR/USD mengalami pelemahan dari level 1.1282 ke level 1.1271. Bila dilihat dari ten grafik harian, pasangan mata uang EUR/USD terpantau hampir mencapai titik terendah sejak bulan Desember
Pelemahan EUR/USD kembali terjadi, terpantau pada jam 15.10-16.10, EUR/USD mengalami pelemahan secara drastis hingga menyentuh titik terendah harian pada level 1.1248. Salah satu faktor yang menyebabkan pelemahan EUR/USD adalah rilis data pertumbuhan ekonomi German. Angka tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi pertumbuhan sebesar 0,1%. Pertumbuhan ekonomi German yang stagnan menjadi sentimen negatif bagi EUR/USD.
Rilis data pertumbuhan ekonomi German yang stagnan diperkirakan oleh para pengamat akan memberikan pengaruh terhadap rilis data GDP Euro yang d jadwalkan keluar pada pukul 17.00 WIB yang di perkirakan mengalami peningkatan sebesar 0,2%. Meskipun data GDP German tidak selesu Italia yang tenggelam dari resesi, namun kondisi perekonomian German terjebak di tengah stagnasi ekonomi yang mengkhawatirkan.
Kondisi Politik Spanyol Tidak Menentu
Selain rilis data pertumbuhan ekonomi German yang stagnan, kondisi politik Spanyol yang tidak jelas juga menjadi faktor sentimen negatif pula bagi EUR/USD. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar keempat di wilayah mata yang Euro mengakibatkan perpolitikan dalam negeri spanyol menghambat laju mata uang Euro, apalagi bila ditunjang dengan adanya rilis berita GDP German yang di bawah ekspektasi.
Pada rapat parlemen hari rabu malam, 13 Februari, parlemen Spanyol menolak rancangan anggaran tahun 2019 yang diajukan. Hal tersebut di dorong karena pihak separatis Catalan yang menentang pemerintah, dan memberikan tekanan kepada Spanyol untuk menghadapi pemilihan umum nasional yang lebih awal dari jadwal seharusnya di tengah-tengah landscape politic yang semakin terfragmentasi menjadi pihak pro Catalan dan pro Spanyol.
Kegagalan Spanyol mewujudkan kesepakatan anggaran belanja 2019 menyebabkan krisis politik lain yang simultan. Hal tersebut dipicu adanya kelompok separatis Katalan yang terus menentang pemerintahan Perdana Menteri Pedro Sanchez. Meskipun begitu, kondisi perekonomian Spanyol masih mengalami pertumbuhan 0.7 persen, dan tertinggi diantara 3 negara kawasan euro paling berpengaruh lainya (Perancis 0,3 persen, German mengalami stagnasi, dan Italia mengalami resesi).
Deja Vu Ekonomi Jepang
Laporan preliminier Eurostat yang menunjukan bahwa GDP Zona Euro mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.2 persen (quarter-over-quarter) pada kuartal 4 tahun 2018 yang sesuai dengan ekspektasi, serta GDP tahunan yang berada pada level 1.2 persen seperti ekspektasi yang telah ditentukan ternyata tidak memberikan napas lega bagi pasar. Perilaku pasar menunjukan adanya kekhawatiran data rilis tersebut meleset. Padahal, bila dilihat maka data tersebut menunjukan kinerja ekonomi zona euro yang memuaskan.
Seperti apa yang dipublikasi Bloomberg Economics beberapa jam sebelum publikasi data GDP, perekonomian zona Euro saat ini hampir serupa dengan stagnasi perekonomian Jepang sejak 20 tahun lalu hingga kini. Kesimpulan tersebut muncul setelah melalui riset dengan membandingkan presentase utang rumah tangga dan korporasi dengan GDP di Jepang, Amerika Serikat, China, Inggris, dan negara-negara pada Zona Euro.